Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Secret Wife
5.0
Komentar
1.9K
Penayangan
58
Bab

Bram dan sinta adalah sepasang suami istri. Tapi setelah 10 tahun lamanya mereka menikah, belum ada tanda - tanda kehamilan dari sang istri. Bram dan ibunya selalu menyalahkan Sinta yang mandul tanpa mau mengecek terlebih dahulu ke dokter. Bram memutuskan untuk menikah lagi, setelah dipaksa oleh ibunya, dan dihasut karena mau sampai kapan dirinya tidak mempunyai anak. Lalu, apa yang terjadi jika Bram lah yang mandul? Akankah Sinta mengetahui bahwa dirinya telah dimadu? Apa Sinta akan diam saja?

Bab 1 Mandul

" Stop Mas! aku udah capek banget. " Ia merasa lelah dengan perlakuan suaminya yang selalu mengajaknya berhubungan tanpa henti.

" Ini nih yang bikin kita selalu susah mempunyai keturunan, baru bermain dua ronde saja sudah kecapekan, kita sudah menikah hampir sepuluh tahun dan Kamu belum bisa memberi aku keturunan! "

" Mas! ... Aku sudah berusaha untuk memberimu keturunan. Aku rasa mungkin ada yang salah di sini, sebaiknya kita memeriksa kondisi kita pada Dokter. Bisa saja bukan aku yang bermasalah tapi Kamu! " Sinta sudah merasa sangat lelah dengan perlakuan suaminya yang selalu menuntut tentang kehamilan.

" Gak perlu! Kata Mama, Kamu yang mandul! " Bram dengan geram memegang erat pergelangan tangan Sinta.

" Stop Mas! Kamu jangan pernah melibatkan mama dalam urusan rumah tangga kita! ... Aku udah capek mas, kamu selalu menyalahkan aku! " Sinta menyentak tangan Bram yang semakin erat meremas pergelangan tangannya.

" Sudahlah! Aku mau cari angin malam!" Bram yang hendak melangkahkan kaki untuk pergi, ditahan oleh Sinta.

" Jangan lari dari masalah mas. Kalau mau sekarang kita ke Rumah Sakit. " Sinta mencoba menarik tangan suaminya untuk dibawa ke Rumah Sakit, ia sudah lelah dengan Bram dan mertuanya yang selalu menyalahkan dirinya.

Bukan hanya kali ini Bram dan Sinta bertengkar, bahkan ... sudah menjadi rahasia publik jika mereka berdua belum mempunyai keturunan. Setiap mereka bertengkar, pasti Bram akan langsung pergi meninggalkan Sinta.

Tapi untuk kali ini, Sinta tidak akan pasrah dengan perlakuan suaminya.

" Ayok Mas! Jika benar aku yang mandul! ... Aku akan bersimpuh di kaki Kamu dan mama! " Ia menarik Bram dengan kuat agar mau mengikuti langkahnya.

" Yasudah! Mari kita buktikan. "

Dengan langkah lebar Bram dan Sinta menuju mobil, mereka akan pergi ke Rumah Sakit untuk membuktikan siapa yang mandul.

Di dalam mobil ... Suasana terasa hening, tidak ada yang memulai percakapan, Sinta yang sibuk melihat jalan, dan Bram yang hanya fokus menyetir.

Setelah sampai di Rumah Sakit, Bram dan Sinta langsung turun dari mobil dan menuju resepsionis.

" Permisi mbak, saya ingin bertemu dengan Dokter kandungan yang terbaik di Rumah Sakit ini. " Ucap Bram kepada resepsionis itu.

" Maaf pak, Dokter kandungan di Rumah Sakit ini sedang tugas ke luar kota. Kemungkinan pulangnya hari selasa. " Resepsionis itu tersenyum tulus kepada Sinta dan Bram.

"Oh, yasudah mbak, terimakasih. " Ia langsung pergi dari situ, dan menyeret lengan Sinta.

" Kamu lihat! Kita harus menunggu dua hari lagi untuk tes. " Ia membuka pintu dan menghempaskan Sinta di kursi mobil.

" Setelah aku mengantar kamu ke rumah! Aku ingin pergi ke tempat teman! "

" Aku heran mas! Setiap kita bertengkar, kamu selalu menghindar. Apa susahnya sih!? Bicara baik-baik, kita selesaikan sekarang juga. " Ingin rasanya Sinta menampar dan mencaci maki suaminya, tapi sayangnya ia tidak berani. Sinta yang tidak mendapat jawaban dari suaminya, hanya bisa menghela nafas panjang, ia menyenderkan kepalanya di kursi mobil. Kedua manusia ini, sedang berperang menghadapi ego masing-masing. Ketika mereka berdua sudah sampai di depan rumah.

" Turun. " Bram menatap Sinta dengan tatapan yang sulit diartikan.

" ....... " Tanpa menjawab, Sinta lebih memilih untuk turun langsung, daripada harus berdebat lagi.

Baru saja Sinta menutup pintu mobil, Bram langsung menginjak pedal gas dan berlalu begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata.

Bram yang sedang mengendarai mobil masih di bikin sebal dengan Sinta. Kenapa istrinya sekarang tidak menurut dengannya, padahal dulu Sinta sosok yang lembut dan penurut.

Bram memutuskan untuk pergi ke rumah istri keduanya, ia mengendarai mobil dengan kecepatan di atas rata-rata, bahkan banyak pengguna jalan lainnya yang mengklakson untuk memberi peringatan, tapi Bram hanya diam tidak perduli.

" Tin ... Tin ... " Suara klakson mobil terdengar begitu nyaring di luar, bahkan wanita yang tinggal dirumah itu dibuat melonjak kaget oleh suara klakson.

Wanita itu berjalan dengan langkah besar, hanya untuk sekedar melihat siapa yang datang malam-malam seperti ini.

Ketika wanita itu ingin membuka gerbang, terdengar bunyi klakson lagi.

" Tin .... Tin .... "

" Lama banget sih! " Ketika wanita itu membuka gerbang, ia langsung mendapatkan amarah dari suaminya.

" Minggir! Ngapain kamu masih ditengah jalan, mau di tabrak?! " Sedangkan wanita yang membuka gerbang, hanya bisa menghela nafas panjang, dan mengelus dada melihat sifat tempramen yang dimiliki suaminya.

Ketika mobil Bram sudah melewati gerbang, wanita itu ikut melangkahkan kakinya untuk memasuki rumah. Ia belum berani bertanya karna ia melihat Bram yang sedang duduk di sofa dan memijit pelipisnya sendiri, ia berinisiatif untuk membuatkan minuman yang disukai suaminya.

" Mas, ini aku buatkan kopi. " Wanita itu menata cangkir, dan piring kecil di meja depan Bram duduk, setelah ia duduk di samping suaminya,

" Kamu kenapa lagi mas? "

" Gapapa, hanya ada sedikit masalah kok." Bram menjawab dengan mengelus puncak kepala Rani. Menurut Bram, istri keduanya ini sangat menggairahkan, apalagi Rani baru menginjak usia dua puluh tiga tahun.

" Gimana keadaan kamu? "

" Aku baik-baik aja mas. "

" Aku menginginkanmu. "

" Tapi mas – " Kalimat Rani menggantung di udara.

Bram yang sudah tidak tahan melihat bibir ranum istrinya tanpa aba-aba langsung menyambar bibir Rani, bibir Rani adalah candu baginya.

Tanpa sadar, tubuh Bram sudah menindih tubuh Rani. Bram semakin menggila mencumbu bibir istrinya, bahkan tangannya sudah menjalar ke gunung kembar milik Rani. Rani yang tidak bisa mengelak dari serangan yang di layangkan suaminya, hanya bisa pasrah menikmati permainannya, hingga ia kehabisan nafas dan memukul-mukul dada suaminya.

Bram yang menyadari Rani kehabisan nafas, langsung melepas ciumannya dan turun ke leher jenjang milik istrinya, tak lupa Bram memberi tanda kepemilikan di leher dan gunung kembar milik Rani.

" Aku selalu memimpikan kedua gunung ini, tidak terlalu besar atau kecil, tapi pas untuk digenggam dan dimainkan. " Pengakuan Bram yang sangat terang-terangan membuat semburat merah di kedua pipi istrinya.

Tangan Bram mulai turun kebawah dan berputar-putar di gundukan bawah milik istrinya. Dengan sengaja Bram memainkan clit yang berada di dalamnya, hingga Rani dibuat kelimpungan oleh apa yang dilakukan suaminya.

" Ah ... " Desah Rani yang keluar begitu saja, tatkala suaminya memasukkan ketiga jarinya kedalam gundukan bawah milik Rani.

" Masukin mas, aku uda – " Belum sempat Rani melanjutkan ucapannya, Bram langsung memasukkan juniornya ke dalam gundukan itu dengan sekali hentakkan.

Rani yang mendapat tumbukan secara mendadak, harus dibuat kewalahan tatkala Bram menumbuk dengan cepat, keringat membanjiri tubuh mereka berdua.

Sedangkan Sinta yang ditinggal Bram begitu saja, hanya bisa memasuki rumah dengan langkah gontai, ia langsung menuju ke kamar untuk berendam air hangat.

Setelah berendam selama tiga puluh menit, ia memutuskan untuk turun menunggu suaminya. Sinta duduk di sofa sambil menonton sebuah acara di tv, Sinta yang sudah kelelahan tanpa sadar tertidur di sofa tanpa mematikan tv.

Sedangkan ditempat lain, Bram dan Rani masih menikmati sisa-sisa percintaan mereka berdua.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku