Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Rahasia Pria Tanpa Nama

Rahasia Pria Tanpa Nama

Juliaelena

5.0
Komentar
2.4K
Penayangan
30
Bab

Amanda terpaksa melawan keinginan orang tuanya yang ingin menjodohkan Amanda dengan pria yang usianya sama dengan Ayahnya sendiri. Amanda memilih pergi ketika dia dan Ayahnya berdebat. Untuk menenangkan dirinya, Amanda memilih duduk di pinggir pantai. Bukannya menenangkan diri, malah Amanda melihat seorang pria yang terapung di pinggir pantai. Amanda mendekati dan melihat kondisi pria itu.Amanda terkejut ketika pria itu penuh dengan luka. Saat ingin membantu, pria itu membuka mata dan berbisik sesuatu ketelinga Amanda.Apa yang dibisikkan oleh Pria itu?Apakah Amanda mau membantunya?

Bab 1 Help!

"Tidak Ayah! Aku tidak mau."

"Kamu tidak bisa menolak keinginanku, Amanda. Aku sudah berjanji kepada Tuan Pedro untuk menjadikanmu istrinya."

"Ayah gila! Ayah tega menikahkan aku dengan pria yang usianya seumuran dengan Ayah. seharusnya dia menjadi Ayahku dibandingkan menjadi suamiku."

Amanda terpaksa sedikit bicara keras karena dia tidak menyetujui permintaan Ayahnya yang ingin menikahkannya dengan seorang pemilik tanah kaya raya di desa itu.

"Amanda! Dengarkan aku! Jika kamu tidak menikah dengannya sekarang maka Tuan Pedro akan menagih hutang kepada Ayah. Ayah sudah banyak meminjam uang kepadanya."

Amanda terkejut mendengar alasan kenapa dia dipaksa menikah dengan pria tua saat ini juga. Amanda tidak menyangka jika Ayahnya tega menjualnya kepada Tuan tanah kaya raya hanya untuk membayar hutang.

Air mata Amanda jatuh, dia merasa kalau pria yang dipanggilnya Ayah bukan lagi seperti Ayah yang dikenalnya. Amanda menatap pilu pada pria yang usianya menginjak lima puluh tahun.

Semenjak kematian Ibunya, Tuan Chris banyak berubah. Dia pulang malam dan membiarkan Amanda sendirian dirumah, suka mabuk-mabukan, berjudi bahkan banyak warga yang mengatakan kalau Tuan Chris sering bersama wanita bayaran kelas teri.

Amanda berusaha tidak mempercayai semua yang didengarnya dari orang lain. Tapi ketika Tuan Chris sendiri yang mengatakan langsung dihadapan Amanda maka kini Amanda merasa dia sudah tidak mengenal Ayahnya lagi.

Rasa kecewa, marah dan juga kesal dengan Ayahnya membuat Amanda memilih pergi dari rumah itu. Amanda memilih meninggalkan Ayahnya yang terus memaksa Amanda untuk menikah dengan Tuan Pedro minggu depan.

"Amanda! Kamu mau kemana? Pernikahanmu dengan Tuan Pedro akan dilakukan minggu depan. Ayah sudah berjanji kepadanya."

Tuan Chris menyampaikannya sambil berteriak karena Amanda terus berjalan dengan hati terluka. Amanda meninggalkan rumahnya sambil meneteskan air mata. Sepanjang jalan semua orang menatap Amanda dengan air mata yang terus jatuh.

Ocean Beach adalah tujuan Amanda ketika dia merasakan hatinya bersedih atau merindukan Ibunya. Nyonya Beatrice yang mengenalkan Amanda dengan pantai. Kini ketika hatinya terluka dengan sikap Ayahnya, Amanda ingin duduk dipantai itu. Mengadu pada ombak dan juga bercerita dengan angin yang berhembus.

Air mata yang tidak kunjung berhenti membuat Amanda kembali terisak menangis.

"Ibu! Kenapa Ibu terlalu cepat meninggalkanku? Aku sendirian! Aku butuh dirimu."

Hiks! Hiks!

"Lihat apa yang dilakukan Ayah kepadaku? Dia menjualku pada pria tua yang seharusnya aku panggil Ayah. Dia menjualku demi uang yang telah dia terima. Aku membencinya, Bu."

Amanda kembali menangis dengan memeluk lututnya. Dia tidak memiliki keluarga selain Ayahnya. Hanya disini dia merasa bisa berteman dengan angin pantai dan suara ombak.

"Aku ingin lari meninggalkannya, Bu. Tapi aku sudah berjanji kepadamu untuk menjaganya sampai tua. Apa yang harus aku lakukan, Bu?"

Amanda terus bicara sendiri dengan suara ombak yang ikut menghempaskan air laut ke batu karang dengan keras, seperti bagaimana perasaan Amanda saat ini.

Duduk sendiri di pantai sambil meluapkan rasa amarahnya membuat emosi Amanda perlahan menghilang. Amanda menghapus sisa air matanya dengan tangan. Dia menatap lurus ke depan melihat hamparan laut yang luas.

"Apakah aku harus mengikuti keinginan Ayah untuk bisa membuatnya bahagia? Tapi apa aku sanggup melakukannya?"

Perasaan bergejolak itulah yang membuat Amanda dilema. Pikirannya kacau serta tidak tahu harus melangkah kemana. Ketika Amanda memalingkan wajah untuk menghilangkan kebingungan, Amanda melihat sesuatu di tepi pantai dekat batu karang yang cukup besar.

"Apa itu?"

Amanda berdiri dan melangkahkan kakinya mendekati sesuatu yang menarik perhatiannya.

Semakin Amanda mendekat, Amanda semakin terkejut dengan apa yang dilihatnya. "Mayat?" ucapnya kaget ketika dia melihat sebuah tubuh pria yang ada di dekat batu karang.

Amanda semakin mendekat dan melihat tubuh yang terapung itu. Amanda melihat tubuh pria dengan luka dibagian wajah, perut, bahkan celana yang digunakannya juga robek.

"Apa yang harus aku lakukan? Apa pria ini masih hidup atau sudah mati?"

Amanda terlihat bingung, dia tidak mau dituduh sebagai pembunuh. Amanda melihat kesekitarnya untuk meminta bantuan tapi tidak ada satupun orang dipantai saat ini.

"Aku harus memeriksa nafasnya."

Amanda mendekatkan telinganya ke arah hidung pria itu, ketika telinga Amanda berada dalam jarak yang dekat dengan hidungnya, pria itu perlahan membuka mata, "Help!"

Amanda kaget karena merasa mendengar sesuatu, padahal niat Amanda untuk mendengar nafas pria yang ditemukannya.

"Apa dia baru saja bicara?" Amanda sampai sedikit menjauhinya karena terkejut.

Mata pria itu tertutup kembali, Amanda bingung apakah yang didengarnya merupaja suara pria ini atau bukan. "Jika dia sudah mati, lalu suara tadi....."

Pikiran Amanda sudah berkelana kedunia lain. Dia mengira jika suara tadi adalah suara pria yang sudah tewas menjadi hantu. Amanda ingin berdiri tapi dia merasakan sesuatu yang menahan kakinya.

Ketika Amanda melihatnya kebawah, dia terkejut ketika tangan pria itu memegang pergelangan kakinya.

"Hantu!" teriak Amanda yang ketakutan.

"Help!" ucap pria itu pelan.

Amanda yang masih panik tidak mendengar apa yang dikatakannya.

"Help!" pria itu kembali meminta bantuan. Amanda mulai mendengar apa yang dikatakannya dan menatap ke arah bawah dimana pria itu masih terbaring lemah dengan kondisi basah, penuh luka dan juga wajahnya sangat pucat.

"Kamu masih hidup?" tanya polos Amanda padanya.

Amanda mulai jongkok bahkan berlutut dihadap pria itu. Amanda ikut basah ketika dia melihat pria yang ditemukannya.

"Apa yang baru saja kamu katakan? Bisa diulangi?"

"Help!" ucapnya ketika Amanda mendekatkan telinga ke arah mulut pria itu.

"Kamu meminta bantuanku? Kamu masih hidup?" pria itu mengedipkan matanya untuk menjawab Amanda.

"Tapi aku tidak mengenalmu. Aku tidak mau membawa pria asing ke dalam rumahku, lagian aku takut dituduh yang membunuhmu." Amanda berusaha menolak karena dia tidak mau berurusan dengan pria ini.

"Bantu aku! Aku mohon!"

Melihat pria itu sudah memohon kepadanya, Amanda tidak tega. Dia menatap wajah pria itu yang semakin lemah dan kondisinya cukup memprihatinkan.

"Baiklah! Aku akan membantumu. Aku akan membantumu berdiri, bisakah kamu berjalan menggunakan kakimu?"

Pria itu kembali mengedipkan matanya. Amanda yang melihatnya langsung mencoba merangkul bahu dan menarik tubuhnya untuk bisa berdiri.

"Badanmu berat sekali. Tubuhku yang mungil ini semakin kecil jika ditekan hanya menggunakan bahumu yang kekar."

Amanda terus membantunya berdiri hingga dia bisa membawanya ke pinggir pantai. "Duduklah sebentar disini. Aku akan mengambil minuman atau makanan untukmu agar kamu memiliki tenaga."

Pria itu tidak menjawabnya sama sekali selain menahan rasa sakit ketika luka yang didapatkannya mengenai air garam pada laut. Amanda berlari membeli minuman dan makanan yang cukup jauh dari pantai. Dia kembali membawa sebuab gerobak kayu untuk mengangkat barang.

"Ini makanlah sedikit agar kamu tidak terlalu lemah, dan ini air putih. Aku tahu kamu pasti haus dan minum air laut tidak terlalu enak."

Amanda membukakan botol minum dan membantunya minum. Amanda juga menyuapi pria itu memasukkan sebuah potongan roti ke dalam mulutnya.

Setelah menghabiskan setengah roti yang dibeli Amanda, mereka segera berjalan. Pria itu duduk dalam gerobak yang dibawa Amanda.

"Aaaaaaa!" Amanda mendorong gerobak itu sekuat tenaganya di atas pasir pantai menuju daratan.

Pria itu melihat dengan jelas bagaimana Amanda dengan tulus dan bersusah payah mendorong gerobak dengan tubuhnya yang berat.

"Kamu tinggal dimana agar aku bisa mengantarkanmu?"

"Aku tidak tahu!"

"Apa maksudmu tidak tahu? Apa kamu tidak tahu sedang berada dimana saat ini?"

"Memangnya kita ada dimana?" Pria itu malah berbalik bertanya kepada Amanda. Amanda sampai mengerutkan keningnya karena bingung dengan pertanyaan yang diajukan malah dibalas dengan balik bertanya.

"Siapa namamu?" tanya Amanda yang curiga dengan pria ini.

Pria itu menggelengkan kepalanya. "Kamu tidak tahu siapa namamu? Apa kepalamu terbentur batu karang dengan keras sampai melupakan nama sendiri?"

Amanda mendekat dan melihat kepala pria itu untuk memastikan tidak ada luka yang parah dibagian kepalanya. "Lalu aku harus membawamu kemana? Aku tidak bisa membawamu pulang kerumah. Masalahku saja belum selesai ditambah lagi dengan membawamu pulang."

Pria itu tetap dia, dia menatap Amanda yang terlihat kebingungan. "Bawa aku menjauh dari pantai ini."

"Apa? Bawa kamu menjauh dari pantai ini? Memangnya apa yang terjadi? Kenapa kamu sampai ada di pantai ini?"

"Aku tidak tahu Nona. Tapi aku mohon, bawa aku segera menjauh dari pantai ini. Kamu bisa menempatkan aku digudang atau rumah kosong, aku tidak masalah soal itu yang pasti segera bawa aku menjauh dari pantai ini."

"Baiklah!" Jawab Amanda yang masih bingung kenapa pria itu sangat ingin segera menjauhi pantai.

Saat mereka pergi meninggalkan pantai beberapa mobil datang ke area itu.

"Cepat cari sepanjang pantai ini. Temukan dia segera!" Ucap salah seorang berpakaian serba hitam dan rambut yang klimis.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku