Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Takdir Cinta Gigolo Kampung

Takdir Cinta Gigolo Kampung

Fajar Merona

5.0
Komentar
75.4K
Penayangan
129
Bab

'Ikuti terus jatuh bangun perjalanan Sang Gigolo Kampung yang bertekad insyaf, keluar dari cengkraman dosa dan nista hitam pekat. Simak juga lika liku keseruan saat Sang Gigolo Kampung menemukan dan memperjuangkan cinta sucinya yang sangat berbahaya, bahkan mengancam banyak nyawa. Dijamin super baper dengan segala drama-drama cintanya yang nyeleneh, alur tak biasa serta dalam penuturan dan penulisan yang apik. Panas penuh gairah namun juga mengandung banyak pesan moral yang mendalam.

Bab 1 Prologue

"Ooh yaaaa ooooh, Sayaaang," lenguh lirih seorang wanita. Orgasme ketiga yang sangat dinantikannya mulai terbangun kembali. Dalam pada itu lelaki yang lebih muda itu langsung meremas kuat pantatnya. Bergeraklah tubuh telanjang itu, naik turun di bawah genjotan sang jantan. Hentakan tubuh mereka saling berlawanan, napas keduanya terengah-engah.

"Oooh... Sayaaaang... sedikiiit lagi aku dapaaat lagi oooh, teruuuussssss..." Lenguhan sang betina sedikit tertahan. Gelombang orgasmenya kian mendekat, sang jantan pun sontak menggila, hingga desakkan orgasme itu tak mampu lagi dibendung.

"Sayaaang aaaaah ssssst...." Lolongan panjang nan parau, mengiringi pandangan sang wanita yang mendadak gelap, jantungnya berdegup kian kencang, tubuhnya menegang, otot vaginanya berkontraksi. Seluruh sendi di tubuhnya mengejang saat cairan kenikmantan meluncur dahsyat dari lobang surgawinya.

"Oooh..." Tak berselang lama pemuda itu melnguh. Ranjang terus bergoyang, bunyi deritnya terdengar nyairng akibat hentakan-hentakan yang terjadi di atasnya. Wanita beranak satu itu pun hanya bisa menggigit bibir bawahnya, guna meredam erangannya yang tak terkendali. Lelaki perkasa 20 tahun yang sedang menggejotnya benar-benar telah hilang kontrol.

"Keluarin di luaaar, Saaaaayang...." pesan mendesah dari sang wanita saat menyadari jika sang jantan hampir mencapai puncaknya.

"Oooh aaah ssssst....!" pekik sang pemuda tertahan dalam deru napas yang membara, gerakannya sangat cepat saat mencabut batang kejantanannya dari lobang sang wanita. Lantas dia berdiri dengan kedua lututnya dan mengocok batang licin yang berdenyut-denyut, seraya menengadahkan wajah ke langit-langit.

"Oooooh, Tanteee aku keluaar..." Erangan panjang sang pejantan mengiringi semburan kencang cairan kental dari dalam dirinya. Menghantam perut, dada hingga sebagian wajah wanita yang terkapar di bawahnya.

"Oooh yeees I like it's..." Wanita itu mendesah lirih dengan senyum kepuasannya.

Sudah sering wanita itu melihat semburan sensasional dari ujung batang kejantanan sang pemuda, namun malam terakhir itu terasa lebih spesial dan dahsyat. Gairahnya bahkan seolah tak pernah padam, walau sudah hampir dua jam berada di kamar itu dan sudah tiga kali pula menggapai puncak kenikmatannya.

"Aku akan selalu membutuhkan ini..." ucap wanita berusami itu, sambil meratakan sperma yang membasahi tubuhnya; Lalu dia jilati jari-jemarinya guna membersihkan sisa-sisa cairan birahi sang jantan yang besok akan pergi merantau meninggalkan dirinya. Beberapa detik kemudian, sang jantan pun jatuh terkapar di sampingnya.

Untuk beberapa saat mereka terdiam dalam berpelukan lemas, meredakan napas yang memburu, sebelum keduanya bersegera membersihkan dan mengeringkan tubuh basahnya masing-masing. Setelah itu sang wanita pun kembali berkaian, lalu melangkah keluar dari kamar sang pemuda dengan perasaan lega.

Dengan langkah mengendap dan harti-hati wanita itu pun masuk kembali ke kamarnya. Dan dengan sangat hati-hati merebahkan tubuhnya di samping suaminya yang masih tertidur lelap. Sebelumnya dia pun mengecup lembut kening anak balitanya, lalu kening lelaki tampan, bertubuh kekar yang sudah enam tahun menjadi suaminya.

'Maafkan aku, Mas. Semua ini aku lakukan karena kamu juga. Tapi percayalah, cinta dan kasih sayangku padamu tak akan pernah pudar untuk selama-lamanya,' batin wanita sebelum akhirnya memasuki gerbang mimpi-mimpinya yang kelabu.

^*^

"Rafa, bangun udah mau pagi, nih!" Terdengar suara yang penuh wibawa dari luar kamar Rafael.

"Iya, Om," balas Rafael sigap.

Rafael sudah terbangun dari tadi, sedang merenungi peristiwa semalam yang sangat menegangkan sekaligus menggairahkannya. Berharap semua itu menjadi yang terakhir buatnya. Dia pun masih tak percaya jika istri pamannya berani berbuat nekad, masuk kemarnya dalam keadaan setengah telanjang, ketika pamannya ada di rumah, walau katanya sudah tertidur karena pengurh obat tidur yang secara sembunyi-sembunyi dimasukan ke dalam air minumnya.

Rafael bangkit dari tidurannya, lantas memakai kembali singlet dan kain sarungnya. Setelah itu dia keluar kamarnya hendak ke kamar mandi, kemudian bersiap-siap untuk pergi merantau walau belum jelas hendak kemana dan apa yang akan dilakukannya di perantauan nanti. Hanya berbekal setitik asa, dia yakin salah seorang teman sekaligus musuh dalam selimut yang akan bisa membantunya.

Saat hendak masuk kamar mandi, langkah Rafael tertahan karena ada suara seseorang yang sedang mandi di sana. Dia menduga orang yang sedang mandi itu pamannya atau tantenya. Rafael pun balik arah, hendak turun ke lantai bawah untuk ke kamar mandi satu lagi yang ada di dapur.

Deg! Jantung Rafael sedikit tersentak saat memasuki dapur.

Wanita yang tadi malam nekad mengajaknya bersetubuh dengan sangat binal itu, sedang berdiri menghadap meja makan masih dalam balutan busana tidur transparan, persis yang dikenakannya tadi malam. Untuk beberapa saat Rafael berdiri tertegun. Sensasi tegang dan gairah semalam mendadak kembali menderanya, hingga tak sadar benda tumpul di balik kain sarungnya pun bereaksi.

Wenda, sang tante menolehkan wajah ke belakang, menyadari ada seseorang yang mendekat dan memperhatikan dirinya dalam jarak tak lebih dari dua meter.

'Sudah kuduga!' batinnya kegirangan. Wenda tersenyum sambil membalikan badan menghadap pemuda ponakan suaminya yang terlihat tampan dan gagah dalam balutan singlet putih dipadu kain sarungnya. Seketika itu pula, dia merasakan desiran halus yang menjalar di sekujur tubuhnya. Kedua matanya menatap nanar benjolan besar di balik kain sarung Rafael. Benjolan yhang sontak mengingatkan dia kembali pada sensasi semalam yang sangat mendebarkannya.

Wenda melangkah pelan mendatangi Rafael yang mematung terbengong-bengong.

"Oooh...!" lenguh Rafael serya sedikit tersentak, saat tangan Wenda tiba-tiba memgang dan meremas batang kejantannya di balik sarungnya.

"Wow, sudah berdiri aja, nih. Masih belum puas yang semalam ya, Sayang," bisik Wenda di telinga Rafael.

"Jangan nekad, Tan. Om Andi sudah bangun!" cegah Rafael sambil menarik pantanya ke belakang untuk melepaskan genggaman tangan Wenda dari batangnya.

"Aku tahu, tapi dia kan sedang mandi, tahu sendiri dia mandinya suka lama," balas Wenda sesaat sebelum melumat bibir keponakan suaminya, sementara tangannya makin lembut meremas dan mengelus-elus batang yang sudah sangat kencang itu.

"Nanti Vasco bangun, Tan."

"Biasanya juga bangun siang," elak Wenda tetap memaksa. Rafael pun tak bisa mengelak lagi, membalas lumatan panas tantenya yang memang sudah membuatnya sangat ketagihan.

"Hmmmffff..." Wenda melenguh basah. Desiran gairah memerciki sekujur tubuhnya hingga vaginanya pun ikut berdenyut dan basah. Dia lantas mengabil tangan Rafael agar memainkan vaginanya yang memang hanya dihalangi gaun tidur. Wenda bahakn tak memakai bra juga. Semua sudah direncankanya.

"Tante jangan, ini bahaya!" cegah Rafael saat pagutan Wenda terlepas.

"Salah sendiri, pagi-pagi udah bikin aku horny," balas Wenda seraya memagut lagi mulut Rafael yang masih sedikit berbau karena belum mandi. Lidah mereka kembali bertautan dalam gelora syahwat hewani yang menyala. Keduanya berpelukan dalam berdirinya di antara dapur dan ruang keluarga.

"Hmmmm...." Wenda bergumam lirih saat dengan perlahan tangan Rafael mengelus-elus vaginanya. Dia pun lantas menarik kain sarung Rafael hingga telepas dan melorot ke lantai. Lalu Wenda menurunkan tubuhnya, berjongkok tepat di depan selangkanan pemuda yang sejak kelas satu SMA, telah menjadi pejantan kesayangannya.

"Tanteee, aduuuh cepetaaan...." Keluh Rafael, meminta Wenda untuk mengoralnya lebih cepat agar segera tuntas. Takut pamannnya keburu selesai mandi, dan turun dari lantai atas.

"Oooh, kesyangaaaaanku," lenguh Wenda sambil terus menggerakan kepalanya maju mundur, memnjilati, mengulum dan memainkan batang kejantanan besar, panjang dan berurat perkasa itu dengan penuh nafsu.

"Oooh, tante cepetan henttikaaaan...." lenguh pelan Rafael tak sabar, mulai panik, namun di sini lain juga mulai menikmatinya.

Tanpa menggubris cegahan Rafael, Wenda makin bernafsu mengoral batang itu, sebelah tangannya juga memainkan lobanng kenikmatannya sendiri dan menusuk-nusukan jarinya berulang-ulang.

Tadi malam Wemda bercinta dengan Rafael saat suaminya tertidur lelap di kamar yang berbeda, namun itu sukses membuatnya kehabisan kata-kata untuk menggambarkan sensasi dan ketegangan yang tercipta. Fajar menjelang pagi ini, dia pun kembali merasakan sensasi ketegangan dalam kadar yang jauh lebih dahsyat, karena di lakukan di ruangan yang agak terbuka dan suaminya pun sudah bangun, walau di kamar mandi.

Wenda melepaskan kulumannya, lalu menatap nanar batang kejantanan ponakan suaminya itu, seraya meratapi nasib dirinya yang mungkin tidak akan bisa merasakan kembali keperkasaan itu dalam waktu yang belum bisa dipastikan. Tak terasa, air matanya pun menetes. Membayangkan betapa hari-harinya akan menjadi sangat sepi, suram dan gersang tanpa Rafael di sisinya.

"Loh, kok malah nangis. Tan?" tanya Rafael heran.

"Aku nangis karena .." balas Wenda terputus.

"HAH!"

Mereka kompak terpekik kaget ketika mendengar langkah kaki seseorang yang menuruni anak tangga.

Sepasang insan yang sejengkal lagi akan melaksanan hajat terlarangnya itu pun bergegas merapikan diri dan berhamburan terpisah. Dengan gerakan super kilat, Rafael masuk ke kamar mandi yang tak jauh dari sana. Sementara Wenda berpura-pura sibuk mengatur meja sarapannya di meja makan dengan sangat normal dan wajar.

"Rafa mandinya di sini ya, Ma?" tanya Andi pada istrinya.

"Iya. Dari tadi tuh di dalam kamar mandi. Mungkin lagi bertelur dulu," jawab Wenda dengan intonansi normal.

'Sialan! hampir aja gua ketangkap basah!' batin Rafael gugup. Kedua tangannya memegangi dadanya yang bergemuruh. Detak jantungnya lebih kencang dari genderang perang. Batang kejantanan serta sekujur tubuhnya terasa lemas, hingga dia harus bersandar pada daun pintu.

Benarkah Andi tidak tahu apa yang terjadi dengan istri dengan keponakannya?

^*^

'Bagaimana jatuh bangunnya perjalanan Gigolo Kampung yang bertekad keluar dari cengkraman dosa dan nista hitam pekat, untuk insyaf yang sebenar-benarnya. Ikuti terus lika-liku keseruannya saat sang gigolo menemukan dan memperjuangkan cinta sucinya yang sangat berbahaya, bahkan mengancam nyawa dirinya dan orang lain.

Dijamin super baper dengan segala drama-drama cinta yang nyeleneh, tak biasa, dengan alur tak mudah ditebak, serta penulisan dan gaya bahasa yang apik. Memang agak panas penuh gairah, namun juga mengandung banyak pesan moral yang mendalam.

Salam 'Takdir Cinta Gigolo Kampung'

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Fajar Merona

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku