Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
4.0
Komentar
389
Penayangan
33
Bab

"Kenapa kau tidak mengerti Harlein ? kita berbeda, aku tidak pantas untuk berada di sekitar mu. Apalagi harus berdiri disamping mu. Pergilah, jangan mempersulit semua." ________ Anggara Mahesa. "Semua manusia di ciptakan sama. Lalu apa salahnya jika aku ingin hidup bersama mu ? tidak bisakah kau memperjuangkan ku ?" ________Harlein. Ini adalah kisah cinta pewaris kerajaan Fortania, dia jatuh cinta kepada pria yang jauh dibawahnya. Tapi bagi Harlein, cinta tidak memandang kasta. Tapi jika Pria yang di cintainya tidak memperjuangkannya dia bisa apa ? Dan kenapa pula dia harus mengemis pada pria itu. ** yuk baca kisahnya **

Bab 1 1 :: Part 1 ::

Kami baik-baik saja setelah kepergian Ibunda kami tercinta.

Sampai semua menjadi rumit ketika calon Ratu istana ini jatuh cinta. Menentang peraturan kerajaan bahkan dia rela kabur demi pria yang dia cintai.

Tapi ini bukan tentang ku, karena aku hanyalah yang menulis kisah mereka.

Ini tentang kakak ku, Masa depan Fortania ada dalam genggamannya. Namanya Harlein Meera Derson Ozvick.

Ku pikir kalian membutuhkan hati yang kuat dan tegar untuk membaca kisah ini, karena ini lebih rumit dari kisah Zyan dan Meera.

***

Matahari seolah tersenyum kepada wanita yang kini tengah berjalan membelah kerumunan orang di sekitarnya. Menggunakan jubah berwarna putih, wanita itu berjalan dengan sangat anggun.

Tiba dia di atas pentas berhadapan dengan sang Raja. Zyan, pria yang sudah tidak lagi muda itu hari ini sangat bahagia karena dia akan memberikan kekuasaannya kepada putri yang dia cintai.

Harlein, putri sulungnya. Zyan membuka jubah Harlein lalu dengan pedoman dari sang pembawa acara dia memakaikan mahkota Ratu untuk Harlein. Semua orang bertepuk tangan, mereka sangat bahagia karena Harlein memang layak menjadi seorang Ratu.

Meski masih berusia dua puluh dua tahun namun kepintaran dan kecakapannya untuk memimpin tidak perlu di ragukan lagi.

Memiliki wajah yang mirip dengan Ibundanya, dan juga sopan santun kepada semua orang.

Harlein dekat dengan rakyatnya, dia sering ikut dengan Meera jika ada acara amal dan lainnya.

Rakyatnya mencintai Harlein, dan sekarang tanggung jawab untuk membawa Fortania lebih jaya lagi dari sebelumnya ada di tangan Harlein.

Kedua adik kembarnya bertepuk tangan semangat setelah Harlein mengucapkan sumpahnya kepada Kerajaan.

"Jadilah Ratu yang mengutamakan rakyatnya," ucap Zyan lalu merangkul bangga Harlein di sampingnya.

****

Harlein sangat lelah, dia baru saja melewati sidang kedua dalam hidupnya.

Ya sidang, karena sidang pertama asalah saat dia melakukan wawancara untuk kelulusan kuliahnya dan yang kedua adalah dia harus mengucapkan sumpah menjadi Ratu di depan banyak orang.

Harlein masih menggunakan gaun berwarna putih yang tadi dia gunakan. Dia tahu harus segera mengganti pakaiannya karena para keluarga bangsawan akan melakukan makan malam bersama di taman istana.

Ketukan pintu membuat Harlein menarik napas panjang. "Ya masuk," jawabnya dan pelayan pribadinya tersenyum lalu menunduk memberi hormat.

"Ratu, anda diminta bergabung sekarang." Noor nama pelayannya itu yang sudah dianggap sahabat oleh Harlein sendiri.

"Oh Tuhan aku benar-benar lelah Noor, rasanya aku hanya ingin makan keju lalu tidur." Harlein menutup wajahnya dengan bantal.

Noor tertawa kecil lalu menyiapkan gaun baru untuk Harlein kenakan, mau tidak mau Harlein juga harus bersiap dan dia sudah berada di taman istana dengan gaun yang lebih santai berwarna hijau tosca. Mahkota di kepalanya sudah tidak lagi dia gunakan, menggantinya dengan mahkota kecil yang sangat manis.

"Ini dia bintangnya, ayo sayang bergabung bersama kami." Harlein tersenyum mendengar sambutan dari pamannya itu. Akhtar seorang Raja dari Wieldburg, dan juga sudah digantikan posisinya oleh anaknya Aryan.

"Zyan bagaimana jika kita nikahkan saja mereka berdua ?" kata Akhtar yang membuat Harlein dan Aryan langsung serempak menolak.

"No !" kata mereka berdua dan mengundang tawa dari semuanya.

"Pasti akan sangat seru jika kalian menikah," kata sepupu Harlein bernama Afrain.

"Berbicara lagi akan aku rusak wajah tampan dan sombong milikmu itu Afrain," balas Harlein.

Zyan menepuk lembut bahu Harlein membuat semua orang merasakan suasana yang haru.

"Meera pasti sangat bahagia saat ini." Harlein tersenyum lembut lalu memeluk Zyan.

"Besok kau akan memimpin rapat pertama secara resmi Harlein, apa kau sudah menyiapkan siapa anggota parlemen kerajaan ?" Harlein mengangguk mantap.

"Sudah ayah, besok pagi akan aku bahas bersama ayah sebelum rapat di mulai." Zyan mengangguk paham.

Semua orang sibuk dengan perbincangan calon menantu untuk Aryan dan Harlein tau jika Aryan sangat bosan mendengarnya.

Hingga namanya ikut terseret dan dia menjadi bahan tertawaan Aryan.

Kriteria yang harus menjadi pendamping Harlein memang haruslah sesuai dengan dirinya.

Bahkan Zyan menjabarkannya dengan detail.

Mencintai Harlein, Berpendidikan tinggi, dari keluarga baik-baik, sopan, dan yang paling penting memahami posisi Harlein sebagai seorang Ratu.

Harlein tersenyum miris karena dia sama sekali belum pernah merasakan yang namanya jatuh cinta, masa remajanya hanya dia fokuskan untuk mengurus kerajaan dan juga fokus dengan semua pelajaran dan semua bisnis yang harus dia kelola. Harlein menjalani hidupnya lebih seperti seorang pria daripada wanita.

"Harlein, aku ada satu kandidat yang pantas untukmu jika kau mau berkenalan dengannya," suara Vienza membuat Harlein langsung menggelengkan kepala.

"No aunty, but thanks. Aku lebih memilih fokus dengan kerajaan dulu baru akan mencari pasangan."

"Jangan terlalu menunda waktu Harlein, jika kau tua tidak ada lagi yang mau denganmu. Kau tahu, kau pasti sudah tidak menarik lagi." Apa yang dikatakan Afrain langsung membuat Harlein meninju bahu pria itu kuat hingga Afrain mengaduh.

"Ya Tuhan ! kau ini wanita apa pria," gerutu Afrain karena pukulan dari Harlein membuat bahunya nyeri namun semua orang malah tertawa.

"Sudah, sudah. Siapa pun yang akan menikahi putri ku adalah pria yang sangat beruntung." Harlein lagi-lagi memeluk Zyan dengan sayang. Dia tahu disaat berkumpul seperti ini pasti Zyan sangat merindukan ibundanya. Harlein juga merasakan hal yang sama, sudah terlalu lama ibundanya pergi dari mereka.

Harlein menghapus airmata yang jatuh, lalu Axcel ikut memeluk kakak dan ayahnya itu dari belakang. Mereka benar-benar sangat merindukan Meera, rasanya terlalu cepat Meera meninggalkan mereka. Harlein bahkan ingat saat mereka berkumpul seperti ini dulu Meera pernah mengatakan tidak sabar untuk melihat Harlein dan Axcel menikah, dia juga tidak sabar memiliki menantu yang cantik dan merawatnya jika dia tua. Meivo di tempatnya mengusap langsung airmata yang jatuh, dia pria dia tidak akan menunjukkan betapa dia lemah jika itu sudah tentang kerinduannya akan sosok ibundanya.

"Sudah jangan bersedih lagi, kalian harus selalu bahagia agar Meera juga bahagia," ujar Zia yang sedari tadi hanya diam mendengarkan. Sejujurnya dia juga sedang banyak masalah karena Azura belum juga keambali dari persembunyiannya.

"Oh ya, satu minggu lagi kita akan ke Indonesia untuk acara yang ulang tahun perusahaan. Apa kalian semua akan pergi ?" tanya Roland.

"TENTU SAJA !" jawab semua anak muda disana semangat jika sudah pergi ke Indonesia mereka akan sangat bersemangat terutama Afrain dan Axcel.

Bersambung...

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Nadra Mahya

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku