JADI SELINGKUHAN

JADI SELINGKUHAN

Author N

5.0
Komentar
9.1K
Penayangan
10
Bab

Menjadi selingkuhan suami orang bukanlah impianku, tetapi takdir yang mengantarkan aku pada nasib ini yang menjadi cibiran orang banyak.

Bab 1 Permainan Panas

Arthur seakan terhipnotis oleh gerakan-gerakan yang diberikan oleh Sella kepada tubuhnya. Sehingga, dia lupa segala yang terjadi sebelumnya, dan sesuatu yang hal yang harus dia selesaikan ke kantor polisi. Sekarang, detak jantung mereka berdua menjadi tidak beraturan, dada mereka juga terasa sesak, dengan nafas saling memburu. Udara di dalam ruangan itu terasa sangat panas akibat dari sentuhan demi sentuhan yang mengalirkan desiran panas di setiap pembuluh darah masing-masing.

Melihat Arthur yang sudah terpengaruh oleh gerakan, dan sentuhannya, Sella pun melepas baju yang dia kenakan secepat kilat. Sehingga menampakkan dua buah gundukan daging kenyal yang terbungkus oleh kain berenda berwarna merah muda yang melekat di dadanya. Sella memainkan buah dadanya sendiri yang berukuran lebih dari genggaman tangan pria dewasa itu, sebelum dia benar-benar melepaskan penutup kedua bukit kembar itu untuk menggoda lawan jenisnya yang sudah terpengaruh oleh hasrat yang dia salurkan dari tadi.

Melihat dua gundukan daging sintal nan kenyal, yang dimainkan oleh Sella di atas tubuhnya, membuat mata Arthur tidak bisa berkedip dari pemandangan indah di hadapannya. Dengan susah payah Arthur menelan saliva yang terasa menggenangi mulutnya. Salivanya terasa begitu susah untuk di telan masuk melewati kerongkongan yang kini terasa tercekik entah karena apa.

"Gede sekali," batin Arthur dengan mata berbinar. Arthur kaget, dan juga ngiler melihat kedua bukit kembar Sella secara langsung di waktu terang, dan dalam keadaan seratus persen sadar, tanpa terpengaruh obat afrodisiak lagi.

Arthur memang sudah memegang, dan memainkan bukit kembar nan sintal milik Sella tadi malam. Akan tetapi, dia melakukan itu dalam kegelapan malam tanpa ada lampu yang meneranginya. Tadi malam Arthur hanya bisa meraba, dan menikmatinya dalam keadaan setengah sadar. Berbeda dengan sekarang, Arthur dengan sangat jelas bisa melihat kedua bukit kembar yang menjadi aset berharga di tubuh Sella.

Saliva Arthur semakin banyak keluar, dengan prominentia laryngea nya yang naik turun. Mata Arthur tidak bisa beralih dari pandangan yang menarik perhatiannya itu untuk beberapa saat.

"Se ... Sel? I-itu ...." Mata Arthur masih belum bisa teralihkan dari bukit kembar yang bergelantung di dada Sella.

"Apa, Sayang?" Goda Sella dengan nada manjanya. Dia tahu apa yang dimaksud oleh Arthur. Sehingga, Sella semakin membusungkan dadanya untuk memikat mata yang sudah mau copot di bawahnya.

"Ini?" ucap Sella meremas kedua bukit kembarnya sendiri.

"Empuk," Sella terus meremas bukit kembar itu dengan lidah yang menyapu bibirnya sendiri.

"Kamu mau merasakannya?" Sella membungkukkan badannya ke bawah, mendekati tubuh yang sedang dia himpit. Sehingga kedua pucuk bukit kembarnya menyentuh wajah orang yang sudah mabuk di bawahnya.

"Apa kamu menyukainya?" bisik Sella di telinga Arthur, dan menghembuskan nafasnya yang terasa hangat di daun telinga sang pujaan hati.

"Kamu adalah pemiliknya. Kamu bebas memainkannya sesuka hati," bisiknya Kembali dengan nada sensual yang membuat seluruh tubuh Arthur meremang.

"Ayo, lakukan! apa yang mau kamu lakukan. Kamu adalah pemilik semua yang aku miliki," Sella menjilat, dan menggigit kecil daun telinga Arthur selepas dia mengeluarkan kata-kata yang mampu membuat seorang pria dimabuk nafsu.

Arthur seperti telah tersihir setelah mendengarkan semua kata-kata rayuan Sella di telinganya. Dia memegang kedua bukit kembar yang sudah berada tepat di depan wajahnya. Wajah Arthur, dan kedua bukit kembar Sella hanya menyisakan jarak beberapa sentimeter saja. "Sangat empuk," ucap Arthur yang meremas kedua bukit kembar Sella dengan tangannya tanpa sadar.

Arthur menarik kedua bukit kembar itu sampai menempel ke bibirnya. Dia menghisap bulatan kecil yang berada di pucuk bukit kembar itu, sehingga membuat Sella mendesah nikmat merasakan sensasi dari hisapan Arthur di tempat aset berharganya.

"Enak, Sayang." Sella semakin membungkukkan badannya, membuat kedua bukit kembarnya semakin menempel ke bibir, dan wajah Arthur.

Sella menikmati hisapan, dan gigitan kecil Arthur di kedua bukit kembarnya secara bergantian. Dia juga semakin menggoda Arthur dengan menggoyang-goyangkan pinggulnya tepat di atas benda pusaka Arthur. Sella membuat goyangan melingkar, terkadang sesekali menekan bokongnya kebawah. Bokong Sella dapat merasakan onggokan benda pusaka Arthur yang sudah mengeras di dalam celananya. Andai benda pusaka itu bisa berbicara, sudah pasti dia akan berteriak minta dikeluarkan dari dalam celana Arthur untuk menemui tempat pemijatnya.

Sella turun dari atas tubuh yang dari tadi dia himpit, untuk membuka celana sang pujaan hati yang mengganggu aktivitasnya dari tadi. Dia membuang celana Arthur yang sudah berhasil dia lucuti ke sembarang arah. Kini, Sella bisa melihat dengan jelas bongkahan Penis yang sudah mendesak CD yang membungkusnya.

"Besar sekali! aku suka." Sella membungkukkan badannya, kemudian menggigit onggokan benda pusaka Arthur yang masih terbungkus celana dalam.

Sella segera menarik lepas celana dalam Arthur yang mengganggu permainannya. Hingga, memperlihatkan pedang pusaka Arthur yang sudah membesar, dan mengeras dari tadi. Mata Sella membulat sempurna saat retina nya melihat ke arah benda pusaka Arthur yang telah dalam mode on untuk berperang.

Dengan susah payah Sella menelan salivanya. Kini, jantung Sella terasa bekerja memompa darah lebih cepat dari biasanya. Dia melihat benda pusaka itu dengan tatapan lapar, dan haus. Sella mendekati benda tumpul yang sudah mengeras dan membesar itu dengan desiran panas di dalam dadanya.

"Ternyata punyamu lebih besar dari apa yang aku rasakan tadi malam," ucap Sella dengan tatapan mata yang masih setia menuju ke arah benda pusaka Arthur.

Sella membungkuk, mendekati Arthur, dan berbisik, "Puaskan aku!" Mendengar bisikan dari Sella, darah Arthur berdesir. Seluruh tubuhnya semakin meremang. Dia sekarang seakan sedang di tantang untuk menguji kejantanannya.

Setelah mengucapkan permintaannya di dekat telinga Arthur, Sella naik ke atas ranjang, dan bersimpuh tepat di dekat pinggang Arthur. Digenggamnya tombak pusaka itu dengan remasan, dan gerakan naik turun membuat sang empu mendesah nikmat.

"Hm... akhh," Mata Arthur terpejam, menikmati gerakan jemari lembut Sella yang meremas, dan bergerak lincah memainkan penisnya.

"Geli, Sel!" teriak Arthur saat Sella memainkan lubang kecil yang terdapat di tengah-tengah kepala tombak pusaka Arthur.

"Nikmati saja, Sayang!" ucap Sella menghentikan permainannya di kepala tombak pusaka Arthur. Kini sebelah tangan sella fokus bermain di batang tombaknya saja.

Walaupun Sella menyuruh Arthur untuk menikmati rasa geli akibat permainannya di pucuk kepala tombak pusaka Arthur, namun Sella mengerti apa yang tersirat dalam permintaan sang pujaan hati. Dia menghentikan permainannya di daerah itu, dan beralih ke batang tombaknya saja.

"Kamu pakai obat apa untuk membesarkan ini, Sayang?" tanya Sella yang semakin tidak waras akibat permainannya sendiri.

"A-aku gak pakai obat apa-apa," jawab Arhur dengan mata yang masih terpejam menikmati remasan, dan pijatan lembut oleh tangan Sella di bagian inti tubuhnya.

"Pilihanku selama ini gak pernah salah, sekarang aku mendapatkan bibit unggul," ucap Sella, dan kemudian mencium pucuk kepala tombak pusaka Arthur.

Sella memainkan lidahnya di batas pucuk kepala tombak pusaka Arthur. dia menyapu kepala tombak pusaka Arthur dengan lidahnya berulang kali. "Sel ...!" Arthur memegang kepala Sella. Tubuhnya mengejang saat Sella terus melancarkan aksinya. "Geli, Sel!" ucap Arthur yang merasakan sensasi luar biasa di tombak pusakanya.

"Geli-geli nikmat kan, Sayang?" ucap Sella menghentikan permainannya.

Arthur hanya diam. Di hatinya dia membenarkan apa yang dikatakan oleh Sella kepada dirinya. Sapuan lidah Sella terasa hangat, geli, bercampur nikmat, membuat matanya terpejam dan susah untuk dibuka kembali.

"Kalau kamu terus melakukan itu kepadaku. Mataku bisa juling, Sel," beberapa saat kemudian Arthur baru berkilah menjawab pertanyaan Sella.

"He he ... nikmati saja, Sayang," kekeh Sella yang senang melihat raut wajah Arthur saat dia beraksi memberikan service untuk Arthur.

Sella terus bermain sesuka hatinya. Sebelah tangan Sella bergerilya di atas dada bidang Arthur, sesekali memainkan puting kecil di dada bidang itu. Sella juga meremas sekitaran puting membuat Arthur semakin terbang terbawa suasana. Sedangkan, sebelah tangannya lagi, masih tetap setia berada di tombak pusaka Arthur.

"Punyamu, benar-benar besar sekali!" Sella menatap benda yang ada dalam genggaman tangannya dengan pancaran mata penuh nafsu.

Sella menundukkan tubuhnya ke bawah, hingga wajahnya dengan tombak pusaka Arthur tidak menyisakan jarak sedikitpun. Sella kembali memainkan ujung lidahnya di atas pucuk kepala tombak pusaka yang ada di dalam genggamannya.

"Ahh...." lenguhan geli bercampur nikmat keluar dari mulut Arthur, membuat Sella semakin semangat memainkan permainannya.

Sella menyapu batang tombak pusaka yang sudah semakin mengeras di hadapannya, mulai dari ujung sampai ke pangkal dengan lidah yang kadang dimainkan dengan arah berputar. Sella sengaja bermain-main disana supaya Arthur semakin terbuai, dan berharap tidak bisa melupakan dirinya setelah ini.

Mendapat service yang begitu memabukkan, Arthur tanpa sengaja mengangkat pinggangnya beberapa sentimeter dari kasur, matanya merem melek dengan mulut sedikit menganga.

"Kamu akan menikmati ini selamanya, Sayang," ucap sella sambil mengangkat kepalanya melihat wajah Arthur yang lagi ke enakan. Melihat wajah Arthur yang sedang ke enakan menikmati permainannya, membuat Sella terkekeh senang.

"Mari, Sayang. Kita akan menggila bersama!" Sella kembali menjilat kepala, dan batang tombak pusaka Arthur dengan semangat.

Sella memasukkan tomak pusaka besar yang telah menusuk vaginanya dari semalam hingga tadi pagi itu ke dalam mulutnya. Dia memaju mundurkan wajahnya dengan mulut yang mengulum tombak pusaka Arthur, dengan lidah yang terus menari di dalam sana.

"Hmm ... Akhh." Arthur mendongakkan kepalanya keatas dengan mata yang terpejam.

Deru nafas Arthur mulai tidak beraturan. Dirinya sudah dikuasai oleh gairah yang meminta lebih dari Sella. Dengan gerakan cepat, Arthur bangun dari posisinya, dan langsung menyambar bibir seksi Sella yang ranum. dia melumatnya sepersekian menit dengan penuh nafsu yang sudah membara.

Ciuman mereka berlangsung cukup lama, hingga keduanya merasa kehabisan nafas. "Mmm, aach...." Mereka melepaskan ciuman panas itu untuk mengambil oksigen yang terasa sudah habis.

Arthur hanya melepaskan ciuman itu sesaat, dia kembali melumat bibir Sella, dan saling bertukar saliva dengan lidah saling bertaut. Bibir Arthur turun ke leher jenjang milik Sella, memberikan tanda kepemilikannya di sana.

"Hmm... akhh," Sella mendesah saat lehernya di hisap oleh Arthur dengan tangannya yang ikut menggerayangi buah dada Sella.

Desahan yang keluar dari mulut Sella membuat Arthur semakin menggila. Arthur menurunkan wajahnya hingga sejajar dengan dua bulatan daging kenyal yang bergelayut di dada Sella. Tangan Arthur meremas kedua daging empuk di hadapannya dengan kasar, dan menghisap putingnya seperti bayi yang sedang kelaparan ASI.

Satu tangan Arthur menyentuh bagian tengah-tengah tubuh Sella, yang mana di sana terdapat bukit terbelah yang mempunyai gua di dalamnya. Sekarang pintu gua itu sudah mulai basah. Arthur memainkan pulau kecil sebesar biji kacang di dalam belahan bukit Sella sebelum menyelamkan jari manisnya kedalam lubang gua nan hangat yang sudah becek itu.

"Heh, huum ... akhh." Desahan Sella membuat Arthur semakin ganas menghisap kasar pucuk buah dadanya.

Sekarang, jari tengah Arthur sudah melsap masuk lewat pintu gua di dalam bukit terbelah milik Sella. Dia memaju mundurkan tangannya, menusuk lubang gua sambil menikmati sensasi panas yang diberikan oleh dinding gua kepada jarinya yang masuk ke dalam gua itu.

Otot-otot buah dada Sella mengeras, badannya menggelinjang menikmati semua sentuhan dari Arthur. "Oh ... Hmm ... Sayang, kamu nakal," ucap wanita yang dimainkan oleh Arthur di sela-sela desahannya.

Merasakan kedutan yang mulai meningkat di dalam gua, Arthur menambahkan satu jarinya masuk ke dalam lubang gua Sella. Dia menusuknya sampai dalam, dan mempercepat gerakannya. Membuat orang yang dimainkan semakin mengerang kenikmatan.

"Huh,.. hah. Hmm, ooh ... Aah. Sa ... aahh ... Sayang, a-aku. Akhh..." Sela terus mengerang, dan mendesah di saat Arthur menambah kecepatan tusukan jarinya di lubang gua Sella.

"A-arthur ..! aku ma-mau keluar. Aah... hmm ... aahh ...." Sella mencengkram punggung Arthur, dengan seluruh tubuh yang terasa mengejang. Sedangkan Arthur yang sudah menambahkan satu jarinya masuk kedalam lubang gua Sella, dia terus meningkatkan kecepatan tusukan tangannya di dalam lubang senggama itu.

Erangan panjang pun keluar dari mulut Sella. Dadanya membusung, tubuhnya terangkat beberapa senti dari atas kasur, dengan kepala menengadah ke belakang. Lelehan lahar putih pun keluar, dan mengalir dari lubang senggama Sella membasahi jari Arthur yang terus menusuk lubang panas yang berkedut milik Sella. Tubuh Sella yang tadinya mengejang, kini telah mulai mengendur kembali. Sella pun ambruk di dalam pelukan Arthur setelah dia mencapai orgasmenya. Sella memejamkan matanya dalam lelah, sambil menikmati sisa kedutan di bagian inti tubuhnya yang masih terasa. Kini, tenaga Sella terasa tidak ada di dalam tubuhnya. Semua saraf di dalam dirinya seakan sedang tidak berfungsi sama sekali.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Author N

Selebihnya

Buku serupa

Putra Rahasianya, Aib Publiknya

Putra Rahasianya, Aib Publiknya

Gavin
5.0

Namaku Alina Wijaya, seorang dokter residen yang akhirnya bertemu kembali dengan keluarga kaya raya yang telah kehilangan aku sejak kecil. Aku punya orang tua yang menyayangiku dan tunangan yang tampan dan sukses. Aku aman. Aku dicintai. Semua itu adalah kebohongan yang sempurna dan rapuh. Kebohongan itu hancur berkeping-keping pada hari Selasa, saat aku menemukan tunanganku, Ivan, tidak sedang rapat dewan direksi, melainkan berada di sebuah mansion megah bersama Kiara Anindita, wanita yang katanya mengalami gangguan jiwa lima tahun lalu setelah mencoba menjebakku. Dia tidak terpuruk; dia tampak bersinar, menggendong seorang anak laki-laki, Leo, yang tertawa riang dalam pelukan Ivan. Aku tak sengaja mendengar percakapan mereka: Leo adalah putra mereka, dan aku hanyalah "pengganti sementara", sebuah alat untuk mencapai tujuan sampai Ivan tidak lagi membutuhkan koneksi keluargaku. Orang tuaku, keluarga Wijaya, juga terlibat dalam sandiwara ini, mendanai kehidupan mewah Kiara dan keluarga rahasia mereka. Seluruh realitasku—orang tua yang penuh kasih, tunangan yang setia, keamanan yang kukira telah kutemukan—ternyata adalah sebuah panggung yang dibangun dengan cermat, dan aku adalah si bodoh yang memainkan peran utama. Kebohongan santai yang Ivan kirimkan lewat pesan, "Baru selesai rapat. Capek banget. Kangen kamu. Sampai ketemu di rumah," saat dia berdiri di samping keluarga aslinya, adalah pukulan terakhir. Mereka pikir aku menyedihkan. Mereka pikir aku bodoh. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Juliana
5.0

21+ Dia lupa siapa dirinya, dia lupa siapa pria ini dan bahkan statusnya sebagai calon istri pria lain, yang dia tahu ialah inilah momen yang paling dia tunggu dan idamkan selama ini, bisa berduaan dan bercinta dengan pria yang sangat dia kagumi dan sayangi. Matanya semakin tenggelam saat lidah nakal itu bermain di lembah basah dan bukit berhutam rimba hitam, yang bau khasnya selalu membuat pria mabuk dan lupa diri, seperti yang dirasakan oleh Aslan saat lidahnya bermain di parit kemerahan yang kontras sekali dengan kulit putihnya, dan rambut hitammnya yang menghiasi keseluruhan bukit indah vagina sang gadis. Tekanan ke kepalanya Aslan diiringi rintihan kencang memenuhi kamar, menandakan orgasme pertama dirinya tanpa dia bisa tahan, akibat nakalnya lidah sang predator yang dari tadi bukan hanya menjilat puncak dadanya, tapi juga perut mulusnya dan bahkan pangkal pahanya yang indah dan sangat rentan jika disentuh oleh lidah pria itu. Remasan dan sentuhan lembut tangan Endah ke urat kejantanan sang pria yang sudah kencang dan siap untuk beradu, diiringi ciuman dan kecupan bibir mereka yang turun dan naik saling menyapa, seakan tidak ingin terlepaskan dari bibir pasangannya. Paha yang putih mulus dan ada bulu-bulu halus indah menghiasi membuat siapapun pria yang melihat sulit untuk tidak memlingkan wajah memandang keindahan itu. Ciuman dan cumbuan ke sang pejantan seperti isyarat darinya untuk segera melanjutkan pertandingan ini. Kini kedua pahanya terbuka lebar, gairahnya yang sempat dihempaskan ke pulau kenikmatan oleh sapuan lidah Aslan, kini kembali berkobar, dan seakan meminta untuk segera dituntaskan dengan sebuah ritual indah yang dia pasrahkan hari ini untuk sang pujaan hatinya. Pejaman mata, rintihan kecil serta pekikan tanda kaget membuat Aslan sangat berhati hati dalam bermanuver diatas tubuh Endah yang sudah pasrah. Dia tahu menghadapi wanita tanpa pengalaman ini, haruslah sedikit lebih sabar. "sakit....???"

Gairah Liar Ayah Mertua

Gairah Liar Ayah Mertua

Gemoy
5.0

Aku melihat di selangkangan ayah mertuaku ada yang mulai bergerak dan mengeras. Ayahku sedang mengenakan sarung saat itu. Maka sangat mudah sekali untuk terlihat jelas. Sepertinya ayahku sedang ngaceng. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi deg-degan. Aku juga bingung apa yang harus aku lakukan. Untuk menenangkan perasaanku, maka aku mengambil air yang ada di meja. Kulihat ayah tiba-tiba langsung menaruh piringnya. Dia sadar kalo aku tahu apa yang terjadi di selangkangannya. Secara mengejutkan, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan terjadi. Ayah langsung bangkit dan memilih duduk di pinggiran kasur. Tangannya juga tiba-tiba meraih tanganku dan membawa ke selangkangannya. Aku benar-benar tidak percaya ayah senekat dan seberani ini. Dia memberi isyarat padaku untuk menggenggam sesuatu yang ada di selangkangannya. Mungkin karena kaget atau aku juga menyimpan hasrat seksual pada ayah, tidak ada penolakan dariku terhadap kelakuan ayahku itu. Aku hanya diam saja sambil menuruti kemauan ayah. Kini aku bisa merasakan bagaimana sesungguhnya ukuran tongkol ayah. Ternyata ukurannya memang seperti yang aku bayangkan. Jauh berbeda dengan milik suamiku. tongkol ayah benar-benar berukuran besar. Baru kali ini aku memegang tongkol sebesar itu. Mungkin ukurannya seperti orang-orang bule. Mungkin karena tak ada penolakan dariku, ayah semakin memberanikan diri. Ia menyingkap sarungnya dan menyuruhku masuk ke dalam sarung itu. Astaga. Ayah semakin berani saja. Kini aku menyentuh langsung tongkol yang sering ada di fantasiku itu. Ukurannya benar-benar membuatku makin bergairah. Aku hanya melihat ke arah ayah dengan pandangan bertanya-tanya: kenapa ayah melakukan ini padaku?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku