Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Takdir Cinta Untuk Bunga

Takdir Cinta Untuk Bunga

Saranghaeyo

5.0
Komentar
3
Penayangan
5
Bab

Bunga adalah gadis muda yang secara tak sengaja menikah dengan pria muda bertalenta, akan tetapi sang pria adalah sesosok manusia bersikap dingin bak salju di kutub utara. Rio Kenshin itulah namanya. Tapi, pernikahan itu tak seindah namanya. Bunga di hadapkan oleh masa lalunya dan lagi-lagi harus ada orang ketiga yang hadir di tengah-tengah pernikahan mereka. Briyan, adik ipar yang mengodanya lalu Reza teman SMA nya dulu.

Bab 1 Malam Pertama

CEKLEK!

Pintu ruangan di buka.

Rio masuk tanpa ragu-ragu. kini Pandangan matanya langsung mengarah ke atas tempat tidur, di mana, dia melihat gadis yang baru saja di nikahnya tertidur dengan lelap, hingga dia tak menyadari kehadiran Rio. Rio melangkah sangat pelan, masih memperhatikan gadis itu, sedikit terkejut. Karena melihat sesuatu yang berbeda. Baju seksi, tipis, transparan dan tentu saja lelaki manapun akan bergairah jika melihatnya, Rio menelan ludahnya sendiri. Lalu tersenyum mesum.

"Apa dia sedang menguji keimananku?" Lirihnya.

Bukan persoalan Rio tak pernah melihat pemandangan wanita seksi di sekelilingnya, akan tetapi dia merasa tidak begitu tertarik. Entahlah mengapa kali ini terasa lain, aliran darahnya terpacu begitu cepat serta berdesir amat panas. Rio duduk di tepi ranjang. Kemudian menepuk-nepuk pipi gadis itu, berharap agar gadis itu segera bangun.

"Bangun, berani sekali kamu mengabaikan suamimu." Ucap Rio lirih.

Bunga tersadar karena tepukan kecil itu dan suara lirih yang keluar dari bibir seksi Rio.

"Ke-kenapa kamu ada di sini?" Bunga terperanjat kaget.

"Aku mau tidur." Jawabnya.

Bunga terdiam, beranjak bangun dari ranjang berukuran king size itu. Dia baru ingat bahwa pria asing di hadapannya adalah suaminya.

"Baiklah, Aku akan pindah!"

Bunga langsung bangkit dari tidurnya, dan segera turun dari ranjang itu.

Namun, Rio tak begitu saja ingin melepaskannya. "Siapa yang menyuruhmu turun? Naik!"

"Kamu." Celetuk bunga melototinya.

Lagi-lagi pria tampan itu tersenyum, sehingga semakin membuat pesona dalam dirinya terlihat. Rio buru-buru menarik pergelangan tangan milik Bunga. Langkah bungapun mendadak terhenti.

"Bukankah sekarang kamu adalah milikku, duduklah di sampingku sekarang!" Jelas Rio panjang lebar.

"A--aku tak bisa!" Bunga membantah.

"Kenapa?"

Mereka saling beradu mulut. Karena tak ingin memperpanjangan perdebatan itu, Rio langsung menariknya dengan sedikit kasar. Sehingga membuat bunga terjatuh tepat di pangkuannya. Tentu saja bunga terkejut bukan main, perasaannya menjadi tak menentu.

Deg

Terasa jantungnya berhenti untuk bernafas.

"Mau kemana?" Tanya Rio pelan.

Pandangannya tak lepas dari wajah cantik dan bibir merah yang di miliki bunga.

"Lepaskan Aku!" Bunga memberontak.

"Tidak!"

"Dasar gila kamu!" Maki bunga datar.

Namun Rio tak begitu memperdulikan makian itu, sejenak mereka saling bertatapan. Jantung keduannya pun berpacu sangat kencang.

'Tuhan, wajah ini tampan sekali bahkan Aku tak bisa berhenti untuk terus memperhatikannya.' Lirih bunga dalam batinnya.

"Apa yang kamu lihat?" Rio seperti berbisik.

Bunga pun berpura-pura menampakan kesinisan wajahnya. Karena sudah lelah dengan keadaan seperti ini, Rio terpaksa mendorong tubuh bunga ke atas ranjang. Lelaki tampan itu tersenyum dan secara tiba-tiba mencium bibir Bunga. Bunga ingin memberontak akan tetapi dia tak bisa, kukungan tangan Rio menguncinya.

"Sepertinya kamu sangat menikmati ciuman dariku, tapi sayangnya harus ku hentikan, Aku tidak ingin kesan pertama ini seolah membuatmu tertekan dan semacam pemerkosaan."

Bunga diam saja, menikmati aroma parfum maskulin dari tubuh Rio. Lelaki itu akhirnya bangun dan duduk pada posisinya.

Dia menghela nafasnya dengan panjang, berdiri, lalu membuka jas serta baju yang ia kenakan. Bunga memperhatikannya dan sekarang Rio hanya memakai kaos dalam saja. Dia berjalan menuju toilet.

"Lelaki yang menyebalkan!" Bunga bersunggut.

Dia sangat malu atas sentuhan tadi. Tapi jujur saja prilaku Rio sangat manis. Hanya beberapa menit Rio kembali, bungapun segera menarik selimutnya, berpura-pura memejamkan mata. Rio sudah selesai pada aktifitasnya di toilet dengan langkah pelan mendekati kembali ranjang itu dan membaringkan tubuhnya di samping bunga.

Namun kenapa di malam ini dia sangat sulit sekali memejamkan matanya dia menjadi teringat kejadian spontan tadi, jujur saja diapun tak bisa menyembunyikan rasa gugupnya. Rio membalikkan tubuhnya, menghadap bunga, rasanya ingin sekali dia memeluk guling barunya itu. Tentu saja sekarang dia memiliki permainan baru.

Rio berusaha mengendalikan suasana, tangan kekarnya, tiba-tiba saja memeluk gadis di hadapannya. Bunga sontak terkaget.

Apakah ini akan menjadi pengalamannya yang sangat buruk? Bunga terus memaki dirinya sendiri entah mengapa dekapan itu terasa menghangatkan dirinya. Dia seperti ada di dalam pelukan Satrianya yang telah pergi, Riopun semakin mempererat dekapannya. Pelan-pelan Bunga mencelekan kedua matanya dan memperhatikan sesosok pria sejati di sampingnya.

"Rio! Apa yang kamu lakukan? Kita baru saja kenal, singkirkan tangan jelekmu itu!"

"Kenapa gadis ini bodoh sekali, Aku tidak akan mengganggumu, Aku memelukmu hanya karena kamu masih kecil dan Aku sama sekali tidak tertarik padamu, Kamu tahu itu!"

"Apa! Kamu bilang Aku masih kecil? Hei jika Aku masih kecil, kenapa kamu tertarik untuk menjadikan Aku sebagai isterimu!" Bunga melototinya sambil terus meminggirkan tangan itu.

Lelaki itu tersenyum. "Itu, karena ibumu baik sekali, andai saja malam itu Aku di biarkan saja, mungkin malam itu juga Aku sudah mati, Kamu mengerti itu kan gadis kecil." Sebelum meminggirkan tangannya dia mengelus rambut hitam Bunga.

"Hentikan sentuhan kurang ajarmu itu Rio, Aku tidak sudi!"

"Dasar gadis nakal! Hanya kamu yang berani membantahku, tapi jika keras kepalamu itu terus kamu pertahanankan, Aku tidak akan segan untuk menghukummu."

"Tentu saja, Kamu hanya manusia biasakan? Kamu pikir kamu siapa?"

"Ssssttt, diamlah gadis keras kepala, Aku ingin tidur."

Rio langsung berbalik arah membelakangi Bunga dan tentu saja Bunga merasa tak enak hati.

'Apa dia marah padaku?' Batin Bunga pelan. Karena melihat perubahan Rio yang secara tiba-tiba.

Malam itu berlalu dengan sebuah perasaan yang masih belum mereka pahami sepenuhnya. Tak terasa waktu terus bergulir tanpa lelah, sekarang jam sudah menunjukkan pukul 03:00 pagi. Bunga tersadar dari tidurnya yang terasa ingin sekali buang air kecil ke toilet. Dengan malasnya dia pun bangun. Tiba-tiba saja tangan Rio mencekalnya, dan dia berujar sangat lirih.

"Kamu mau kemana?" Tanyanya.

"Ke toilet!" Jawab bunga ketus.

"Aku juga ikut."

Bungapun terkejut mendengar permintaan Rio.

"Yang benar saja kamu ingin ikut, terlalu lebay."

Bunga segera menyentak tangannya, namun tenaga Rio lagi-lagi lebih kuat darinya.

"Rio! Aku sudah tidak tahan ingin buang air kecil." Teriaknya kesal.

"Apa salahnya jika Aku ingin ikut."

"Ya, cepatlah bangun jika begitu."

Akhirnya bunga mengalah juga. Rio tak menjawab, dengan malasnya Rio berusaha bangun dari tidurnya dan merekapun bersama-sama masuk ke toilet.

"Sekarang apa tujuanmu ke toilet?" Tanya bunga datar, setelah mereka sudah sampai.

"Ya, tentu saja sama denganmu."

"Kalau begitu duluan."

Bunga langsung membalikkan badan. Sementara Rio sedikit tersenyum menatapnya.

'Dasar lelaki aneh, apa menurutnya itu lucu!' Batin Bunga kesal

Setelah beberapa detik Rio telah menyelesaikan kegiatannya. Lelaki itu mendekati Bunga. "Sekarang giliranmu." Dia berbisik di telinga isterinya.

Bunga tak begitu meresponnya, agar Rio segera melangkah keluar meninggalkannya, namun pria itu malah berdiri di depan washtafel, membasuh wajahnya.

"Hei, tolong tinggalkan Aku sendiri."

Bunga bernada mulai kesal. Rio spontan menatapnya.

"Apa yang ingin kamu lakukan, lakukan saja sesuka hatimu dan pastinya Aku tidak akan mengusikmu." Rio menjawab.

"Siapa yang bilang bahwa kehadiranmu tidak mengusikku? Tinggalkan Aku sendiri Rio."

Bunga terus memohon. Namun Pria itu tidak memperdulikannya sama sekali. Dia malah asyik menikmati kegiatannya.

Beberapa detik kemudian karena di lihatnya wajah Bunga sudah nampak manyun sekali, akhirnya Rio meninggalkannya juga. Rio berjalan dengan perlahan, duduk sejenak di atas sprimbet empuk itu. Dinginya suasana subuh ini membuat Rio menggigil, di tambah lagi di luar sana sedang hujan gerimis. Diapun segera menarik selimut tebal yang masih tergeletak di sampingnya itu.

Dia hendak membaringkan tubuhnya lagi.

Bungapun datang dia tatap Rio yang tengah menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Bunga mendengus kesal, Bunga tak ingin ambil pusing, diapun ikut masuk kedalam selimut itu. Suasana menjadi terasa hangat, merasakan hal itu, Rio segera menyingkap selimutnya sedikit memperhatikan isterinya.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Saranghaeyo

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku