Zanna Kirania sudah paham konsekuensi saat memutuskan menikah dengan seorang prajurit. Tiga bulan setelah pernikahannya Adiyasa ditugaskan ke sebuah pulau kecil di ujung utara indonesia, Pulau Natuna yang berseberangan dengan pulau Batam. Zanna yang masih tinggal di Bandung terpaksa menjalani LDR dengan segala permasalahannya. Dua tahun setelah menjalani LDR, Adiyasa memboyong Zanna tinggal bersama di sebuah mess sederhana. Kehidupan sosialita Zanna pun terhenti. saat harus tinggal di pulau yang masih minim fasilitas. Mampukah Zanna menjadi istri seorang prajurit yang kuat dengan berbagai ujian?
Zanna Kirania seorang pramugari di sebuah maskapai milik negara yang akhirnya memutuskan berhenti dan menikah dengan seorang prajurit berpangkat letnan satu bernama Adiyasa.
Perbedaan usia yang terpaut cukup jauh, tak menyurutkan langkah Zanna untuk menikahi sang prajurit. Meski di awal Ibu Zanna kurang menyetujui karena perbedaan usia dan pekerjaan yang penuh resiko, tak menyurutkan langkahnya. Akhirnya, restu sang ibu didapat Zanna dan Adiyasa.
Layaknya pernikahan militer, Zanna harus mempersiapkan segala persyaratan administrasi juga beberapa proses yang harus dijalaninya saat memutuskan menikah dengan seorang prajurit. Tak biasa dan cukup merepotkan baginya, tetapi demi menyandang Nyonya Adiyasa, ia pun rela berjibaku dengan segala kerepotannya.
Hari itu, Adiyasa dan Zanna pun menyelesaikan proses akhir untuk menikahi sang prajurit. Lelah, tapi senyum bahagia itu terpancar. Saat hendak pulang, Zanna mendapatkan telepon dari sang ibunda.
"Bu, ibu tenang dulu. Ada apa?" Zanna mencoba menenangkan sang ibu yang panik di ujung telepon.
"Ayah kamu, Zanna ... dia kena serangan jantung, kamu bisa pulang, Nak?" tanya sang ibu menahan tangisnya.
"Zanna usahakan segera pulang, Bu," jawab Zanna menenangkan.
Setelah sambungan telepon terputus, Zanna pun terdiam. Apa yang harus dilakukannya sekarang? Pulang ke Bandung?Bagaimana dengan persiapan pernikahannya?Dilema kembali menghampiri Zanna.
"Kenapa, Sayang?"
"Mas, Ayah masuk ICU kena serangan jantung. Gimana nih?"
"Innalillahi ... kita berangkat sekarang!" Adi pun langsung melaju membawa mobilnya menuju sebuah rumah sakit besar di Bandung.
-----
Setelah menempuh perjalanan panjang hampir 4 jam, Zanna dan Adiyasa pun sampai di rumah sakit. Zanna pun bergegas masuk menuju ruang ICU. saat sedang mencari, Zanna melihat sang Ibu keluar dari sebuah ruangan. Ternyata sang Ayah sudah dipindah ke ruangan perawatan.
"Bu, Ayah gimana?" tanya Zanna yang panik.
"Masuklah. Ayahmu sedang istirahat. Adi ke mana?" Ibu bertanya keberadaan calon menantunya itu.
"Ada di parkiran, tadi Zanna lebih dulu masuk."
Tak lama, Adiyasa pun datang dan ikut masuk ke dalam ruangan.
"Yah, Ayah kenapa sakit?" zanna mengenggam tangan sang Ayah erat.
"Maaf Ayah merepotkanmu ya, Nak." Ayah berusaha berbicara dengan suara parau.
"Enggak, Yah. Aku sama Mas Adi tidak merasa direpotkan. Yang penting Ayah sehat dan menyaksikan pernikahan kami," ujar Zanna berusaha tegar di depan sang Ayah.
"Iya, Yah, Ayah kan mau jadi wali di pernikahan kami nanti." Adi pun mengenggam tangan sang Ayah mertua memberi dukungan.
Ayah Zanna terdiam. Netranya menerawang, entah apa yang sedang dipikirkannya hingga beberapa detik kemudian, sang Ayah merasakan sesak yang hebat.
Semua sempat panik, dokter jaga dan perawat pun datang memeriksa. Setelah mendapatkan pertolongan pertama, Ayah Zanna pun kembali stabil.
Karena kondisi sang Ayah yang tidak stabil, dokter meminta agar tidak banyak orang di dalam untuk menunggu.
Sang Ibu pun akhirnya memilih keluar, begitupun dengan Adi-panggilan Adiyasa- tetapi dicegah Ayah Zanna.
"Di, Ayah mau bicara sama kalian berdua."
"Iya, Yah."
"Zanna adalah putri tunggalku. Dia segalanya bagiku. Waktuku mungkin tak lama lagi, aku takut jika tak sempat menyaksikan pernikahan kalian.
Ayah harap, kalian mau menikah secepatnya. Anggaplah ini permintaan Ayah yang terakhir." Ayah Zanna semakin melemah, ia seperti kehilangan semangat untuk sembuh.
Adi dan Zanna saling menatap. Mereka tak bicara, hanya netra mereka saling bertatapan dan dengan pemikiran masing-masing.
Suara Ayah yang melemah, desakan sang Ayah yang dikejar waktu, membuat Adi akhirnya mengambil sebuah keputusan besar. Ya, keputusan yang harus diambilnya, demi sang Ayah dapat menyaksikan pernikahan mereka.
"Yah, besok, Adi akan menikahi Zanna. Insya Allah, kami menikah siri dulu di depan Ayah. Jika semua proses beres, kami akan menikah resmi." Adi berusaha tersenyum dan mengenggam erat tangan Ayah Zanna.
Zanna hanya tersenyum, dalam hatinya ia bertanya, apakah pilihan ini sudah tepat? Tetapi melihat kondisi Ayah yang semakin lemah, ia takut tak dapat mewujudkan impian sang Ayah.
"Terima kasih, Nak."
Zanna pun memeluk dan mencium sang Ayah yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Karena pengaruh obat, sang Ayah pun tertidur. Zanna dan Adi pun memilih menunggu di luar.
Adi pun memutuskan menyiapkan segala persiapan pernikahan sirinya esok hari. Langkah ini terpaksa diambil agar Ayah Zanna bisa bahagia di sisa akhir hidupnya. Sedangkan Zanna memilih menemani sang Ibu.
------
Hari ini, Zanna dan Adi akan menikah siri ditempat ini. Ruangan yang tak terlalu besar berdinding putih. Di tempat inilah sang Ayah terbaring lemah menyaksikan pernikahan putri tunggalnya.
SAH!
Alhamdulillah, meski hanya dihadiri kedua orang tua mereka dan dua orang saksi serta penghulu, pernikahan ini pun terlaksana. Zanna kini sudah menjadi Nyonya Adiyasa, walau masih menikah siri.
Proses pernikahan di militer yang cukup merepotkan dan proses yang panjang, membuat mereka mengambil langkah ini. Keadaan yang memaksa. Ayah Zanna semakin lemah, Zanna maupun Adi takut jika sang Ayah tak dapat menyaksikan pernikahan mereka.
Saat sedang bercengkerama setelah akad nikah, tiba-tiba Ayah Zanna kembali drop, ia tak sadarkan diri. Dokter juga perawat datang memberikan pertolongan pertama. Hingga Ayah Zanna dinyatakan meninggal oleh sang dokter.
"Ayah...." Zanna menangis, ia histeris.
Apa yang ditakutkannya terjadi. Hanya berselang beberapa jam setelah akad nikahnya dengan Adi, sang Ayah menghembuskan nafas terakhirnya. Ibu Zanna yang menangis kehilangan suami pun akhirnya mencoba menenangkan putri tunggalnya itu.
"Zanna, ikhlasin Ayah. Kita harus ikhlas, agar jalan Ayah dipermudah." Ibu pun memeluk Zanna dengan erat.
Sang Ibu paham, bagaimana perasaan Zanna. Tak lama setelah akad nikah digelar, Ayahnya pergi untuk selamanya. Kedekatan. Zanna sejak kecil bersama Ayahnya kini hanya tinggal kenangan. Terlalu sakit bagi Zanna, tetapi ia harus ikhlas.
Adi akhirnya memeluk sang istri. Memberikan kekuatan dan support. Ia juga bersedih, Ayah mertuanya itu lelaki hebat. Banyak nasihat yang ia terima, sesaat sebelum kepergiannya. Kini tugasnya menjaga Zanna juga Ibu mertuanya selepas kematian Ayah mertuanya itu.
------
Adi pun mengurus segala administrasi, agar Ayah mertuanya itu segera dibawa pulang dan dimakamkan sesuai syariat islam.
Ayah Zanna pun dimakamkan. Di sebuah pemakaman umum tak jauh dari komplek perumahan sang Ayah.
Menjadi salah satu tokoh masyarakat yang dikenal bijak dan humble, banyak yang kehilangan sosok Ayahnya. Alhamdulillah, banyak pelayat dari berbagai golongan ikut hadir turut mendoakan almarhum.
Kini sang Ayah telah terkubur. Zanna hanya bisa menangis dipelukan sang suami. Di satu sisi ia bersedih kehilangan Ayah, tetapi di sisi lain, ia juga bahagia karena Ayahnya tidak merasakan sakit lagi. Terlebih ia dapat mewujudkan keinginan terakhir sang Ayah, menyaksikan pernikahannya dengan lelaki hebat pilihan Ayah, Adiyasa.
bersambung ....
Bab 1 Menikah Demi Ayah
26/01/2022
Bab 2 Harus LDR
26/01/2022
Bab 3 Cemburu
26/01/2022
Bab 4 Amarah
26/01/2022
Bab 5 Bulan Madu
27/01/2022
Bab 6 Batas Kesabaran
27/01/2022
Bab 7 Pilihan Hidup
31/01/2022
Bab 8 Tinggal Bersama
31/01/2022
Bab 9 Kata Maaf Di ujung Ajal
31/01/2022
Bab 10 Kelahiran
31/01/2022
Bab 11 Mulai Terbuka
10/02/2022
Bab 12 Sidang
10/02/2022
Bab 13 Hadir Kembali
10/02/2022
Bab 14 Sahkah
11/02/2022
Bab 15 Pasrah Dengan Takdir
11/02/2022
Bab 16 Cerai
12/02/2022
Bab 17 Perpisahan
12/02/2022
Bab 18 Kematian Yang Tertunda
21/02/2022
Bab 19 Cinta Itu Masih Ada
21/02/2022
Bab 20 KECELAKAAN
14/03/2022
Bab 21 RAHASIA MASA LALU
14/03/2022
Buku lain oleh Michiko Jauzaa
Selebihnya