Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
582
Penayangan
60
Bab

Cathleen, seorang gadis yang mencintai Rikkard, pangeran kampus yang sulit digapai. Cathleen yang tampak sebagai antagonis, memilih untuk dijauhi dan dibenci Rikkard demi melindunginya dari perempuan-perempuan yang hanya ingin memanfaatkannya. Namun, saat lembaran tentang Rikkard mencapai 3650, Cathleen memilih untuk mengalah, bukan berhenti mencintai Rikkard, melainkan mengikhlaskan cintanya kepada perempuan lain yang tulus mencintai Rikkard. Rahasia yang tersembunyi di balik tindakan Cathleen ini akhirnya terungkap, menguncang dunia Rikkard. Dan akankah Rikkard tetap menganggap Cathleen seorang iblis?

Bab 1 Menang tapi curang

Sebuah sirkuit racing di pinggiran kota menjadi tempat berkumpulnya anak-anak muda. Cahaya lampu sorot membanjiri lintasan, memberikan suasana yang seru dan penuh energi. Di tengah kerumunan, sebuah pertandingan sedang berlangsung, bukan pertandingan biasa, melainkan antara seorang perempuan dan seorang laki-laki yang dikenal sebagai musuh bebuyutan di kampus.

Biasanya, mereka hanya terlibat dalam pertengkaran verbal di koridor kampus, namun kali ini, mereka berada di tempat yang sangat berbeda, sebuah sirkuit racing, tempat di mana anak muda biasanya mencari kesenangan dan adrenalin. Mereka berdua duduk di dalam mobil balap mereka, mempersiapkan diri untuk balapan yang akan datang. Kerumunan penonton berteriak dan bersorak, menunggu dengan penuh antisipasi. Mereka ingin melihat bagaimana dua musuh bebuyutan ini akan berhadapan di lintasan balap. Beberapa dari mereka bertaruh, sementara yang lain hanya ingin menikmati pertunjukan.

Cathleen Vienna Aubrey, gadis dengan rambut pirang panjang dan mata hijau yang mempesona, adalah sosok yang dikenal oleh hampir semua orang. Dia dikenal sebagai mahasiswa jenius, berani, cantik, dan memiliki senyum manis yang dipermanis oleh lesung pipinya. Namun, di balik penampilannya yang menawan, Cathleen memiliki sifat yang keras kepala, egois, dan terkenal sebagai pembuat onar. Dia mendapat julukan sebagai "The Queen of Badness", tetapi itu tidak mengurangi daya tariknya di mata kaum adam di kampus.

Namun, ada satu rahasia yang hanya diketahui oleh Cathleen dan ibunya, Alena. Cathleen memiliki perasaan terhadap seorang pemuda yang telah menjadi rivalnya sejak SMA. Tidak ada yang tahu tentang perasaan ini, bahkan sahabat dekatnya, Bella, juga tidak mengetahuinya. Orang-orang mengira bahwa Cathleen membenci pemuda itu, karena dia sering terlihat membully dan mengancam setiap perempuan yang mencoba mendekati pemuda itu. Mereka berpikir bahwa Cathleen mencoba membuat semua perempuan merasa muak dan menjauh dari pemuda itu. Namun, yang sebenarnya adalah Cathleen mencoba melindungi perasaannya dan pemuda itu dari perempuan lain yang berkedok jahat.

Namun, hanya Cathleen dan ibunya yang tahu kebenaran tentang perasaannya. Dan mungkin suatu hari, rahasia ini akan terungkap dan semua orang akan mengetahui tentang perasaan sejati Cathleen. Tetapi sampai saat itu tiba, Cathleen akan terus berperan sebagai "The Queen of Badness" sambil menyimpan rahasia hatinya yang paling dalam.

Rikkard Bagaskara Goldwyn, tuan muda kedua dari keluarga Goldwyn, dikenal karena sikapnya yang ramah, pintar, baik, berwibawa, dan sopan. Dia tidak hanya dikenal karena sifatnya yang luar biasa, tetapi juga karena penampilannya yang menawan. Dengan alis tebal, rahang kokoh, hidung mancung, bibir berwarna pink alami, dan mata cokelat keemasan, dia menjadi pusat perhatian banyak kaum hawa di kampus. Tetapi, di balik sikap ramah dan penampilan menawannya, Rikkard memiliki sisi gelap yang membuat orang lain takut. Dia bisa menjadi sangat tegas, kejam, dan dingin jika ada orang yang berani mengusiknya. Tatapannya yang tajam bisa menimbulkan rasa takut pada siapa saja yang berani menatapnya.

Namun, Cathleen tidak takut pada Rikkard. Sebaliknya, dia merasa tertantang untuk terus mencari masalah dengan Rikkard. Seperti saat ini, di balik kaca mobil mereka masing-masing, mereka saling melemparkan tatapan tajam dan senyuman licik. Mereka sedang bersiap-siap untuk balapan mobil, dan semua orang di sirkuit menunggu dengan penuh antisipasi untuk melihat bagaimana pertandingan antara dua musuh bebuyutan ini akan berlangsung.

Suasana di sirkuit semakin panas. Penonton bersorak gembira, meneriaki nama Rikkard dan Cathleen. Mereka semua penasaran siapa yang akan memenangkan balapan ini. Beberapa dari mereka bahkan berani bertaruh dengan jumlah yang fantastis. Suara mesin mobil sport hitam milik Rikkard dan mobil sport hitam putih milik Cathleen menggema di telinga penonton. Kedua pembalap memanaskan mesin mereka, siap untuk balapan yang akan datang.

Di garis start, seorang wanita berpakaian seksi berdiri di depan kedua mobil dengan bendera hitam putih di tangannya. Dia mengangkat bendera itu tinggi-tinggi, menarik perhatian semua orang di sirkuit. Rikkard dan Cathleen menatap bendera itu dengan fokus, kaki mereka siap untuk menginjak gas mobil mereka. Mereka menunggu dengan penuh antisipasi, siap untuk melaju secepat mungkin begitu bendera itu turun.

"Satu," ucap wanita itu, mengangkat bendera lebih tinggi. Rikkard dan Cathleen semakin fokus, siap untuk memulai balapan.

"Dua," ucap wanita itu lagi, membuat jantung semua orang di sirkuit berdetak lebih cepat. Rikkard dan Cathleen semakin siap, tangan mereka memegang setir dengan kuat.

"Tiga," ucap wanita itu, dan dengan cepat menurunkan bendera. Begitu bendera itu turun, Rikkard dan Cathleen langsung menginjak gas, melaju dengan kecepatan penuh, meninggalkan garis start dan penonton dalam debu dan kegembiraan. Balapan antara dua musuh bebuyutan ini baru saja dimulai, dan semua orang di sirkuit tahu bahwa mereka akan menyaksikan sesuatu yang luar biasa.

Mereka berdua langsung menancap gas saat hitungan ketiga dan bendera hitam putih itu jatuh ke aspal. Sorakan penonton menggema di udara, meneriaki nama Rikkard dan Cathleen. Namun, nama Rikkardlah yang lebih dominan, mencerminkan popularitasnya yang lebih tinggi di kampus. Persaingan berlangsung sengit. Trek balapan berkelok-kelok, memacu adrenalin para penonton dan pembalap. Setiap belokan adalah tantangan, membawa risiko kehilangan kendali atau bahkan kecelakaan fatal. Namun, Rikkard dan Cathleen tampaknya tidak terganggu. Mereka memacu mobil mereka dengan kecepatan penuh, berusaha mencapai garis finish secepat mungkin.

Rikkard memacu mobilnya dengan kecepatan 160 km/jam, sesekali melirik ke belakang melalui spion dan melihat Cathleen yang berada di belakangnya. Namun, Cathleen cepat mengejar dan segera berada di samping Rikkard. Mereka saling berdampingan, seolah-olah berlomba untuk mencapai garis finish. Tiba-tiba, Cathleen mempercepat laju mobilnya dan berhasil memimpin balapan. Dia melihat garis finish di depan dan melirik Rikkard yang masih tertinggal di belakang. Apakah Rikkard membiarkan Cathleen memenangkan balapan atau Cathleen menggunakan taktik licik untuk mengalahkan Rikkard, hanya mereka berdua yang tahu.

Saat Cathleen melintasi garis finish, sorakan penonton memecah keheningan. Mereka semua bersorak untuk Cathleen, yang berhasil mengalahkan Rikkard. Namun, para sahabat Rikkard tampak heran. Mereka bertanya-tanya apakah Rikkard sengaja membiarkan Cathleen menang. Rikkard keluar dari mobilnya dan berjalan menuju Cathleen, yang sedang berpesta kegirangan bersama Bella. Dia melempar kunci mobilnya kepada Cathleen, yang menangkapnya dengan senyum lebar. Dia menekan tombol kunci dan lampu mobil di parkiran menyala, menandakan bahwa mobil itu kini miliknya.

"Terima kasih," ucap Cathleen, masih dengan senyum lebar di wajahnya. Dia tampak begitu bahagia, hingga dia tidak menyadari bahwa Rikkard sudah berdiri di depannya. Rikkard mendekatkan wajahnya ke telinga Cathleen, membuat gadis itu merasa ngeri. Dia meremas jaketnya dan menutup matanya, berusaha mengatur detak jantungnya yang berpacu kencang. Dia berharap Rikkard tidak bisa mendengar detak jantungnya yang berdebar-debar.

"Gue tau lo sengaja bermain curang untuk ngalahin gue, gadis sialan! Berapa kali lo melakukan pelanggaran saat jalannya pertandingan, namun gue milih mengalah setiap kali gue liat lo selalu mandang mobil kesayangan gue dengan mata berbinar. Anggap saja gue lagi ngasih mobil itu secara cuma-cuma kepada lo!" Bukannya marah gadis itu malah menepuk sekali bahu Rikkard sembari menampilkan seringai licik.

"Peka banget tuan muda Goldwyn."

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku