Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
MY Nerdy Wife
5.0
Komentar
252
Penayangan
14
Bab

Terkadang cantik itu bisa jadi sebuah petaka, meski itu indah dan anugrah yang luar biasa. Tapi bisa menimbulkan banyak cobaan, seperti yang terjadi pada Arcella Shameera Caluella. Karena kecantikannya, dia harus menghadapi banyak kecembuan sang kakak kandung. Hingga Arcella harus mengalami hidup yang sangat suram, demi keselamatan Arella sang ibu memintanya untuk berpenampilan cupu. Sudah merubah penampilan nyatanya tak membuat Vanessa kakaknya puas, perempuan itu terus saja berambisi mengalahkan Arcella dan semakin menggila. Yang paling sadis sang kakak selalu berusaha merebut lelaki yang dekat dengannya. Mulai Cinta pertamanya yang bernama Zale, hingga kekasihnya kala itu Auriga. Semua Vanessa lakukan untuk membuat Arella sengsara kalau perlu Arcella menghilang dari muka bumi ini. Dengan semua intrik dan kelicikannya Vanessa berhasil menjebak Cella bertunangan dengan lelaki berhati iblis, apa yang akan terjadi pada Cella selanjutnya? jangan lupa baca novelnya secara runtut ya, kalian bakalan dapat banyak kejuatan di sana. jangan lupa follow IG aku @Caramia_Yu untuk dapet update terbaru novel-novel aku thx U cover by Chaygrapic, owned by Caramia Yu

Bab 1 Aku Pulang (Ceroboh)

Suara burung yang berkicau ramai menandakan pagi ini adalah pagi yang cerah. "Hmmm..segar sekali pagi ini," ucap gadis cantik yang kini telah menyelesaikan kuliahnya dalam bidang teknik mekatronik. Meski pun seorang perempuan, dia sangat menyukai dunia mekanik dan kelistrikan yang kebanyakan disukai oleh kaum adam.

Gadis berkulit putih langsat ini memang sedikit tomboy, seorang gadis yang dianggap pembawa sial bagi keluarganya dan dibuang begitu saja. Meski begitu dia pantang menyerah, semua hinaan, sakit yang dia terima bahkan keacuhan sang papa juga rasa benci dari anggota keluarga dari garis sang papa tak mengurungkan niatnya untuk terus berkembang.

Arcella Shameera Caluella gadis cantik yang berprestasi dan berotak cukup encer, dia yang tekun dan pantang menyerah membuat gadis itu selalu mendapatkan nilai tertinggi di sekolahnya sejak SD sampai dia lulus kuliah. Dia bahkan mendapatkan gelar cumlaude dari universitas negeri terbaik di Indonesia, karena itulah dia juga meraih beasiswa untuk melanjutkan S2 nya di Jerman.

ETH Zurich, Jerman memiliki jurusan teknik terbaik – salah satu universitas teknik termasyur di dunia menjadi tempatnya menempuh pendidikan selama kurang dari dua tahun dan baru saja dia selesaikan lima bulan yang lalu dengan nilai sangat memuaskan- cumlaude.

Karena kepintaran dan prestasinya, membuat Arcella dipinang oleh salah satu perusahaan farmasi terbesar di dunia yang berpusat di Hamburg dengan cabangnya yang ada di berbagai negara, salah satunya Indonesia. Hal itulah yang menyebabkan Arcella tak bisa langsung kembali ke tanah air setelah menyelesaikan pendidikan-nya.

Gadis itu harus menjalani training selama enam bulan di kantor pusat, sebelum akhirnya nanti dia mendapatkan surat tugas untuk penempatan dirinya. Kemarin merupakan hari terakhir test dari kantor pusat untuk Arcella dan hasilnya seperti biasanya, gadis itu bisa lulus dan mendapatkan peringkat teratas.

Kebahagiaan Arcella pun semakin memuncak ketika dia mendapatkan tempat tugas di Indonesia. Semalam teman-teman Arcella pun memberikan fare well party sekaligus perayaan untuk mereka memulai kerja di tempat baru, tempat di mana mereka di tugaskan tentunya.

Management pusat memutuskan Cella ke Indonesia karena melihat Cella yang berkebangsaan Indonesi, kebetulan kantor cabang mereka di Indonesia masih banyak melakukan pengembangan dan tentunya banyak masalah di sana karena masih merupakan cabang baru. Antara senang dan sedih, Arcella pun menerima semua keputusan management dengan penuh semangat.

"Akhirnya, satu bulan lagi aku bisa kembali ke Indonesia," guman Cella yang kini tengah menikmati secangkir kopi latte hangat dan croisant yang baru saja dia hangatkan di microwave.

Dia menatap keluar jendela apartemen-nya yang memberi pemandangan taman yang indah. Helaan nafas panjang keluar dari mulut Arcella, seolah tengah melepaskan beban berat di hatinya, jika boleh Arcella memilih saat ini dia ingin tinggal di Jerman saja.

"Kamu pasti bisa Arcella! Ingat! Kamu harus terus berjuang demi mama, lebih cepat lebih baik sampai Indonesia! Setidaknya kamu bisa dengan cepat bertemu mama dan menyelamatkan mama dari tempat itu." batin Arcella memberi semangat pada dirinya sendiri.

Tapi semua tak bisa dia lakukan karena sang mama yang masih menetap di Indonesia dan membutuhkan pertolongannya. Salah satu alasan kenapa Arcella ingin menjadi orang sukses karena sang mama yang saat ini masih terjebak di dalam keluarga sang papa.

"Mama, Cella akan cepat pulang! Mama tunggu Cella! Kita akan bersama lagi dan hidup bahagia," gumamnya sendu.

Diantara anggota keluarganya hanya sang mama dan kakak lelakinya saja yang menyayangi Arcella dengan setulus hati. Tapi sang kakak Cairo Akhles juga pada akhirnya tak sanggup hidup di dalam rumah keluarganya dan memilih untuk meninggalkan sang mama sendirian di rumah yang menjadi neraka bagi Arcella.

"Mama, Cella harap mama baik-baik saja! Maafkan Cella yang terlalu lama pergi, besok saat Cella kembali, Cella akan membuat mama tersenyum kembali," janji Arcella dalam hati penuh kesungguhan.

Matanya mulai mengembun, gadis itu akan selalu meneteskan air matanya ketika dia mengingat sang mama. Tapi sang mama selalu mengatakan kalau beliau pasti baik-baik saja selama Arcella dan Cairo juga baik-baik saja, sang mama memang perempuan kuat dan tegar, itulah kenapa juga menjadi perempuan kuat.

Diusapnya air mata yang kini sudah menetes di pipinya, gadis itu tahu tak ada gunanya dia menangis. Dia harus membangun benteng pertahanan dan melawan semua kejahatan keluarganya sendiri, dia harus lebih kuat. Sepuluh tahun sudah Arcella membangun pertahanan, dia sudah menunggu sangat lama hari di mana dia akan mengibarkan bendera perang.

Dia pun bergegas mengambil ponselnya, dengan mata yang masih mengembun Arcella mulai menggerakkan jempolnya berselancar di layar pipih berlambang buah apel yang ujungnya hilang dimakan tupai. Dengan cepat dia pun mulai mencari seseorang yang namanya saat ini sudah bercokol di otaknya.

Dia yang matanya masih tak begitu jelas pun mulai menekan dengan cepat ketika nama orang yang dia maksud terpampang di layar ponselnya. Sebuah panggilan mulai tersambung, dai sabar menunggu, sialnya sampai dengungan terakhir ponsel itu tak dijawab. "Dia ke mana sich? Kenapa gak diangkat juga?" gerutu Arcella kesal.

"Ini jam berapa sich? Masak jam segini udah tidur? Harusnya di sana kan masi sore?" omel Arcella lagi yang akhirnya menoleh pada jam yang terpasang di salah satu dinding apartement itu. "Baru jam segini, masak udah molor sih?" kesal Arcella yang pada akhirnya menatap layar ponselnya dengan kesal.

Ponsel itu terjatuh ke lantai seketika, beruntung lantai itu dilapisi karpet tebal hingga tak membuat benda pipih itu rusak berserakan di lantai. Membulat sudah mata Arcella kali ini ketika nama yang tertera di sana bukan nama sahabatnya Alvano Pratista melainkan nama lelaki yang selama ini selalu Cella hindari.

Lelaki yang menjadi cinta pertamanya, teman kecilnya tapi juga sangat membenci dirinya karena kesalahanpahaman diantara mereka. Kebencian yang datang karena ulah kakak pertamanya yang bernama Vanesa Zaila Caluella, kakak kandung namun bertingkah seperti musuh bebuyutan.

"Ya Tuhan! Ini kan -," Cella tak mampu lagi berkata-kata saat ini, pikirannya sudah melayang jauh kemana-mana.

Sungguh dia tak menyangka kalau dia sudah menghubungi lelaki yang paling dia hindari di dunia ini. Lelaki yang membuatnya kebingungan mencari jawaban akan perasaan dia yang sebenarnya, sebuah rasa cinta dan benci yang saling bergumul di dalam hati Arcella.

"Kenapa harus nyasar ke dia sih?" gerutu Arcella dengan perasaan campur aduknya. Apalagi pikiran Cella yang akan selalu ke arah negatif jika sudah berhubungan dengan lelaki yang berprofesi sebagai pelaut itu.

"Cella! Kenapa kamu ceroboh sekali Cel!" pekik Arcella pada dirinya sendiri.

Dia mulai kebingungan harus bagaimana saat ini, dicengkeram erat rambutnya mencoba untuk mengurangi kekesalan di dalam hatinya. "Kenapa juga harus dia sih Tuhan? Kenapa bukan orang lain juga?" kata Arcella lagi.

"Aaaagghrrrr!" teriak Arcella yang sudah mulai frustasi.

"Gila! Apa yang bakalan dia pikirin tentang aku coba? Aku orang pertama yang menghubunginya setelah sekian tahu kami tak pernah bertemu atau berkomunikasi?"

"Cella! Kecerobohanmu kali ini sudah diambang batas! Bagaimana bisa kamu begitu bodoh!" omel Arcella pada dirinya sendiri

Gadis yang saat ini tengah duduk di bibir ranjang tempat tidur pun hanya bisa berguling di tempat tidur dan menutup wajahnya dengan bantal penuh penyesalan. Terlalu kesal Arcella pun berteriak di bawah bantal yang dia tutupkan ke wajah ayunya itu. "Ya Rabb! Tolong! Semoga dia tak menyadari nomor ponselku!" doa Cella penuh harap.

"Cella! Di mana otak kamu sich? Kenapa bisa mata kamu jadi merem gitu? Mana udah jam segini lagi. Tuhan- aku pasti ganggu tidurnya, kenapa sich ceroboh banget! Ya ampyun! Wanita apakah aku ini? Bisa-bisanya telepon lelaki jam segini?" Arcella benar-benar mengumpat dirinya sendiri kali ini.

Belum juga kembali ke Indonesia dia sudah membuat masalah dengan lelaki yang paling tidak ingin dia temui saat ini. Lelaki yang menjadi tunangannya tetapi juga membencinya setengah mati, lelaki yang menjadi cinta pertamanya tapi juga menjadi lelaki yang menghancurkan hidupnya.

Hati Arcella saat ini sangat was-was, dia sungguh tak ingin berhubungan lagi dengan lelaki itu ta[i kenapa juga dia malah menelpon lelaki itu. Arcella terus berdoa agar lelaki itu tak menyadari panggilan yang Arcella lakukan, dia terus merapalkan doa memohon kepada Tuhan agar kali ini dia dilindungi.

"Tuhan yang baik, tolong hamba-Mu yang ceroboh ini kali ini, tolong jangan biarkan dia melihat atau memperhatikan panggilan itu, aku mohon Tuhan aku hanya ingin hidup bahagia dan damai. Tolong bantu aku agar aku tak banyak berurusan dengan lelaki itu," pinta Arcella dengan khusyuk.

"Tuhan kalau memang kami harus bersama dan menjalani pernikahan itu, berarti dia jodohku kan? Kalau iya tolong beri aku jalan terbaik dan kemudahan melewati hari-hariku bersamanya." Arcella memohon kembali.

Getir rasanya hati Arcella saat ini, rasanya enggan melangkah tapi hidup terus berjalan, dia tak mungkin berhenti dan menghilang begitu saja. Dadanya yang kini mulai terasa sesak ketika mengingat semua ucapan lelaki itu di hari pertunangan jebakan mereka hanya bisa meremas ujung t-shirt yang dia pakai saat ini.

Bagaimana rasanya harus menikah dengan posisi cinta bertepuk sebelah tangan, bagaimana bisa dia menjalani kehidupan pernikahan yang damai ketika sang suami begitu membencinya, bagaimana dia bisa meluluhkan hati suaminya ketika melihat dirinya saja sang suami enggan.

Ditambah dengan penampilannya yang sangat aneh nantinya, dia yang harus berpenampilan jelek, cupu dan kampungan. Memang cinta yang tulus tak memandang fisik, penampilan atau apapun itu, tetapi wanita tetaplah wanita yang insting utamanya adalah penampilan.

Secuek, setomboy apa pun perempuan itu, tetap saja mereka akan memikirkan penampilan mereka karena itu sudah menjadi kodratnya. Perempuan dan penampilan itu seperti benda dan bayangan, penampilan juga bisa membuat seseorang memiliki rasa percaya diri karena penampilan itu citra diri seseorang.

Lalu bagaimana dengan Arcella yang harus berubah menjadi sosok yang bukan dirinya sendiri, dia yang harus menjadi orang lain. Karena semua hal itulah perasaan Arcella campur aduk, gadis itu hanya bisa memasrahkan semua kepada Tuhan sang pemilik hidup.

"Tuhan, aku tahu Engkau adalah penolongku yang paling utama, jadi aku pasrahkan semua hidupku pada-Mu Tuhan, apa pun itu aku akan ikhlas untuk menerimanya." Arcella berucap dengan penuh keikhlasan dan penuh harap.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Romantis

5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku