Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
My Sweet Wife

My Sweet Wife

AR_Merry

5.0
Komentar
92.4K
Penayangan
41
Bab

Harap bijak memilih bacaan. Cerita ini mengandung adegan 21+ Sebuah insiden di pernikahan adik perempuannya, membawa Riko Alfian Firmansyah (28) mendapatkan calon istri yang lebih muda tujuh tahun darinya. Gadis yang tak lain adalah Tiffani Mita Winata (21) yang masih berstatus sebagai mahasiswi dan juga merupakan sahabat adik Riko. Mereka terpergok oleh Dewi, yang tak lain adalah Mamanya Mita. Dalam keadaan menyatukan bibir. Dalam keadaan itu, tidak ada yang bisa membantah . Hingga keputusan kedua belah pihak orang tua tidak bisa diganggu gugat. Pernikahan pun di gelar dengan mewah di salah satu ballroom hotel ternama. Bagaimana kelanjutan kisah mereka setelah menikah tanpa ada cinta?

Bab 1 Awal Sebuah Rasa

Oerumi gadeukhi

Pieoissneun i garden

Gasituseongi

I moraeseonge nan nal maeeosseo

Dering ponsel Mita telah berdering untuk ketiga kalinya. Gadis yang mempunyai nama lengkap Tiffany Mita Winata ini masih mengubur seluruh tubuhnya di dalam selimut tebal. Ia masih merasa sangat mengantuk.

Dengan enggan ia menerima panggilan di ponsel tanpa melihat ID caller yang tertera di sana.

"Siapa sih? Pagi-pagi ganggu aja!" gerutu Mita

"Ha ..."

Suara di seberang sana membuat Mita menjauhkan ponsel dari telinganya. Ia melihat ID caller di sana.

"Pantes aja udah kayak emak-emak nagih utang," gumam Mita dalam hati

"Jam segini Lo masih enak-enakan tidur? Kan semalem gue udah bilang kita mau fitting baju pagi hari. Kenapa Lo belum dateng juga sih?"

Mita memutar bola mata malas. "Iya. Sorry, semalem gue nonton film sampek jam dua pagi. Jadi gue ngantuk banget. Gue mandi dulu ya? Bye."

Mita mematikan panggilan tanpa menunggu jawaban dari sahabatnya yang tambah bawel dan cerewet itu. Ia beranjak dari kasur dan menuju kamar mandi untuk segera mandi dan bersiap-siap.

Tiga puluh menit kemudian Mita telah selesai dengan kaos dan celana denim kesayangannya. Ia memoleskan sedikit bedak dan liptint beraroma strawberry.

Setelah mematut dirinya dicermin, ia menampilkan senyum termanis yang dimilikinya. Menampilkan kedua lesung pipi yang menambah kadar kecantikannya.

"Siapa sih laki-laki yang tak tergoda dengan gadis secantik dan se-imut aku?" monolog Mita

Mita meraih kunci mobil BMW M6 Cabrio miliknya. Ia harus segera berangkat ke butik yang sudah ditunjuk oleh sahabat bawelnya di aplikasi pesan beberapa menit yang lalu.

Kini Mita mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang lebih tinggi dari biasanya. Jalanan yang tampak sepi makin memuluskan laju mobilnya.

Lima belas menit kemudian, ia telah sampai di area butik yang tertulis dipesan sahabatnya. Gadis itu menoleh ke area parkir yang berada tak jauh dari pintu masuk. Dengan gesit, ia berhasil memarkirkan mobilnya dengan baik.

Ia merapikan penampilannya sebelum benar-benar keluar dari mobilnya. Mita meraih ransel kecil dan memeriksa isinya sesaat.

Dengan langkah pelan ia masuk ke dalam butik. Dan di sana langsung disambut oleh Bunda sahabatnya.

"Eh, ada Mita. Sini sayang. Lissa masih fitting gaun didalam," ucap Sukma antusias.

