Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
My Posesif Ceo
5.0
Komentar
1K
Penayangan
11
Bab

Pernahkah kamu membayangkan? Menjadi pengantin pengganti untuk seorang atasan di kantor kamu bekerja saat ini. Ingin menolaknya, tapi takut kata "saya pecat kamu" akan dilontarkan oleh atasan kepala batu itu. Tapi, jika memang harus mengiyakannya, akankah kamu sanggup menjalaninya? Hidup sebagai seorang istri bos di atas kertas bermaterai. Dan kontraknya baru akan berakhir ketika Celine-kekasih atasanmu sudah menyelesaikan kuliahnya. Lalu, bagaimanakah kisah lengkapnya? Mungkinkah perasaan akan muncul ketika mereka sudah bersama nantinya?

Bab 1 1. Kabar Mengejutkan

"Menikahlah denganku!"

Dua kata yang diucapkan dengan nada datar itu pun, seketika saja berhasil membuat gadis berambut ikal itu, mulai mengedip-ngedipkan matanya tak percaya.

Benarkah ini? Apa dirinya tidak sedang bermimpi? Seorang bos yang notabe-nya kaya raya dan juga memiliki paras yang begitu tampan kini tengah melamar gadis miskin seperti dirinya?

"Alana! Kamu mendengarkan ucapan saya, bukan?!"

Suara bass khas atasannya itu pun seketika saja berhasil membuyarkan lamunan gadis itu.

"Ah! Iya, Pak? Tadi, Bapak ngomong apa ke saya?"

Saking groginya, gadis itu pun sampai-sampai bertanya dengan pertanyaan yang jelas-jelas, dapat membuat kemarahan sang atasan kian terpancing.

Atasannya itu, sama sekali tidak suka terhadap orang yang meminta agar apa yang atasannya itu ucapkan harus diulang kembali. Bahkan jika sang atasan sampai menjadi kesal dan emosi tinggi, bukan tidak mungkin, kata pecat akan langsung dilayangkan kepada siapa saja yang membuatnya kesal.

Serem banget, kan? Bahkan, rasa-rasanya tidak ada satu orang pun yang ingin memiliki seorang atasan yang ke lewat tegas seperti itu, bukan?

"Maaf, Pak! Maksud saya, apa saat ini Bapak sedang latihan untuk melamar seseorang? Makanya, Bapak mengatakan kalimat itu kepada saya," ralat Alana cepat sebelum dirinya didepak dari kantor bergaji tinggi ini.

"Tidak!"

"Latihan untuk drama, Pak?"

"Kamu pikir saya anak TK?! Mengatakan hal itu untuk latihan teks dialog Frozen."

Meski sudah mendapati wajah kesal sang atasan. Gadis itu pun sama sekali tidak menyerah untuk menebak, untuk siapakah sebenarnya kalimat yang sebelumnya atasannya itu ucapkan.

"Ah, pasti sekarang Bapak lagi dijodohin sama orang tua Bapak dengan orang yang gak Bapak kenal sama sekali, kan? Terus, biar nanti pas ngelamar jodoh Bapak itu, Bapak gak grogi lagi! Makanya, Bapak jadiin saya buat objek percobaan kan, Pak? Fix. Ini pasti gak salah," ucap Alana kembali dan tanpa sadar malah menunjuk wajah sang atasan dengan tak sopannya.

"Alana." ucap sang atasan dengan nada penuh penekanan dan berhasil membuat Alana tersadarkan dengan apa yang sudah dilakukannya.

"Maaf, Pak! Kebawa suasana! Plis, jangan potong gaji saya, yah, Pak! Soalnya saya masih harus bayar uang kontrakan sama cicilan motor matic saya, Pak! Pliss," pinta Alana sembari menangkupkan kedua tangannya di depan wajahnya.

Tanpa ingin ambil pusing, sang atasan pun memilih untuk mengabaikan ucapan gadis itu saja.

"Sudahlah! Lupakan saja! Lalu, berpikirlah dengan semestinya, Alana!"

Berbelit. Itulah kata yang pertama kali muncul di benak Alana saat mendengar ucapan sang atasan.

Gadis itu sama sekali tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh sang atasan itu.

"Menikahlah denganku, Alana!"

Kembali, kalimat itu diucapkan oleh atasannya. Membuat Alana spontan langsung menatap manik hitam tajam itu.

"Bapak serius? Btw, saya gak lagi ulang tahun loh, Pak!" ucap Alana yang masih saja tidak percaya dengan ucapan sang atasan.

"Saya serius, Alana! Saya mohon, untuk kali ini kamu harus serius!" ucap atasannya itu dengan wajah datarnya.

"Tapi, kenapa harus saya, Pak? Bukankah masih ada orang lain dan yang lebih dari saya di kantor ini?" tanya Alana yang kini mulai serius.

Sedangkan alam imajinasinya, kini gadis itu sudah berharap. Jika bos-nya itu akan mengatakan bahwa, "Karena hanya kamu yang dapat menarik hati saya! Saya diam-diam mencintai kamu! Mengagumi kamu karena semua kesederhanaan yang kamu miliki! Saya mohon, menikahlah dengan saya."

"Alana! Alana! Apa yang sedang kamu pikirkan?!"

Lagi dan lagi, suara bass khas milik sang atasannya itu pun, berhasil membuat lamunan Alana seketika menjadi buyar.

Dan kini, pandangan serta telinga Alana pun lantas ia alihkan lalu fokuskan ke arah sang atasan.

"Alasannya adalah karena yang pertama, saya perhatikan kamu tidak seperti gadis-gadis yang ada di sini. Kamu tidak pernah ke club malam dan selalu sopan kepada orang lain kecuali kepada saya. Terkadang kamu bisa kelewatan!"

"Lalu, yang kedua, saya tau kamu hanya hidup sendiri selama ini. Orang tua kamu sudah meninggal dan kamu perlu banyak uang untuk bertahan hidup, bukan? Jika kamu bersedia menikah dengan saya, maka saya akan menjamin seluruh fasilitas hidup kamu! Bahkan, saya juga akan melunasi cicilan motor kamu itu!"

"Dan setelah kita menikah, kamu juga akan tinggal di rumah saya. Jadi, otomatis kamu sudah tidak perlu lagi membayar uang kontrakan. Saya juga akan menafkahi kamu layaknya suami dan istri pada umumnya. Kamu bisa menyebut ini seperti pernikahan kontrak. Nanti akan ada pengacara yang datang dan mengurus seluruh surat-suratnya. Kamu dan saya hanya perlu bertanda tangan di atas materai. Untuk tugas kamu juga tidak susah, kamu hanya perlu berpura-pura tampil sebagai istri yang baik. Saya juga akan turut andil dalam akting ini,"

Perlahan, Alana pun berusaha untuk mencerna seluruh kalimat yang baru saja dikatakan oleh atasannya itu.

Tunggu dulu! Apa katanya, tadi? Nikah kontrak? Jadi, maksudnya, mereka menikah pura-pura gitu?

Tapi, kan! Ini tidak benar. Namun, kalo dirinya menolak? Bukan tidak mungkin, ia akan dikeluarkan dari kantor ini.

Jika di pikir-pikir, Alana tidak dirugikan malah dibuat untung besar oleh atasannya itu. Jadi? Apakah Alana memang harus mengatakan, iya?

"Mohon maaf Pak sebelumnya! Tapi, kenapa Bapak melakukan ini? Bagaimana kalo nanti sampai ada yang tau?" tanya Alana hati-hati.

Huftt...

Helaan nafas yang panjang pun seketika terdengar, keluar dari mulut sang atasan setelah mendengar pertanyaan yang Alana ucapkan.

"Mau tidak mau saya harus melakukan ini. Karena Mami say...," ucap sang atasan terpotong akibat suara aneh yang berasal dari gadis yang ada di hadapannya itu.

Setelah cukup lama, menahan seluruh tawanya, kini tawa itu pun langsung pecah. Alana benar-benar sudah tidak sanggup untuk menahan tawanya itu.

"Mami?! Hahahaha!!! Bapak serius?! Ngomong Mami?! Hahahaha! Ya ampun, Pak! Nih, yah Pak! Wajah Bapak itu udah sangar, dingin kayak balok es, terus datar kek tembok! Tapi, sama ibu manggilnya Mami?! Hahaha! Gokil banget sih, Pak!"

Tanpa Alana sadari karena saking menghayati tawanya. Kini, wajah atasannya itu pun telah berubah menjadi warna merah padam.

Antara marah dan malu menjadi satu.

"Diam! Atau kamu saya pecat!"

Bagaikan api yang langsung padam saat disiram oleh air. Begitulah kiranya, gambaran tentang kondisi Alana begitu mendengar kata pecat diucapkan oleh sang atasan.

"Mama minta saya untuk menikah secepatnya karena seluruh teman saya telah menikah, bahkan sudah ada yang punya anak. Maka dari itu, Mama gak mau sampai saya lebih lama lagi menunda pernikahannya," ucap atasannya sambil memijit pelipisnya pelan.

"Baru nyadar ternyata kalo dia udah tua! Untunglah, Mamanya buru-buru ingetin," gumam Alana pelan yang masih terdengar di telinga lelaki itu.

"Apa kamu bilang!"

"Gak ada, Pak!"

"Saya lanjutkan lagi, sebenarnya saya tidak menikah itu bukannya saya tidak sadar jika usia saya akan semakin meningkat melainkan ada seseorang yang harus saya tunggu. Dia sepertinya seumuran dengan kamu, tapi dia memilih untuk melanjutkan kuliahnya hingga nanti bisa mendapatkan gelar S2-nya. Karena dia yang tidak bisa menikah saat ini juga, terpaksa saya harus melakukan pernikahan kontrak ini. Dan ini juga merupakan ide dari kekasih saya," jelas sang atasan.

"Bego banget sih nih bos, gue! Mana ada coba orang yang benar-benar cinta relain pacarnya nikah sama orang lain! Pasti sekarang tuh cewek udah ada pacar baru di sana! Sedangkan bos gue, dimanfaatin buat ATM berjalannya," gumam Alana yang lagi-lagi samar-samar didengar oleh atasannya.

"Apa kamu bilang?!"

"Gak, Pak! Saya diem dari tadi," ucap Alana cepat.

"Karena saya kasihan dan turut merasa empati dengan apa yang terjadi dengan hidup, Bapak! Yaudah deh! Saya mau aja! Kontraknya berakhir sampai pacar Bapak balik ke sini, kan?" ucap Alana dengan santainya.

"Bagaimana kamu bisa tau tentang akhir kontrak itu?" tanya sang atasan dengan tatapan tak percaya-nya.

"Biasanya kan emang gitu, Pak! Saya sering baca novel tentang nikah atas materai ataupun pengantin pengganti gini lah, Pak! Jadi, saya gak akan asing lagi! Dan udah tau gimana saya harus bertingkah laku," ucap Alana dengan senyum bangganya.

"Baiklah! Terserah apa yang kamu katakan saja! Nanti, jika urusan surat-surat kontraknya telah selesai, saya akan segera menghubungi kontak kamu. Jadi, fix. Semuanya telah diputuskan," ucap sang atasan dengan sedikit tersenyum. Ingat! Sedikit! Hanya sedikit tersenyum!

"Diputuskan? Keputusan apa yang kamu maksud, Evan?"

Suara lembut namun tegas itu pun terdengar begitu menginstruksi kedua orang yang ada di dalam ruangan itu. Spontan, secara bersamaan, keduanya pun lantas mengalihkan tatapan mereka, memandang objek yang sama yakni sang pemilik suara yang berdiri di ambang pintu itu.

****

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku