Perasaan cinta luar biasa diwaktu yang salah, juga perburuan akan hausnya tantangan dalam suatu hubungan semakin mengikat erat. Kepura-puraan perasaan semakin giat untuk saling menutupi rasa yang sebenarnya tampak begitu besar hingga tak mampu terbendung. Ini bukan perkara Drama Rumah Tangga biasa, ini tentang dia yang terus masuk ke dalam rumah tanggaku saat diterpa prahara besar. Dia yang berjiwa muda, menggebu menembus raga dan hatiku yang kalut. "Jangan mendekat, atau aku akan teriak!" Tatapan mata sayu itu begitu memikat. Ia semakin mendekat lalu terkekeh sinis. Aku menatap ke netra mata coklat itu tanpa ragu. "Kamu, butuh aku, kan? Di sini?" tunjuknya ke arah dadaku. "Seorang istri kesepian yang dikhianati suami? Cih! berhenti berbuat bodoh. Kita juga bisa melakukan hal yang sama!" ujarnya. "Pergi Kelan. Aku bisa merebut suami ku lagi dari dia!" bentakku. Namun, tatapan itu berubah menjadi sesuatu yang penuh rasa cinta. Ia berlutut, memeluk erat pinggangku. "Aku mau kamu, Via. Kamu-" lirihnya. Perlahan aku terbuai dan hanyut dengan kata-katanya, ia pria muda namun bersikap begitu dewasa. Menemani hari-hari di saat kemelut rumah tangga sedang dihadapi karena suamiku berselingkuh. Apa aku sanggup menjalani ini, saat ia terang-terangan ingin merebutku?
Aku berdiri menatap jendela besar ruang tamu rumah bernuansa Victorian. Aku benci istana itu sejak awal aku menempatinya. Sepuluh tahun lalu, dan, selama itu juga aku merasa asing diantara semua manusia yang ada di sini. Kecuali satu, suamiku sendiri. Pria yang mengejarku, bermanis dengan sikap dan rayuan sehingga membuat ku terpesona, kebaikan yang ia perlihatkan semasa kita dekat dan menjalin kasih selama tiga tahun sebelum kami menikah, dan juga, seorang suami yang begitu mencintaiku. Aku benci istana itu karena semua yang kulakukan terpantau keluarga suamiku. Tak bebas.
Bukan waktu sebentar untuk usia rumah tangga yang sudah berjalan sepuluh tahun dengan satu orang anak laki-laki berusia dua tahun. Ya, setelah kami berjuang melawan cibiran banyak orang termasuk keluarga yang sempat berpikir aku mandul, akhirnya dengan melalui bayi tabung, aku bisa hamil dan melahirkan keturunan seorang Kaisar.
Bukan ... bukan, kami bukan keturunan raja atau sejenisnya. Tapi benar, nama suamiku Kaisar Abimana Prasetya. Penguasa usaha retail dan pemilik saham properti besar di tanah air. Kaisar bukan pemilik tunggal, kami belum sekaya itu, tapi, perusahaan kecil kami menjadi penanam saham di beberapa perusahaan TBK atau terbuka yang nilai sahamnya masuk di bursa efek.
Aku sendiri, wanita tiga puluh dua tahun. Memiliki empat restaurant Korean Grill waralaba besar yang sengaja aku jalani kerja sama itu karena, Ya, demam drama Korea yang tak bisa ditampik pengaruhnya pada diriku. Bahkan hingga ke gaya berbusana mulai terpengaruh seperti wanita elegan di drama tersebut. Selain itu, aku juga pemilik dua salon besar di daerah Senopati, jika kalian tahu daerah itu, kalian pasti paham. Satu lagi, aku baru akan membuka Cafe kecil di dekat salon yang akan ku beri nama White House Cafe, terletak di pusat bisnis dan dikelilingi banyak kampus serta tempat hang out para karyawan setelah sepulang bekerja. Sahamku juga ada pada bisnis yang bergerak di perminyakan. Suntikan dana dari suami, membuat ku bisa memiliki dibeberapa titik wilayah Ibu kota dan tiga di wilayah Detabek.
Malam itu, tatapanku menerawang, gerbang besar berwarna emas itu belum terbuka padahal sudah jam satu malam dan suamiku belum pulang juga. Hal ini, sudah satu minggu berjalan. Aku begitu mencintai Kaisar, begitupun dirinya yang mencintaiku, ia juga begitu mencintai putra kami. Keluarga harmonis jika dilihat dari pigura foto besar yang terpajang di ruang tamu rumah ini. Aku tertawa sinis menatap pigura itu. Kurapatkan kimono tidur berbahan satin, jujur saja, aku mengendus gelagat mencurigakan sejak tiga bulan ini. Walau aku masih memilih diam, juga tidak akan membiarkan siapapun menghancurkan kebahagiaan keluarga kecil kami, dengan anak tunggal kami- Raja. Perpaduan nama anak dan bapak yang memiliki arti yang besar.
Lampu sorot mobil mengarah ke pagar. Sudut bibirku melengkung sempurna. Aku berjalan menuruni anak tangga dengan alas karpet untuk membuka pintu besar itu, menyambut priaku yang begitu gagah. Supir membukakan pintu bagian belakang, ia turun, menatapku sambil tersenyum. Aku berlari dan langsung menubruk tubuhnya yang kekar. Ia menggendong lalu memeluk, kedua kakiku lingkarkan di pinggangnya.
"Hai sayang, maaf, pulang malam lagi." Ia lalu menyembunyikan wajahnya di ceruk leher jenjangku, menciumnya begitu dalam. Aku mengangguk, lalu menatapnya.
"Kangen," bisikku sambil menempelkan kening kami.
"Aku besok libur, butuh cuti untuk menghabiskan waktu bersama istri cantikku, kamu mau jalan-jalan ke mana?" tanyanya sambil berjalan dengan tetap menggendong tubuh rampingku dengan kaki yang sudah melingkar erat di pinggangnya. Dengan langkah tegap, ia menaiki anak tangga tanpa merasa kesusahan karena menahan berat tubuhku.
"Terserah kamu, aku cuma mau kamu, Kaisar," bisikku sensual. Kupeluk erat leher kokohnya yang sudah berumur empat puluh tahun itu. Kedua mataku membulat sempurna, hidungku menemukan bau yang berbeda. 'SIALAN. Kau bermain dengan siapa, Kaisar!' pekikku dalam hati. 'Tidak akan ku biarkan wanita mana pun merebut priaku.' Begitu geram di dalam hati, aku menatap wajahnya yang tampak lelah. Ia menatap juga dengan sebelah alis terangkat. Kalimat yang kubisikan ditelinganya, membuat senyum smirk suamiku muncul. Aku tau ia akan tergoda, tak mungkin menolakku.
Tak perduli jam sudah begitu malam, tujuanku satu. Menghilangkan bau musang licik yang menempel di tubuh Kaisar yang akan aku bersihkan dengan kedua tanganku sendiri. Sekaligus, memberikan tanda jika aku, selalu lebih baik dari musang licik itu, dan aku, akan segera mencari tau siapa ..., dia.
***
Malam kami begitu panas dan penuh gairah, Kaisar begitu hebat dalam melayaniku di atas ranjang, bahkan kadang ia mengajakku bermain di kamar mandi. Tapi malam itu, aku memilih mendominasi, karena ingin memancing Kaisar untuk menjawab kecurigaanku. Ia mulai mendongakkan kepala, menikmati apa yang kulakukan pada senjatanya yang berdiri tegak, laki-laki akan begitu, di saat sudah terpuaskan hasrat bercinta-hingga terbuai seolah mabuk- maka ia akan menjawab pertanyaan apa pun dengan jujur. Aku memanjakannya, tak membiarkan ia mengendalikan permainan kali ini.
Cumbuan juga ku berikan, membuat tangan Kaisar mulai bergerak kesegala area tubuhku. Aku masih mencium bau rubah sialan itu disekitar ceruk lehernya. Kaisar tak henti mendesah nikmat, dengan pinggulku yang juga mulai bergerak menggodanya, ia tak bisa menahan untuk tak memasukiku. Baiklah, aku mengalah, aku membiarkannya mulai bergerak, disela pagutan dan helaan napas tak beraturan kami, aku mulai bertanya kepadanya tentang ia makan malam di mana, rapat apa, dan kenapa harus begitu larut pulangnya.
Kaisar tak menjawab, ia membungkam bibirku dengan permainan panasnya. Aku mulai terbawa permainannya, tapi aku tak boleh hilang kewarasanku karena kenikmatan yang diberikan Kaisar.
"Kaisar, kam-" belum sempat aku selesai bertanya. Ia sudah membalik tubuhku. Double sial, ia tau posisi kesukaanku. Kami terus bermain, seolah tak peduli pagi akan menjelang, bahkan suara Raja- putra kami-yang tidur di kamar sebelah bisa saja kami abaikan.
Kaisar mengerang, terus menyebut namaku disela hujamannya hingga ia mencapai klimaks lalu melepaskan cairan hangat itu di dalam, kemudian ia ambruk di atas tubuhku dengan napas terengah-engah. Aku belum sampai, tak masalah. Ku usap peluh di dahinya, beralih memeluk erat tubuh tegapnya yang menimpa tubuhku.
"Sayang..., Kaisar," panggilku pelan.
"Hm?" Ia menjawab dengan dehaman, tampak mengantuk juga.
"Kamu, nggak selingkuhin aku, kan?" akhirnya kalimat itu meluncur dari bibirku. Kaisar tertawa, ia mengecup ujung dada, lalu bibirku, ditatapnya lama kedua mataku, ia lalu berucap.
"Jangan mikir yang aneh-aneh, udah tau kalau aku susah payah dapetin kamu, kenapa harus aku sia-siain, cukup kamu, Via."
Kalimat penutup itu seperti sihir, kami bercumbu lagi, ia kembali memasukiku, ia tau pekerjaannya belum tuntas, aku mendapatkannya, Kaisar tersenyum, tapi kemudian efek sihir itu selesai, bersamaan dengan Kaisar yang membersihkan dirinya dengan aku yang masih terus curiga.
Bab 1 Curiga
27/04/2022
Bab 2 Raja sakit
27/04/2022
Bab 3 Donut dan Cappuccino
27/04/2022
Bab 4 Krim sup buatannya
27/04/2022
Bab 5 Pertemuan tak terduga
27/04/2022
Bab 6 Feeling
27/04/2022
Bab 7 Semakin curiga
27/04/2022
Bab 8 Sugar Island
27/04/2022
Bab 9 Apa salahku
27/04/2022
Bab 10 Panggilan papa
27/04/2022
Bab 11 Aku suka kamu
27/04/2022
Bab 12 Cara yang salah
29/04/2022
Bab 13 Hasrat menggoda
29/04/2022
Bab 14 Bersaing sehat
29/04/2022
Bab 15 Tentang dia
29/04/2022
Bab 16 Ancaman Kaisar
29/04/2022
Bab 17 Selingkuh juga
29/04/2022
Bab 18 Ternyata dia
30/04/2022
Bab 19 Luapan emosi
30/04/2022
Bab 20 Suasana baru
30/04/2022
Bab 21 Kepikiran terus
30/04/2022
Bab 22 Pewaris tunggal (18+)
30/04/2022
Bab 23 Papa Kelan
10/05/2022
Bab 24 Jatuh cinta atau
24/05/2022
Bab 25 Beruntung mengenalnya
25/05/2022
Bab 26 Bisa gila
25/05/2022
Bab 27 Never let me go
27/05/2022
Bab 28 Ibu suri
30/05/2022
Bab 29 Wajah yang mirip
31/05/2022
Bab 30 Istri yang dibanggakan
01/06/2022
Bab 31 Nama besar masa lalu
02/06/2022
Bab 32 Aku menyayangimu
05/06/2022
Bab 33 Berita panas
05/06/2022
Bab 34 Mulai terpancing
05/06/2022
Bab 35 Rajata Mahesa
08/06/2022
Bab 36 Saling terkait
08/06/2022
Bab 37 Love you too, kelan
12/06/2022
Bab 38 Night eiffel
12/06/2022
Bab 39 Surat kaleng
17/06/2022
Bab 40 Berburu
23/06/2022
Buku lain oleh Rianievy
Selebihnya