Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
My Agresif Wife

My Agresif Wife

ailurophile

5.0
Komentar
343
Penayangan
5
Bab

Berawal dari kecerobohan Airin yang salah masuk kamar saat berada di hotel, dalam rangka melarikan diri untuk menghindari perjodohan yang di buat Mamanya. Dia di pertemukan dengan Arvian,seorang dokter tampan yang memiliki kepolosan yang luar biasa. Sedangkan sifat dan kepribadian keduanya sangat jauh berbanding terbalik. Airin yang memang sejak awal menunjukan sifat agresifnya dalam usaha mendapatkan cinta dari si dokter tampan itu pun tak pernah mengenal kata lelah. Begitu pun dengan Arvian, dia mati-matian menunjukan sikap ogah-ogahan menanggapi agresifnya Airin. Benar kata orang, waktu bisa merubah segalanya. Arvian mulai merasakan cintanya untuk Airin, ketika perempuan itu mulai sering menghabiskan waktu dengan sosok Dokter Arham, yang merupakan salah satu dokter di rumah sakitnya. Namun semua itu berubah dalam sekejap mata, Saat suatu tragedi terjadi tanpa di duga ketika Arvian berusaha menyatakan perasaannya kepada Airin. Kira-kira,Tragedi apa yang menimpa keduanya? Dapatkah keduanya bersatu? Peran penting, Apa yang akan Dokter Arham ambil di dalam kisah ini?

Bab 1 Salah Masuk Kamar!

"Hoam, ngantuk banget sih!" ucap seorang gadis yang tampak membawa koper hitam masuk ke sebuah kamar hotel.

"Wah, tumben di hotel langsung di sediain makanan gini," ucapnya sambil duduk memakan makanan di meja.

"Pokoknya lo nggak boleh pulang, Airin. Sebelum mama batalin perjodohan itu!" ucapnya lagi kepada diri sendiri.

Setelah selesai makan, gadis bernama Airin itu pun berjalan ke kasur dan mulai menonton televisi. Tidak beberapa lama kemudian dia sudah terlelap tidur.

Ceklek ...

Suara kenop pintu kamar mandi di buka, tampak seorang pria bertubuh tinggi keluar dari kamar mandi tersebut dengan tubuh yang hanya dibalut handuk di pingganganya.

"MALING!" teriak pria tersebut saat melihat Airin yang terlelap di atas kasurnya.

Airin langsung terlonjak kaget dan berdiri di atas kasur sambil ikut berteriak, "Maling, tolong!"

setelah beberapa saat Airin berbalik dan menatap ke arah pria yang berdiri di sampingnya, mata Airin tanpa sadar memandangi perut sixpack pria itu dan jangan lupakan rambutnya yang masih basah juga semakin menambah kesan tampan pria di sampingnya itu.

"Shit, it's so hot!" ucap Airin tanpa sadar.

"Hei jaga mata kamu, dasar perempuan cabul! Siapa kamu? Kenapa masuk kamar saya, hah!" ucap pria itu.

"A-apa, kamar om?" ucap Airin terbata-bata sambil menatap ke arah pintu.

Mata Airin pun membulat sempurna,setelah sadar kalau dia salah masuk kamar. Karena dia takut di laporkan ke polisi, Dia pun segera melarikan diri membawa kopernya keluar dari kamar tersebut.

Pria itu melihat Airin yang berusaha kabur, segera memakai jas dokternya sembarangan. lalu dengan cepat dia mengejar Airin, sambil membawa sebuah kantong plastik di tangannya.

"Hei, mau kabur kemana kamu?!" teriak pria itu sambil mengangkat kantong plastik di tangannya.

Airin yang mendengar teriakan pria itu pun terus berlari sambil menyeret paksa koper hitam miliknya. Dia tampak enggan menoleh ke belakang dan memilih pura-pura tidak mendengar teriakan pria barusan.

"Biru bermotif doraemon, pink bermotif bunga-bunga, kuning bermotif buah jeruk dan 38 D berwarna pink,hitam dan merah." teriak pria itu lagi.

Seketika mata Airin membulat kaget, mendengar teriakan kedua kalinya dari pria itu. Dengan terpaksa dia membalikan badannya dan berjalan ke arah pria tersebut.

"Gimana? Masih mau kabur-kaburan?" ucap pria itu sambil menunjukan kantong plastik ke depan wajah Airin.

"Ehehe, engga kok, om!" ucap Airin dengan wajah memerah.

"Haha hehe haha hehe, udah salah kamar, kabur lagi!" omel pria itu lagi.

Airin hanya menanggapi omelan pria itu dengan cengiran khasnya. Namun, Sebuah ide pun muncul di otaknya saat melihat kartu tanda pengenal pria itu di jas dokternya.

"Arvi Mahendra" batinnya.

"Om Arvi Mahendra, Airin minta maaf yang sedalam samudera, setinggi langit, sebanyak pasir di pantai. Sekian terima maaf, hukumnya wajib dimaafkan!" ucap Airin sambil merampas kantong plastik di tangan Arvi, lalu berlalu pergi.

"Hei, gadis aneh! Bereskan dulu kamar saya!" teriak Arvi sambil menatap kesal gadis yang sudah berlalu pergi masuk ke kamar di sebelahnya.

"Memalukan!"

"Goblok!"

"Arghh, tolol!"

Airin tampak mondar-mandir di kamar miliknya sambil mengumpati dirinya sendiri, setelah insiden salah masuk kamar yang dia lakukan.

"Oh, tidak! Ini benar-benar memalukan."

Mulutnya tampak masih terus merapalkan sumpah serapah sambil menggigit pelan jari jempolnya.

Tiba-tiba ponsel yang ada di sakunya bergetar, menampilkan nama kontak pemanggil "Titisan dakjal (Yuna)".

"Heh, kabur kemana lo, Rin?" tanya

Yuna di seberang sana.

"Hah heh hah heh, Assalamu'alaikum dulu kek!"

"Cih, sok alim si bangke!" cibir Yuna

"Jawablah terlebih dahulu salam saya, wahai setan!"

"Ck,iya. Wa'alaikum salam!" balas Yuna dengan nada kesal.

"Hahaha, gitu dong nurut sama Mama Airin yang sholehah. Bangga banget gue hari ini, bisa mengislamkan jin kafir di dalam diri lo!" kekeh Airin setelah puas mengerjai sahabatnya itu.

"Ck, padahal jin yang paling kafir itu ada di dalam diri lo! Jangankan sholehah, mendekati secuil upil pun nggak ada tuh di dalam bagian daging tubuh lo." cibir Yuna.

"Hm, lupain aja topik nggak jelas ini. Lo, kabur kemana? Tante Ratna nyariin." tanya Yuna lagi.

"Ya, ke hotel lah. Daripada gue di jodohkan sama orang nggak gue kenal, mending gue minggat." balas Airin.

"Gue sih, bodo amat! Mau lo dijodohin, diapain kek, masa bodo gue mah. Gue cuma khawatir sama duit dua puluh ribu gue, yang lo pinjem pas di Mall kemarin." ucap Yuna.

"Heran gue, heran banget,sumpah! Kok ada spesies teman terlaknat kayak lo, Yun?" kesal Airin.

"Hahaha, gue bercanda kok. Eh iya, lo ke hotel ngapain? Jangan-jangan lo anu ya?" ucap Yuna.

"Anu apaan? Lo, tau nggak?"

"Lo pikir gue peramal atau dukun gitu? Sampai bisa tau isi otak lo!" ketus Yuna.

"Oke, fine. Biar gue jelasin, jadi semalam gue salah masuk kamar pas sampe di hotel dan gue gak sengaja masuk ke kamar punya om-om gitu." jelas Airin.

"Gimana-gimana? Gue gak salah denger kan? Lo, semalam salah masuk ke kamar om-om? terus om itu gak lo apa-apainkan?" tanya Yuna beruntun.

"Wahai anak dakjal, apa kau tidak mengkhawatirkan keperawanan sahabatmu yang masih ting-ting ini?"

"Gue sih lebih ke takut om nya,lo apa-apain." kekeh Yuna di seberang sana.

"Gak lah, goblok!" kesal Airin.

"Haha, terus gimana kelanjutannya, Rin?" tanya Yuna lagi.

"Ya, panjang."

"Astagfirullahalazim, Rin. Lo udah sampe tau ukuran itunya!" heboh Yuna.

"Itu apaan lagi, bangke?"

"Pusaka ghoibnya tuh om-om lah Airin, apalagi!" balas Yuna.

"Tolol, maksud gue yang panjang itu ceritanya bukan anunya."

"Owalah, gue kira anunya hehe!" kekeh Yuna.

"Yaudah, ceritain ke gue lagi! Gimana kelanjutannya?" ucap Yuna lagi.

"Nah, gue kan salah masuk kamar dia. Terus gue udah sempet makan,nonton bahkan sampai molor juga di kamarnya. Eh, gue ketahuan sama pemilik kamarnya. Dan parahnya lagi pas gue kabur, itu kantong plastik yang isinya pakaian dalam gue ketinggalan."

"Hahaha, pasti lo malu banget kan? Oo iya lupa, lo kan nggak punya malu ya. Hahaha," ledek Yuna.

"Eh,hati-hati lo. Kalau tuh orang ada istri, lo bisa di sangka pelakor sama istrinya. Ya, walaupun gue gak yakin sih kalau lo bakalan lebih cantik dari istrinya, karena standar muka lo tuh ya di bawah rata-rata premium gitu." timpal Yuna lagi.

"Bangke lo, Yun! Bukannya simpati sama gue, Lo malah buat gue makan hati, denger ucapan dari mulut ultrasonik lo itu." kesal Airin.

"Canda elah, saran gue sih minta maaf aja sama dia. Terus lo bawain sesuatu gitu buat dia, sebagai permintaan maaf lo." ucap Yuna.

"Hah,iya deh makasih." balas Airin.

"Dua puluh ribu utang lo, di tambah tiga puluh ribu cari ide buat lo, jadi totalnya entar lo bayar ke gue pake duit yang warna biru ada angka lima puluhnya gitu."ucap Yuna.

"Baru aja gue ngerasa bangga punya teman kayak lo, udah di jatuhin aja haluan gue." cibir Airin.

"Hehe, semoga berhasil cintaku. Dah, gue mau berak dulu! ucap yuna sambil mengakhiri panggilan telponnya.

"Emang nggak ada malu, dasar! Berak aja bilang," kekeh Airin.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku