Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
GAIRAH PRIA IMPOTEN

GAIRAH PRIA IMPOTEN

NARA

5.0
Komentar
16.4K
Penayangan
80
Bab

Mela, perempuan cantik dengan sejuta pesona, yang mengalami ketidak adilan dalam hidup. Di usir oleh ibu tirinya karena dianggap benalu, dan mendapat pelecehan dari orang yang tidak dikenalnya. Setelah kejadian itu, Mela memutuskan untuk menjadi wanita penghibur. Hingga suatu saat, dengan profesi yang di jalaninya, mengantarkan Mela pada sebuah misi, untuk menggoda pria impoten yang penuh dengan rahasia. Dan dari misi tersebut, Mela mengandung anak pria itu. Apa yang harus Mela lakukan dengan bayi yang ada di dalam kandungannya?

Bab 1 1. Seratus Delapan Puluh Derajat

"Siapa suruh kamu makan!?"

Bantingan piring keramik terdengar nyaring memenuhi seluruh sudut rumah sederhana, membuat Nikitamela, gadis yang baru saja kehilangan semua–nya mulai dari orang tersayang hingga kehidupan mewahnya, begitu terkejut dengan hal tersebut.

Mela sapaan Nikitamela yang sedang duduk untuk menikmati makan malam setelah seharian pontang-panting mengurusi berbagai macam pekerjaan rumahan yang tiba-tiba dibebankan padanya oleh ibu tiri dan putrinya.

"Ma, aku lapar." Dengan nada gemetar, Mela menanggapi ucapan dari Mama Mira yang beberapa tahun belakangan ini menjadi mama tirinya.

"Aku tidak peduli!" sahut Mama Mira. Wanita setengah baya itu lantas menarik rambut Mela, membuat gadis itu sontak berdiri sembari memegangi rambutnya.

"Ma, sakit!" pekik Mela.

"Terserah! Yang jelas, kamu harus kerja dulu baru bisa makan!" tanpa belas kasihan, Mama Mira menarik rambut Mela dan membawa gadis itu ke luar rumah. "Di sini tidak ada yang gratis! Paham!?"

Rasa sakit yang dirasakan Mela membuat gadis itu tidak mampu menyanggah ataupun berontak, meskipun jelas-jelas seharian ini ia sudah mengerjakan pekerjaan rumah sesuai perintah.

Detik berikutnya, tubuhnya tersungkur di teras depan akibat dorongan kasar dari ibu tirinya. Samar-samar di balik air matanya, Mela menyaksikan Mama Mira bertolak pinggang di ambang pintu, menatapnya tanpa belas kasihan.

Ibu tiri yang dulu baik padanya sekarang berubah seratus delapan puluh derajat setelah sang papa meninggal dunia. Apalagi saat semua harta peninggalan sang papa disita oleh pihak bank, tanpa menyisakan sedikit pun untuk sang ibu tiri.

"Pergi dari sini, dasar benalu!" bentak Mama Mira.

Beberapa kali Mela melihat ibu tirinya itu tampak marah. Tetapi tidak pernah semurka ini. "Bertahun-tahun kuhabiskan untuk mengurusi pria tua itu, tapi dia justru meninggalkan anak sial tak tahu diuntung sepertimu. Kamu pikir aku akan membiarkan kamu tinggal gratis di rumah ini? Tidak! Jika kamu masih ingin tinggal disini, cari uang yang banyak buat bayar. Paham!?"

"Tapi, Ma–" Mela tidak jadi meneruskan ucapannya, yang ada ia kini terkejut. Karena Mama Mira membanting pintu hingga menutup dengan kencang.

Mela bangkit dari tempatnya dengan tenaga yang tersisa, karena dari kemarin ia belum makan apa pun.

"Ma, tolong buka pintunya, Ma." Mela mengetuk pintu berharap mama Mira mau membukakan pintu.

Namun, bukannya membuka pintu, yang ada lampu teras rumahnya dimatikan oleh Mama Mira.

Lebih dari satu jam, Mela duduk bersandar di depan pintu, dengan bulir air mata yang tidak ada putusnya, meratapi betapa berbedanya kehidupan Mela sekarang dibandingkan dulu, sekaligus bingung dengan apa yang harus ia lakukan sekarang.

Bagaimana ia bisa mencari uang sekarang, saat ia tidak ada tenaga sama sekali?

Bagaimana cara ia makan?

Haruskah ia mengemis belas kasihan orang lain yang lebih ramah dibanding ibu tirinya?

Atau meminta belas kasihan para tetangganya?

Dimana tetangganya pun memilih tidak peduli dengan kehidupan miris yang dialaminya.

Tanpa Mela sadari, sejak tadi, ada sesosok wanita yang mengamatinya dari kejauhan.

Ya ampun! Kepada siapa Mela harus meminta bantuan?

Saudara dan sahabat yang pernah ia miliki tidak lagi menganggapnya ada setelah ia tidak lagi memiliki apa pun.

"Ah! Bibi!"

Sepasang mata Mela melebar saat ia teringat pada asisten rumah tangganya dulu, wanita tua yang sudah mendampingi ia, ayahnya, dan ibu kandungnya sejak dulu.

Ya, wanita itu pasti mau membantunya.

Perlahan Mela menghentikan tangisnya, kemudian beranjak dari duduknya. Dengan sisa tenaga yang ia punya, ia pergi ke lokasi yang ia ingat merupakan kediaman asisten rumah tangganya tersebut.

Namun, ternyata wanita tua ramah itu sudah pindah. Mela tidak mendapatkan informasi mengenai ke mana si Bibi pergi.

“Tuhan … apa yang harus kulakukan sekarang,” gumam Mela lemah.

Dan ia kembali melangkahkan kakinya menyusuri jalanan, meninggalkan tempat tinggal si Bibi dengan langkah gontai, dan pandangannya mulai kabur.

Nyaris saja Mela terjatuh, sebelum sepasang tangan kekar menahan tubuhnya.

"Hati-hati Nona," seorang pria menahan tubuh Mela.

"Terima ka–" Ucapan Mela terhenti saat menyadari bahwa tiba-tiba ada segerombolan pria mengepungnya. Lekas, ia menyingkirkan tangan pria yang tengah menahannya.

“Whoa, kasar sekali,” komentar pria tersebut sembari tersenyum miring.

Sepasang matanya memindai tubuh Mela dari kepala hingga ujung kaki dengan intens, seketika membuat Mela merinding.

Gadis itu melihat sekeliling dengan panik, apalagi saat menyadari bahwa ia tengah berada di jalanan sepi dan hari telah larut. Ditambah lagi, tiga pria lain yang tadi hanya mengelilinginya, kini mendekatinya dan mengepungnya.

"Tidak!" batin gadis itu.

Dengan panik, Mela merangsek pergi, setengah berlari dengan sisa tenaganya.

Namun, naas, baru beberapa meter berlari tiba-tiba Mela terjatuh.

Seketika, pandangannya menggelap.

Sesaat sebelum akhirnya Mela kehilangan kesadaran, ia bisa mendengar salah satu pria itu berucap.

"Mantap, malam ini kita mendapatkan barang gratis. Cantik dan mulus pula!"

***

"Hai, Bangun!"

Sayup-sayup, Mela mendengar suara seseorang.

Perlahan, ia membuka kedua matanya dan melihat sekilas seorang wanita duduk di sisi tubuhnya.

Kemudian Mela mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, dan ia tidak mengenali ruangan dimana dirinya sekarang berada.

"Bisakah kamu bangun?" tanya sosok asing yang tengah bersamanya.

Namun, anehnya, Mela merasa ia pernah melihat sosok ini entah di mana, meskipun ia tidak mengenal wanita tersebut dengan dandanan mencolok dan pakaian seksi.

Tidak merasakan bahaya, Mela mengangguk dan berusaha bangun meskipun sekujur tubuhnya terasa sakit.

"Siapa Anda? Dan di mana aku?"

Wanita tersebut tersenyum mendengar pertanyaan dari Mela.

"Panggil saja aku Madam, dan aku bisa membantumu," ucap wanita itu. Berpikir pasti Mela tidak mengenalinya sebagai tetangga di lingkungan rumah si ibu tiri.

Dan Madam sendiri sudah memperhatikan Mela sejak lama dan merasa bahwa inilah kesempatan yang tepat untuk menarik gadis ini ke dunianya.

Mela menautkan keningnya, merasa bingung dengan perkataan wanita tersebut yang tahu jika ia sedang kesulitan.

"Apa anda bisa memberikan aku pekerjaan?" tanya Mela langsung, karena saat ini ia hanya butuh uang dan pekerjaan.

"Tentu saja bisa." Madam mengangguk. Senyumnya makin lebar. “Sebuah pekerjaan yang membuatmu bisa membalas kelakuan ibu tirimu."

Mela tercengang mendapati wanita tersebut, tahu tentang mama Mira, sosok mama tiri yang dulu sangat baik padanya, tapi berubah kejam setelah sang papa meninggal dunia. "Pekerjaan apa?"

"Seorang wanita penghibur."

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku