Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
New York City, Amerika Serikat
"Izumi, come on! You'll be late for the flight!"
"Okay, I'm coming!"
Pemuda yang dipanggil Izumi itu memasukkan barang terakhir ke dalam kopernya dan bergegas membawanya keluar. Begitu keluar senyuman ramah dari sepasang suami istri menyambut langkahnya.
"Are you ready, My Boy?" sambut pria itu seraya mengambil alih koper dari tangan Izumi dan membawanya ke dalam mobil. Sambil menggandeng tangan Izumi, sang istri mengikuti langkah suaminya. Dengan penuh perhatian wanita itu membukakan pintu mobil untuk Izumi yang dibalas dengan senyuman penuh terima kasih dari pemuda itu.
Dari dalam mobil yang mulai bergerak, Izumi memandang rumahnya yang kini tak lagi berpenghuni. Satu persatu kenangannya di rumah itu tiba-tiba mengalir deras layaknya air hujan, membuat perasaan pemuda delapan belas tahun itu menjadi sesak. Jangan menangis! perintah Izumi pada dirinya sendiri. Dia mengalihkan pandangan, tak lagi menatap ke arah rumahnya. Dari balik kaca kemudi Mr. Sharon menatapnya dengan seksama.
"Are you okay?"
Izumi mengangguk pelan. "I haven't even gone yet, but I'd missed him already. It looked like my heart didn't want to go anywhere," ujar Izumi. Mr. Sharon tak menjawab. Sebaliknya kini iris amber milik istrinya, Mrs. Sharon, menatap Izumi dengan lekat.
"It's okay. If you don't want to go, then you don't have to. You can stay here with us." Ucapan Mrs. Sharon tentu saja membuat iris obsidian milik Izumi membulat, tak percaya dengan ucapan wanita itu.
"Darling! What did you say? You can't forbid him to go!" tegur Mr. Sharon pada istrinya.
"I didn't, but why does he have to go while his heart wants to stay. He'll end up hurting himself. Izumi, it isn't too late. If you want to stay then I'll talk to them." Mengabaikan tatapan tajam dari suaminya, Mrs. Sharon menatap Izumi dengan penuh kesungguhan. Izumi terdiam sesaat. Kepalanya berusaha merenungkan setiap kata yang diucapkan oleh Mrs. Sharon.
"I do love too, but I've already promised to him. And I must fulfill what I've promised," ujar Izumi pelan. Meskipun begitu hatinya memberontak meneriakkan keinginan yang berlawanan. Izumi sangat mengetahui apa yang ia inginkan. Andai saja kembali ke Jepang bukan permintaan terakhir dari ayahnya, pemuda itu lebih suka menghabiskan waktunya di Amerika. Meskipun Jepang adalah tanah kelahirannya, dia tak pernah berharap untuk kembali ke sana suatu saat nanti. Kenangan masa kecil yang menyakitkan karena perpisahan kedua orang tuanya dan pengkhianatan wanita yang dia sebut "ibu" membuat Izumi membenci segala hal yang berkaitan dengan Negeri Sakura itu. Termasuk kenangannya akan cinta pertamanya telah terkubur bersama dengan rasa bencinya.
"Izumi, kemarilah!"
Suara lirih ayahnya yang semakin lemah membuat perhatian Izumi teralihkan. Pemuda itu menutup bukunya dan berjalan mendekati ayahnya. Laki-laki itu menatap putranya dengan lekat. Seulas senyum terukir di wajah pucatnya.
"Tolong, kembalilah ke Jepang. Ibumu merindukanmu."
Izumi tersentak, tak percaya dengan ucapan yang baru saja ia dengar. Hampir selama sepuluh tahun ini, ayahnya tak pernah menyinggung sedikitpun tentang Jepang ataupun tentang ibunya. Tapi mengapa sekarang—
"Bagaimana kalau aku bilang aku tidak ingin kembali?" ujar Izumi lirih.
"Izumi!"