icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Takdir Cinta Gigolo Kampung

Bab 2 Takdir, 1

Jumlah Kata:1545    |    Dirilis Pada: 24/03/2024

onya sambil menarik tang

kuanggap kamarku sendiri. Nyonya langsung mengunci pintunya dan di saat degup jantungku masih belum sep

ga udah gak tahan ya?”

Lalu dengan gerakan slow motion penuh nafsu, aku dekatkan bibir

untur!” cegahnya sambil meletak

ntuk berangkat ke bandara dengan suaminya. Andai wajah dan bibirnya aku lumat, mak

a sambil dengan cekatan memelorotkan kolor dan sempakku sekaligus, hingga

bil memelorotkan celana dalamnya hingga setengah paha dia juga mengangkat rok panjangnya hingga sebatas

birahi. Kedua tangannya menarik lebar kedua bongkahan pantatnya, hingga loban

ananku juga bibir lobang belakang nyonya yang terpampang di depanku. Ini lobang kenikmatan yang tak pernah aku dapatk

bersamaan, bertepatan dengan melesaknya batang keperkasaanku dalam lobang

iada duanya, Sayaaang, ooooh…

alu berisik, nyonya,”

Lalu bibirnya terkatup dan sebelah tangannya menutup mulutnya, tampaknya dia sadar jika r

tapi jangan di dalam ya, oooh ssssst…” Nyonya kembali berbisik dalam napas ya

uasa menahan nikmat dari sensasi genjotan dogg

n moncong rudalku ke dinding untuk menembakkan amunisi kentalnya. Nyonya pun seger

ntatnya dengan tisu yang sudah disiapkann. Kemudian merapikan ke

rsenyum tipis dan mengelap batangku yang

an keluyuran, apalagi bawa-bawa cewek gak jelas. Ingat, pastikan semua CCTV selalu menyala

n bisa melaksanakan semua pesannya. Terutama urusan keluyuran da

rumah dalam waktu yang agak lama. Pesan yang sebenarnya tidak terlalu penting karena apa ya

i sudah sering terjadi, dan aku yang selalu menjadi korbannya. Bahkan ketika aku sedang berlibur di kamp

erintahnya. Yang penting jangan dipecat karena itu sangat berbahaya. Jika sampai itu terjadi, maka ak

elana, aku langsung rebahan telentang

KELEL

elelahan? Payah sekali kau anak muda!’ bentak

ba

rangkaian peristiwa yang aku alami saat libur di kampung selama dua minggu itu. Insiden demi insiden datang ber

al yang seolah sudah diatur. Bahkan sampai saat ini pun aku masih bertanya-tanya dalam hati, ‘Kok bisa? Ini bukan

langka yang kualami selama libur

katanya sudah punya keluarga baru di sana. Aku merasa tidak peduli dengan bapak, karena sejak dulu pun dia kurang peduli dengan

teman yang masih ada walau tak sebaya. Hampir semua teman sebayaku sudah tidak ada, mereka ada yang sudah menikah, be

?" tanyaku pada Bi Nia, ibunya Hend

geeet kita gak jumpa ya, A.” Dengan wajah semringah Bi Nia langsung memberondongku

adi bisa pulang dulu, kan lumayan liburannya sebulan. Tapi kalau di kampung gak tahu berapa lam

Hendi mah main bola mulu. Gak peduli sama mamanya yang baru pulang belanja, b

belanja? Ya udah biar saya aja yang bantuin beresin belanjaannya,” uc

karang kan udah jadi orang kota, udah j

ekeh dan beranjak dari duduk hendak membantu dia membereskan bar

a tahun lalu karena tersambar petir saat sedang nyangkul di sawah. Almarhum meninggalka

, alias mantan mertuanya. Dia bahkan masih sering membantu nenek sama seperti saat Mang Adin masih h

bahkan hingga mempunya mobil pickup. Dulu aku juga bisa mengendarai mobil berkat bimbingannya, karen

ta memiliki taraf ekonomi di atas rata-rata warga kampung. Hal tersebut karena adanya warisan Mang Adin berupa rumah, kebun, sawah dan w

mah sendiri. Saat masih tinggal di kampung dan Mang Adin masih hidup, numpang makan, numpang mandi, bahkan numpang tidur sudah menj

a. Jadi kata nenek, tidak elok menginap di rumahnya. Takut menjadi fitnah atau gunjingan orang sekam

. Berkali-kali Bi Nia berseloroh memuji penampilanku yang katanya makin makin gagah dan ganteng. Sejujurnya aku merasa sedikit heran de

*

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka