Nazeeya Bahira. Anak kedua dari dua bersaudara yang bisa dikatakan memiliki kehidupan yang hampir sempurna. Terlahir dari keluarga yang kaya raya. Ayahnya seorang pemilik perusahaan besar di salah satu Negara. Sedangkan Ibunya, Ibu dan Ayahnya sudah berpisah sejak Nazeeya berusia 10 tahun. Sejak itu Nazeeya hanya bermimpi bisa memiliki kehidupan yang sederhana dan damai bersama dengan laki-laki yang dicintainya dan mencintainya. Laki-laki beruntung yang dicintai oleh Nazeeya adalah seorang laki-laki yang dia temui secara tidak sengaja. Nazeeya bisa jatuh cinta dengan kebaikan dan kesederhanaannya. Ayah dan kakak dari Nazeeya awalnya tidak setuju. Namun mereka semua akhirnya bisa setuju jika Nazeeya menikah dengannya. Karena mereka berdua hanya ingin melihat Nazeeya hidup bahagia setelah perceraian kedua orangtuanya. Akankah Nazeeya bisa hidup dengan tenang dan bahagia seperti impiannya?
"Aku pingin jadi seperti kamu Nazeeya. Cantik, kaya dan semua orang suka denganmu."
"Hidup kamu sangat sempurna ya."
"Kamu pasti sangat bahagia."
Kalimat seperti itu sudah menjadi rutinitas bagi Nazeeya untuk didengar. Setiap hari ada saja yang memuji atau berkata iri kepadanya. Semua orang mengakui jika kehidupan Nazeeya sangat sempurna. Tetapi bagia Nazeeya, kehidupannya hanya nyaris sempurna. Itu hanya nyari, belum sempurna. Kehidupan Nazeeya tidak sempurna seperti yang dikatakan orang lain di luar sana. Menjadi putri tunggal seorang CEO perusahaan ternama di salah satu Negara tidak membuatnya bangga dan merasa memiliki hidup yang paling sempurna.
Mungkin jika keluarga Nazeeya lengkap, maka bisa dibilang hidup Nazeeya sangat sempurna. Tapi tidak. Nyatanya tidak ada manusia yang memiliki kesempurnaan dalam hidupnya. Termasuk Nazeeya. Dan sekarang hidup Nazeeya bukan lagi nyari sempurna, tetapi tidak sempurna.
Bagaimana tidak? Sejak Nazeeya berusia 10 tahun, Ayah dan Ibu Nazeeya memutuskan untuk berpisah karena diduga Ibu dari Nazeeya tidak bisa menjadi istri dan Ibu yang baik untuk anak-anaknya. Sehingga sejak saat itu Nazeeya hanya tinggal bersama dengan sang Ayah dan satu orang kakak laki-lakinya yang bernama Kivandra Aditya. Ketika Ayah dan kak Kivandra disibukkan oleh perkejaan mereka, Nazeeya biasa diurus dan dijaga oleh pengasuhnya.
Perjalanan hidup Nazeeya selama ini membuat Nazeeya di dewasakan oleh keadaan. Kekurangan kasih sayang dari seorang Ibu membuat Nazeeya hanya bermimpi untuk bisa memiliki kehidupan yang sederhana dan damai bersama dengan laki-laki yang dia cintai dan mencintainya. Apa yang terjadi pada kedua orangtuanya, sebisa mungkin Nazeeya tidak akan mengalaminya. Nazeeya tidak ingin anaknya merasakan kesedihan yang sama sepertinya.
Dan laki-laki yang beruntung itu bernama Giandra. Laki-laki yang Lavanya temui secara tidak sengaja.
"Aduh, ban mobil aku bocor lagi. Gimana ya? Mana ga ada bengkel di sekitar sini. Aku juga ga bisa ganti ban," ucap Nazeeya sendirian.
Nazeeya baru saja selesai meeting dengan beberapa klien nya. Meeting tersebut memakan waktu lama. Sehingga Nazeeya harus pulang malam kali ini. Di tengah-tengah perjalanan, tiba-tiba saja ban mobil Nazeeya bocor. Tidak ada bengkel di sekitar sana dan keadaan sedang hujan deras. Nazeeya mencoba menelepon seseorang untuk membantunya. Tetapi sayangnya ternyata baterai handphonenya habis.
"Baterai handphone aku habis lagi."
Tidak lama kemudian datang seorang laki-laki menghampiri mobil Nazeeya. Nazeeya merasa ketakutan. Nazeeya takut dijahati oleh laki-laki itu. Apalagi saat ini Nazeeya hanya sendirian.
"Permisi Mba. Mobilnya kenapa ya?" tanya laki-laki yang bernama Giandra.
"Kamu mau apa?"
"Ban mobilnya bocor ya? Ada ban serep ga? Biar saya bantu pasangkan."
Nazeeya tidak bergerak. Dia tetap diam di dalam mobilnya sambil berpikir apakah orang yang akan membantunya itu benar orang baik atau memiliki niat jahat yang lainnya.
"Hallo? Mau saya bantu ga? Kalau engga, saya pergi nih," tanya Giandra kembali.
Karena Nazeeya tidak ada pilihan lain, akhirnya Nazeeya pun menerima tawaran Giandra.
"I... Iya Mas. Sebentar."
Nazeeya keluar dari dalam mobilnya sambil membawa sebuah payung. Nazeeya ikut mengawasi Giandra menggantikan ban mobilnya. Hanya membutuhkan waktu beberapa menit ban serep pun sudah terpasang dengan sangat baik.
"Udah selesai ya. Semoga aja di jalan ga terjadi lagi," ucap Giandra.
"Terima kasih banyak ya. Sebentar."
Nazeeya kembali masuk ke dalam mobil. Lavanya mengambil dompet miliknya yang sangat tebal dengan uang dan beberapa kartu kredit serta debit nya.
"Ini Mas. Sekali lagi makasih banyak ya."
Nazeeya memberikan beberapa uang miliknya kepada Giandra. Tetapi Giandra langsung menolaknya. Karena Giandra memang ikhlas membantu Nazeeya.
"Ga usah. Terima kasih. Saya bantu kamu ikhlas. Lebih baik uangnya kamu simpan aja."
"Tapi Mas, Mas kan udah bantu saya. Ga apa-apa diambil aja Mas."
"Ga usah. Saya pergi dulu ya. Kamu hati-hati di jalan. Permisi."
Giandra langsung pergi begitu saja dengan menggunakan sepeda motornya yang sudah terkena hujan sedari tadi selama dirinya memasangkan ban serep mobil milik Nazeeya. Nazeeya termenung sebentar. Karena dia tidak habis pikir masih ada orang yang baik dan benar-benar ikhlas untuk membantu orang lain.
Tanpa di sadari Nazeeya tersenyum sendirian sambil melihat kepergian Giandra.
"Kenapa aku jadi senyum-senyum sendiri kaya gini. Lebih baik sekarang aku pulang. Pasti Ayah dan kak Kivandra udah nungguin aku di rumah."
Nazeeya pun masuk ke dalam mobil dan kembali melanjutkan perjalanannya menuju ke rumah.
*****
Di rumah.
"Nazeeya kemana? Kamu ga tau adik kamu sendiri ada dimana sekarang?" tanya Ayah kepada sang kakak, Kivandra.
"Aku ga tahu, Yah. Aku juga kan baru sampai rumah."
"Aduhh, kalau sampai adik kamu kenapa-kenapa gimana? Dia itu kan perempuan, bawa mobil sendiri juga lagi."
"Nazeeya udah besar, Yah. Mungkin dia lagi main di luar sana teman-temannya."
"Tapi tetap aja dia perempuan. Kamu itu gimana sih ga bisa menjaga adik kamu. Padahal dia itu adik kamu satu-satunya."
Ayah memang suka memarahi dan menyalahi kak Kivandra ketika Nazeeya kenapa-kenapa. Karena yang Ayah mau adalah kak Kivandra bisa menjaga Nazeeya dengan baik seperti Ayah yang menjaga Nazeeya dengan sangat baik selama ini. Namun kesibukan kak Kivandra lah yang membuat dirinya tidak bisa menjaga Nazeeya 24 jam dimana pun dan kapanpun.
Ayah mencoba menelepon Nazeeya kembali. Kebetulan sekali Nazeeya tiba di rumah dalam keadaan sedikit basah. Nazeeya sempat terkena hujan sedikit ketika sedang menemani Giandra memasang ban serep mobilnya.
"Ayah, kak Kivandra," sapa Nazeeya.
"Nazeeya. Akhirnya kamu pulang juga. Kamu habis dari mana aja nak?" tanya Ayahnya.
"Dari mana aja sih dek? Kakak sampai di salahin terus sama Ayah dari tadi."
"Udah, udah. Ayah sama kak Kivandra ga usah berantem. Lavanya ga kenapa-kenapa kok. Nazeeya baik-baik aja."
Pada kali ini Nazeeya terlihat sangat berbeda. Terlihat jelas lukisan senyum indah dari kedua bibirnya. Tercipta dengan sangat mudah dan sempurna.
"Terus kenapa kamu senyum-senyum sendiri? Ada apa?" tanya Ayahnya lagi.
"Engga. Aku ga kenapa-kenapa. Emangnya ga boleh ya kalau aku senyum?"
"Tapi senyuman kamu kali ini beda. Hayo ada apa? Cerita sama Ayah."
"Engga, Yah. Lavanya ga kenapa-kenapa. Udah ah, aku mau ke kamar dulu ya. Aku mau ganti baju. Baju aku basah sedikit nih. Dah Ayah, dah kakak. Good night."
Nazeeya langsung pergi ke kamarnya tanpa menjawab pertanyaan dari sang Ayah. Karena sebenarnya Lavanya sendiri pun tidak tahu kenapa dirinya menjadi seperti itu pada hari ini. Dan Ayahnya pun hanya bisa ikut tersenyum karena melihat putri kesayangannya terlihat sangat bahagia hari ini.
-TBC-
Buku lain oleh lilacqueen
Selebihnya