"Iya Bunda. Maafin Mita telat datengnya," ringis Mita

"Nggak apa-apa kok. Lissa juga baru masuk belum lama," ucap Sukma lembut

Mita menatap takjub ke arah sahabatnya yang kini memakai gaun pengantin model mermaid dress. Gaun itu tampak indah dan begitu menyatu dengan aura calon pengantin baru.

"Mita kapan nyusul Lissa nikah?" bisik Sukma lirih.

"Ehm, b-belum tahu Bunda. M-Mita belum ke pikiran ke sana," jawabnya gugup.

"Sama Kakaknya Lissa aja gimana?" celetuk Sukma.

Perkataan Sukma membuat Mita meneguk ludah gugup. Pasalnya dari, orang yang disebutkan wanita paruh baya itu menatap ke arahnya.

"Ah, Bu-Bunda bercanda nih," ucap Mita gugup.

"Bunda serius tahu. Anaknya Bunda masih jomblo loh. Alias belum punya pacar," ucap Sukma geli.

"Mana mungkin Bun. Laki-laki setampan Kak Riko belum punya pacar. Ehm, palingan Kak Riko aja yang pemilih. Kalau menurut Mita, wanita mana yang nggak mau di jadiin pacar sama Kak Riko."

"Kamu benar. Tapi andai saja Ayah dan Bunda maunya kamu gimana? Kamu mau?" tanya Sukma lirih

Mita meneguk ludah. "Ehm, M-Mita masih terlalu kecil untuk Kak Riko, Bun."

"Siapa bilang? Tuh, anaknya Bunda dari tadi melirik kamu terus kok," ucap Sukma dengan nada jahil

Wajah Mita memerah malu.

Ehm, penampilan aku nggak aneh kan ya

Mita mematut ke arah cermin besar di depannya. Dress mini di atas lutut berwarna soft pink melekat sempurna di tubuhnya. Dan kedua pundak dan punggung yang sedikit terbuka membuat kesan seksi dan memikat.

Ditambah dengan sepasang highells tujuh centi yang menunjang kedua kaki jenjangnya, menambah sentuhan kesempurnaan kecantikan gadis berusia dua puluh satu tahun itu.

Siapa pun yang memandang dirinya pasti akan terpesona dan meneteskan air liur. Pasalnya, gadis dua puluh satu tahun ini jarang sekali memakai dress mini yang terbuka. Ia lebih menyukai kaos dan celana jeans panjang pas body.

Tampaknya sepasang mata elang menatap ke arah Mita tanpa kedip sejak sepuluh menit yang lalu. Mata itu tampak merekam keindahan yang terpampang di depannya.

Sebuah tepukan di pundak laki-laki yang mempunyai nama lengkap Riko Alfian Firmansyah itu menyadarkannya dari keterpanaan yang menggoda matanya.

"Ayah," gumam Riko.

"Kenapa ngelihatin Mita sampai melamun? Terpesona ya?" goda Hasan.

"A-ayah. Apaan sih? Riko cuma ,,, cuma nggak sengaja ngeliatin kok," jawabnya gugup.

"Hahaha ,,, Riko, Riko," Hasan menggelengkan kepalanya. Geli. "Ayah ini pernah muda. Walaupun jaman Ayah dulu enggak seperti sekarang, tapi Ayah bisa bedain orang terpesona dan 'Cuma ngeliatin' itu beda," ucap pria paruh baya dengan nada geli.

"Ayah kebanyakan nonton sinetron sama Bunda. Jadi ke bawa sampai ke kehidupan nyata kan jadinya," ucap Riko menutupi kegugupannya.

Ya, sejak Mita memakai dress beberapa hari yang lalu saat berkunjung ke rumahnya, Riko merasa terpesona dengan gadis itu.

Apalagi saat penampilannya hari ini begitu terlihat seksi dan menggoda. Dress mini itu tampak menunjukkan beberapa lekukan tubuh gadis dua puluh satu tahun itu yang memiliki ukuran mungil cukup memuaskan bagi laki-laki. Termasuk Riko.

Berkali-kali Riko menatap diam-diam ke arah Mita. Entah saat gadis itu bicara dengan Bunda atau adiknya.

"Ya sudah. Ayah mau nemenin Bunda saja," ucap Hasan

Riko mengerjap tak percaya saat melihat Mita tampak menurunkan sedikit belahan dressnya. Membuat sepasang keindahan buah dada di sana tampak begitu menggairahkan di mata Riko.

Sial!!!

Ternyata dibalik kaos sialan itu ada keindahan yang tak terlihat.

Dan sekarang ia malah mau memamerkan kepada orang lain.

Tidak ... tidak. Ini tidak benar.

Tapi ...

A-aku bukan siapa-siapanya dia.

Bagaimana cara aku mencegahnya untuk memakai pakaian itu ya?

Argghh!

Kenapa aku jadi mikirin dia sih?

Riko memegang dadanya. Tiba-tiba ia merasakan debaran riuh yang sudah lama dirinya lupakan. Hampir kurang lebih sejak tujuh tahun yang lalu.

"Kak Riko?" seru Mita.

Mendengar suara lembut itu membuat tubuh Riko menegang. Ia menatap dua bola mata bening yang tampak berbinar-binar.

"H-hai. Ada yang bisa Kakak bantu?" Riko mendekat ke arah Mita

Gadis itu tersenyum. Satu jenis senyum yang mampu menggetarkan hati Riko yang telah lama beku.

"Kakak mau pulang bareng aku? Tadi Ayah dan Bunda mau ada urusan. Terus Meli sama Kak Rendy berdua. K-kakak mau bareng aku? Soalnya nanti aku mau nemenin Meli di rumah."

"Ehm, nggak merepotkan kamu kalau Kakak bareng kamu?" Riko menggigit lidahnya.

"Ya enggaklah. Aku ganti baju dulu ya Kak."

Setelah Mita beranjak dari sana, Riko menghela nafas dalam-dalam. Sejak tadi gairah Riko seakan melonjak, karena menghirup wangi tubuh gadis itu dari jarak dekat. Sial, sepertinya sifat mesum Riko keluar di saat yang tak tepat.

"Ayo Kak. Kita pulang sekarang," ucap Mita lembut.

Tanpa sadar, Mita meraih salah satu lengan Riko. Membuat laki-laki itu panas dingin. Seumur hidup Riko belum pernah merasakan yang seperti ini. Bahkan dengan kekasihnya dulu.

Beberapa pasang mata pria yang masuk ke butik melirih ke arah Mita dan langsung diberi tatapan tajam oleh Riko. Membuat pria-pria itu mengalihkan tatapannya.

"Sini kunci mobil kamu. Biar Kakak yang bawa mobilnya," tawar Riko.

Mita mengambil kunci mobil di ranselnya. Dan memberikan pada laki-laki itu. Mereka masuk dan menyamankan dirinya masing-masing.

Riko mengemudikan mobil Mita dengan kecepatan teratur. Sesekali ia melirik ke arah gadis yang tampak terlihat tenang menatap ke samping. Ia kembali fokus ke jalan yang begitu sepi. Ia menambah sedikit kecepatan mobilnya.

Tanpa Riko tahu, Mita sebenarnya gugup luar biasa. Ia mengalihkan pandangan ke luar jendela karena saat ini dadanya berdebar-debar. Mita pernah merasakan debaran itu, tapi kali ini debaran yang berbeda. Terkesan menggebu-gebu dan tak sabaran.

Dua puluh menit kemudian mobil Mita masuk ke halaman rumah sahabatnya sekaligus tempat tinggal laki-laki yang saat ini di sampingnya.

Setelah mobil terparkir, keduanya kompak turun. Mereka berjalan beriringan. Tapi karena kurang hati-hati, Mita hampir saja tergelincir. Untung Riko dengan sigap meraih tubuh mungil Mita.

Posisi mereka kini begitu intim. Tangan Riko berada di pinggang Mita. Dan kedua tangan gadis itu mengalung di leher Riko karena refleks saat laki-laki itu meraih pinggangnya.

Mereka saling menatap untuk beberapa detik lamanya. Hingga satu seruan menyadarkan dari keterpanaan.

"Siang-siang jangan mesum, please!"

Bersambung ....

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh AR_Merry

Selebihnya
Gairah Liar Sang Penggoda

Gairah Liar Sang Penggoda

Romantis

5.0

Harap bijak memilih bacaan. Cerita ini mengandung banyak adegan dewasa. Sekuel dari buku GAIRAH LIAR SANG CEO ***   “Sentuh aku, Gavin.”   Lirihan diikuti geliat sensual seorang gadis dengan dada polos itu melemahkan sistem kerja otak sang pria yang saat ini sedang berdiri kaku. Menatap tak percaya dengan pemandangan yang tersaji di depan matanya.   “Gavin,” lirihnya semakin putus asa.   Alih-alih mendapat sentuhan seperti yang diimpikan, satu hal fatal dilakukan pria itu. Yakni, melepas jas yang membalut tubuhnya dan memasangkan pada gadis yang dicintai sejak masih remaja.   “Kau ...!”   “Jangan begini, Sayang.”   “Tapi, aku menginginkanmu?”   “Aku juga.”   “Lalu, tunggu apa lagi?”   Gavin tersenyum. “Tunggu aku mendapatkan restu dari orang tuamu.”   ***   “Apa? Melamar putriku? Jangan bermimpi!” tolak Rafael dengan tatapan dingin yang menghunjam Gavin.   “Pa?”   Rafael mengangkat tangannya agar sang istri tidak menyela. Lalu, ia masih beradu pandang dengan Gavin yang masih tak menyerah dan memiliki tekad kuat.   “Asal kau tahu, Thalia sudah dilamar oleh orang yang telah aku pilih sebagai menantu dan pernikahan mereka akan digelar dalam waktu dekat. Sebaiknya kau pergi dan jangan mendekati putri kesayanganku lagi. Karena sampai kapan pun, aku tak akan merestui hubungan kalian!” *** Apakah yang akan dilakukan Gavin selanjutnya? Melupakan dan berhenti berjuang atau nekat dengan membawa gadis itu lari sejauh mungkin?

Pesona Wanita Pilihan CEO

Pesona Wanita Pilihan CEO

Romantis

4.9

Harap bijak memilih bacaan! Mengandung adegan dewasa 21+ “Kau harus mempersiapkan diri menikahi putri dari Mr. Franklin, William,” ucap Michael tegas dan tak mau dibantah. Bahkan pria itu mengeluarkan tatapan tajam pada putranya yang menjadi CEO di Johnson Corporation sebagai penggantinya. “Aku tidak mau,” tolak William tanpa berpikir lama. “Dan kau pikir kau bisa menolak?” Michael menyeringai. “Aku sudah merancang pertemuan malam ini untuk mempertemukan kalian dan membicarakan pertunangan secepatnya. Jadi, kuharap kau tidak banyak bertingkah.” William yang baru saja menyelesaikan sarapannya seketika bangkit. Tanpa membalikkan badan, pria itu mengucapkan satu kalimat yang membuat sang ayah semakin marah besar. “Berani-beraninya kau membantah keputusan Daddy, William!” seru Michael yang mengepalkan tangannya di atas meja. “Apa kau tidak tahu kalau Daddy bisa mencabut semua yang kau miliki saat ini jika kau menolak keinginanku, hah?” Langkah William terhenti. Tanpa membalikkan badan ia lanjut berkata, “terserah apa yang akan Daddy lakukan. Dan perlu Daddy ingat, sampai kapan pun aku tak ingin jadi boneka seperti yang dialami Jeremy.” “Kau—” “Dan satu lagi ....” William memotong ucapan Michael dengan cepat. “... kalau Daddy menginginkan wanita itu menjadi bagian keluarga ini, Daddy bisa menikahinya.” Mampukah William mempertahankan keputusannya untuk keluar dari Keluarga Besar Johnson dan memilih pergi bersama kekasihnya?

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku