Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
“ Stop Mas! aku udah capek banget. ” Ia merasa lelah dengan perlakuan suaminya yang selalu mengajaknya berhubungan tanpa henti.
“ Ini nih yang bikin kita selalu susah mempunyai keturunan, baru bermain dua ronde saja sudah kecapekan, kita sudah menikah hampir sepuluh tahun dan Kamu belum bisa memberi aku keturunan! ”
“ Mas! ... Aku sudah berusaha untuk memberimu keturunan. Aku rasa mungkin ada yang salah di sini, sebaiknya kita memeriksa kondisi kita pada Dokter. Bisa saja bukan aku yang bermasalah tapi Kamu! ” Sinta sudah merasa sangat lelah dengan perlakuan suaminya yang selalu menuntut tentang kehamilan.
“ Gak perlu! Kata Mama, Kamu yang mandul! ” Bram dengan geram memegang erat pergelangan tangan Sinta.
“ Stop Mas! Kamu jangan pernah melibatkan mama dalam urusan rumah tangga kita! ... Aku udah capek mas, kamu selalu menyalahkan aku! ” Sinta menyentak tangan Bram yang semakin erat meremas pergelangan tangannya.
“ Sudahlah! Aku mau cari angin malam!” Bram yang hendak melangkahkan kaki untuk pergi, ditahan oleh Sinta.
“ Jangan lari dari masalah mas. Kalau mau sekarang kita ke Rumah Sakit. ” Sinta mencoba menarik tangan suaminya untuk dibawa ke Rumah Sakit, ia sudah lelah dengan Bram dan mertuanya yang selalu menyalahkan dirinya.
Bukan hanya kali ini Bram dan Sinta bertengkar, bahkan ... sudah menjadi rahasia publik jika mereka berdua belum mempunyai keturunan. Setiap mereka bertengkar, pasti Bram akan langsung pergi meninggalkan Sinta.
Tapi untuk kali ini, Sinta tidak akan pasrah dengan perlakuan suaminya.
“ Ayok Mas! Jika benar aku yang mandul! ... Aku akan bersimpuh di kaki Kamu dan mama! ” Ia menarik Bram dengan kuat agar mau mengikuti langkahnya.
“ Yasudah! Mari kita buktikan. ”
Dengan langkah lebar Bram dan Sinta menuju mobil, mereka akan pergi ke Rumah Sakit untuk membuktikan siapa yang mandul.
Di dalam mobil ... Suasana terasa hening, tidak ada yang memulai percakapan, Sinta yang sibuk melihat jalan, dan Bram yang hanya fokus menyetir.
Setelah sampai di Rumah Sakit, Bram dan Sinta langsung turun dari mobil dan menuju resepsionis.
“ Permisi mbak, saya ingin bertemu dengan Dokter kandungan yang terbaik di Rumah Sakit ini. ” Ucap Bram kepada resepsionis itu.
“ Maaf pak, Dokter kandungan di Rumah Sakit ini sedang tugas ke luar kota. Kemungkinan pulangnya hari selasa. ” Resepsionis itu tersenyum tulus kepada Sinta dan Bram.
“Oh, yasudah mbak, terimakasih. ” Ia langsung pergi dari situ, dan menyeret lengan Sinta.
“ Kamu lihat! Kita harus menunggu dua hari lagi untuk tes. ” Ia membuka pintu dan menghempaskan Sinta di kursi mobil.
“ Setelah aku mengantar kamu ke rumah! Aku ingin pergi ke tempat teman! ”
“ Aku heran mas! Setiap kita bertengkar, kamu selalu menghindar. Apa susahnya sih!? Bicara baik-baik, kita selesaikan sekarang juga. ” Ingin rasanya Sinta menampar dan mencaci maki suaminya, tapi sayangnya ia tidak berani. Sinta yang tidak mendapat jawaban dari suaminya, hanya bisa menghela nafas panjang, ia menyenderkan kepalanya di kursi mobil. Kedua manusia ini, sedang berperang menghadapi ego masing-masing. Ketika mereka berdua sudah sampai di depan rumah.
“ Turun. ” Bram menatap Sinta dengan tatapan yang sulit diartikan.
“ ....... ” Tanpa menjawab, Sinta lebih memilih untuk turun langsung, daripada harus berdebat lagi.
Baru saja Sinta menutup pintu mobil, Bram langsung menginjak pedal gas dan berlalu begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata.
Bram yang sedang mengendarai mobil masih di bikin sebal dengan Sinta. Kenapa istrinya sekarang tidak menurut dengannya, padahal dulu Sinta sosok yang lembut dan penurut.
Bram memutuskan untuk pergi ke rumah istri keduanya, ia mengendarai mobil dengan kecepatan di atas rata-rata, bahkan banyak pengguna jalan lainnya yang mengklakson untuk memberi peringatan, tapi Bram hanya diam tidak perduli.