Seorang Putri yang jatuh cinta kepada seorang pelayan cafe disaat dirinya sendiri sudah ditunangkan dengan Pangeran Mahkota dari kerajaan Wieldburg. Kerajaan paling berkuasa dan paling disegani, dan baginya ini adalah kutukan karena dia benar-benar sudah jatuh cinta dengan pelayan itu. Bukan hanya perasaan jatuh sesaat, tapi ini adalah perasaan jatuh kedalam jurang yang tiada ujungnya. Putri Vienza "Harusnya aku tidak pernah berbohong. Karena persis kata ibunda kalau berbohong hanya akan mendatangkan malapetaka". Pangeran Akhtar "Meski kau adalah Dewi aku tetap tidak menyukaimu. Kau hanya seperti hiasan pribadiku yang harus siap jika aku gunakan." Ghafur "Kebohongannya begitu menyakiti ku. Meski aku mencintai nya teramat sangat tapi kebohongan tetaplah kebohongan."
Disinilah aku terduduk diatas kamar pengantin dikerajaan fortania ini.
Semua hiasan sudah dikenakan dan acara ijab qabul ku sudah dilaksanakan tadi pagi.
Aku belum menemui suamiku karena ini adalah permintaan ku. Aku akan menemuinya saat acara resepsi pernikahan kami. Saat penutup wajah yang aku gunakan selama ini kubuka, karena itulah permintaan pihak kerajaan wieldburg.
Aku mendengar semua nya, lirik lagu yang dinyanyikan saat ini diaula kerajaan aku mendengarnya dengan jelas. Dan itu suara dirinya.
Dia didepanku... Saat aku menatap matanya dia tersenyum.
Sebuah ice cream favoritnya menjadi saksi saat cinta itu ku ucapkan.
Betapa bahagia diriku saat dia membalas cintaku.
Dia adalah satu-satu bunga yang kujaga
Dia adalah qiblat cintaku
Dia adalah hatiku...
Langit-langit kamar kecil ku pun seakan terlukis wajahnya..
Aku benar-benar jatuh kedalam jurang cintanya...
Aku terikat akar cintanya..
Oh.... Bisakah aku menjadikannya sang ratu diistanaku.. Tapi sayang aku hanya mempunyai gubuk kecil...
Gubuk kecil yang menjadi istana jika dia bersama ku...
Aku tahu lirik lagu itu, semuanya berputar diingatan ku.
Ice cream yang kami nikmati bersama. Hujan yang mengguyur seluruh tubuh ku dan dirinya, ciuman pertama yang kurasakan disaat rintik hujan itu terus membasahi kami berdua.
Airmata ku terus mengalir saat dentingan pianonya terus menyayat dan menguak kenangan kami.
Hanya aku yang tahu kalau dia adalah kekasihku. Menyedihkannya dia tidak tahu kalau dia bernyanyi dipesta pernikahan ku.
Aku tidak berdaya untuk keluar dari kamar ini. Aku tidak bisa memperlihatkan wajahku padanya.
Dentingan piano itu masih menggema, ada siratan kesedihan saat dia menyanyikan lagu itu. Tidak seperti biasanya saat dia menyanyikannya didepanku.
Air mata ku masih terus mengalir dan aku meraung kesakitan. Hatiku sangat sakit menghadapi semua ini. Pintu kamar dibuka dan terlihat ibunda ku tercinta masuk lalu memelukku.
"Maafkan ibunda sayang. Hapus air matamu dan kau harus tersenyum. Ibu yakin pangeran Akhtar adalah pria yang baik dan bertanggung jawab." Tangisan ku menjadi saat kurasakan pelukan ibunda ku.
Ini semua bukan kesalahan ayah dan ibuku, ini adalah salahku. Akibat dari kebohonganku, akibat aku membohongi pria yang begitu kucintai.
Ibundaku menatap mataku dan dia merasa sedih karena pasti mataku menyiratkan luka yang dalam.
Ibuku menghapus jejak air mata itu dengan tangannya saat aku sudah berusaha mengontrol tangisan ku.
Kami keluar dari kamar dengan pengawal juga pelayan kerajaan.
Aku hanya menunduk tak mampu melihat kedepan.
Semakin lama semakin suara itu terasa jelas.
Ya... Dia adalah qiblat cintaku..
Dia adalah hatiku...
Aku terikat oleh akar cintanya...
Membuatku tak bisa bernafas jika tak melihat wajahnya...
Bibirku bergetar begitu juga dengan seluruh tubuhku.
Beku, itulah kata yang bisa aku ibaratkan saat aku memasuki Aula.
Ratu Zira dan princess Vienza memasuki Aula....
Semua mata melihat kearahku dan ibundaku. Tidak ada lirik lagu hanya ada suara dentingan piano, aku terpaksa mengangkat wajahku layaknya seorang putri yang memiliki tata krama.
Aku melihat kearah panggung sudah berdiri seorang pangeran yang aku tahu itu pasti Suamiku. Gambaran seorang pangeran memang sangat pas akan dirinya.
Tak jauh dari panggung megah itu dengan sekuat tenaga aku mencoba melihatnya dan benar saja.
Tatapan mata tajam itu seakan mengulitiku. Dia tentu tahu ini aku, terdapat goresan luka yang sama dimatanya saat dia tahu kebohonganku.
Dia membuang wajahnya kearah lain sengaja tak ingin melihat ku.
Ibunda ku meninggalkan ku saat pangeran ini mengambil tanganku.
Dia membawaku berdansa dengan iringan piano itu.
Aku hanya bisa diam saat hati ini mulai berteriak. Pangeran ini menyunggingkan senyuman menatapku, dan perlahan wajahnya mendekati ku.
Aku memejamkan mataku erat saat ciuman itu terjadi. Semua orang bertepuk tangan dan terompet dibunyikan.
Ini ciuman kedua ku dengan pria yang kedua pula....
*********************
Bab 1 1 :: Bab 1 ::
19/11/2021
Bab 2 2 :: Bab 2 ::
19/11/2021
Bab 3 3 :: Part 3 ::
19/11/2021
Bab 4 4 :: Bab 4 ::
19/11/2021
Bab 5 5 :: Bab 5 ::
19/11/2021
Bab 6 6 :: Bab 6 ::
22/11/2021
Bab 7 7 :: Bab 7 ::
23/11/2021
Bab 8 8 :: Bab 8 ::
24/11/2021
Bab 9 9 :: Bab 9 ::
30/11/2021
Bab 10 10 :: Bab 10 ::
06/12/2021
Bab 11 11 :: Bab 11 ::
06/12/2021
Bab 12 12 :: Bab 12 ::
08/12/2021
Bab 13 13 :: Bab 13 ::
12/12/2021
Bab 14 14 :: Bab 14 ::
12/12/2021
Bab 15 15 :: Bab 15 ::
12/12/2021
Bab 16 16 :: Bab 16 ::
24/12/2021
Bab 17 17 :: Bab 17 ::
24/12/2021
Bab 18 18 :: Bab 18 ::
24/12/2021
Bab 19 19 :: Bab 19 ::
24/12/2021
Bab 20 20 :: Bab 20 ::
24/12/2021
Bab 21 21 :: Bab 21 ::
24/12/2021
Bab 22 22 :: Bab 22 ::
24/12/2021
Bab 23 23 :: Bab 23 ::
24/12/2021
Bab 24 24 :: Bab 24 ::
24/12/2021
Bab 25 25 :: Bab 25 ::
24/12/2021
Bab 26 26 :: Bab 26 ::
26/12/2021
Bab 27 27 :: Bab 27 ::
26/12/2021
Bab 28 28 :: Bab 28 ::
28/12/2021
Bab 29 29 :: Bab 29 ::
02/01/2022
Bab 30 30 :: Bab 30 ::
02/01/2022
Bab 31 31 :: Bab 31 ::
10/01/2022
Bab 32 32 :: Bab 32 ::
10/01/2022
Bab 33 33 :: Bab 33 ::
10/01/2022
Bab 34 34 :: Bab 34 ::
10/01/2022
Bab 35 35 :: Bab 35 ::
10/01/2022
Bab 36 36 :: Bab 36 ::
18/01/2022
Bab 37 37 :: Bab 37 ::
18/01/2022
Bab 38 38 :: Bab 38 ::
21/01/2022
Bab 39 39 :: Bab 39 ::
21/01/2022
Bab 40 40 :: Bab 40 ::
21/01/2022
Buku lain oleh Nadra Mahya
Selebihnya