icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Takdir Cinta Berondong Tampan

Bab 5 Pertemuan tak terduga

Jumlah Kata:1111    |    Dirilis Pada: 27/04/2022

ipegang, tak melulu dari makanan. Aku kembali bekerja di restoran milikku, memeriksa laporan harian, juga mengontrol keadaannya. Mulai dari pi

l siapa aku dan semua usahaku berbadan hukum resmi diurus oleh

bang-nimbang, karena usul ini juga sudah beberapa kali dilontarkan banyak orang. Kimchi buatan restoran ku memang beda, tastenya sudah di sesuaikan dengan selera lokal. Memang, target pasar ku bukan hanya warna Korea yang ada di Jakarta, tapi masyarakat lokal ya

gilkan kokinya ya, saya

tik beberapa makanan di sini." Dengan ragu, manajer restoran memberikan secarik kertas ke pad

litas baik. Juga, untuk kuah sup buntutnya, kurangi pemakaian ginseng, lidah lokal jarang mau cicipi sup rasa jamu.

rapa kali dalam satu hari, kadang aku menahan bahan baku supaya tak di masak semua. Karena sayang kalau terbuang karena tidak laku. Untuk daging,

t secarik kertas. Bukannya isi di kertas yang sudah disi

*

l em

ran depan tidak ada, kemudian berjalan ke arah samping restoran. Kedua mataku mendapati sosok pria dengan jaket kulit warna hi

pa basa-basi. Kelan, ia tersenyum la

Ia balik bertanya sambil t

suki ke kotak saran. Jangan kayak gini, nggak sopan." Aku

arusan kamu lakuin, e

angkat, menunjukkan sedikit keangkuhan yang kumiliki. Ia beranjak, me

di pencernaan, karena pakai gandum yang digiling sendiri. Titip, ya, Via," ujarnya. Aku mas

at, kan?" Ia memakai helmnya l

a juga bisa beli, Kelan?" Aku mulai kesal. Ia menoleh ke arahku, berjalan men

epalanya tertunduk karena tubuh tinggi dan aku

taku lagi, napasku sudah memburu,

n aja dulu. Aku pulang ya, sampai ketemu lagi, Mama Via cantik, terima kasih udah luangin waktu ketemu aku di sini, bye!" Ia menyalakan motor lalu menanca

sepuluh roti yang sangat menggiurkan. Bentuknya mirip croissant, tapi ini roti. Aku mengambil satu, menggigitnya untuk memastikan sebelum di makan oleh putraku. Aku memejamkan mata, rasanya enak... aku baru merasakan rasa

agi. Aku dibuat malu. Bahkan spirku merasa heran dengan pria itu. Pria? Tidak, bahkan

bis, aku turun untuk berbelanja buah. Sembari mendorong keranjang belanja, aku mulai memilih buah

erdengar. Aku menoleh, mendongak untuk menata

sembari ikut memasukan buah plum ke da

annya, jangan kasih nanas walau nanas madu, kasih

utku. Ia menggeleng

depannya Raja, maybe." Ia mengedikkan bahu

NG!" t

epanjang perjalanan ke rumah, aku dibuat uring-uringan dengan kata-katanya saat di supermarket, helaan napas pun tampak dari diriku, mendadak pikiran s

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka