Ketika seorang gadis Desa yang miskin materi juga miskin ilmu menikah dengan seorang pria tampan dan kaya raya. Seorang CEO di perusahaan sendiri yang terkenal di kalangan bisnis, mempunyai sifat yang sangat dingan dan cuek. Pernikahan yang tidak diinginkan itu terjadai begitu saja, rumah tangga yang mereka bangun dari hasil pernikahan siri tak seharmonis yang diharapkan tuan besar Hanson Smith Huston. Pria paru bayah itulah yang menikahkan anaknya dengan seorang gadis Desa yang tak di kenalnya. Selama berbulan-bulan hidup bersama di satu rumah mewah bak istana, pasangan suami istri siri itu tak pernah saling menyapa. Sih pria tampan begitu membenci wanita yang berstatus istri sirinya, untuk meliriknya saja sih pria merasa enggan, dan sih wanita begitu sangat bimbang dan ketakutan ketika serumah dengan pria yang berstatus suami. Pria dingin itu tak pernah memperlakukan baik pada istrinya, ia malah tidak memperlakukan sih wanita layaknya seorang istri, sikap dan perlakuannya membuat istri sangat merasa ketakutan padanya.
Setelah melakukan ibadah sholatnya ia segera menyelesaikan perkerjaan yang memang harus setiap hari dilakukannya. Pagi-pagi buta dia sedang sibuk berkutat dengan peralatan dapur dan di bantu oleh beberapa pelayan dapur untuk menyiapkan sarapan pagi.
Tak di rasa sudah hampir 3 bulan ia menyandang status istri seorang pengusaha kaya raya. Ia tersenyum kecut mengingat takdir yang menimpanya, bagaimana tidak seorang pria bukan lain adalah sang suami sampai detik ini pun tidak memperlakukannya layaknya seorang istri.
Terkadang perlakuan suaminya itu menyakiti fisik maupun batinnya, dia pun sampai harus menjadi pembantu di rumah suami sendiri. Tanpa kenal lelah dan tidak mengeluh sedikit pun dia tetap menjalankan sesuai perintah sang suami.
Dia adalah Nina Defras, seorang gadis Desa yang telah menikah dengan seorang CEO perusahan terkenal di ibukota Indonesia, betapa bangganya dia memiliki suami yang terkenal dikalangan bisnis.
Selesai mempersiapkan sarapan pagi, Nina menuju lantai dua memanggil sang suami untuk memulai sarapan pagi, dengan perasaan gelisa, takut, Nina tetap memberanikan diri berhadapan langsung dengan suaminya. Perasaan itulah yang tak hentinya Nina rasakan setiap hari, dia begitu takut dengan suaminya, sikap dan perlakuan suaminya bisa merubah dirinya menjadi wanita cengeng.
Begitu sampai di depan pintu kamar Nina mengetuk pintu, "permisi tuan, sarapan pagi sudah siap." ucap Nina sambil mengetuk pintu kamar sang suami.
Tidak ada sahutan, Nina mencobanya sekali lagi, "Sarapan pagi sudah siap tuan." Clek,,, knop pintu kamar di putar menampilkan sosok pria tampan bermata biru, dan wajah yang datar dengan pakaian jas kantor yang tampak mewah, diperkirakan Nina sudah pasti itu setelan jas seharga puluhan juta.
Nina begitu terpaku melihatnya, tidak ada senyuman menghiasi bibir pria tampan itu. Ia berjalan tanpa menoleh sedikit pun dan tidak mengatakan sepata katapun pada Nina sang istri.
Perasaan Nina begitu sakit, padahal setiap harinya ia sudah terbiasa menghadapi sikap dingin sang suami, tapi masih saja ia merasakan sesak di dadanya. "Astaga, aku menangis." ucap Nina sambil menyeka air matanya.
Segera ia berjalan mengekori sang suami menuju meja makan. Kalian pasti bingung mengapa Nina memanggil suami dengan sebutan tuan? Nina sendiripun juga bingung, ingin sekali ia memanggil sang suami dengan sebutan sayang ataupun mas, tapi iia sadar itu tidak akan mungkin, karena dia hanya di anggap pelayan di rumah ini.
Sampai di meja makan tuan rumah menarik kursi dan langsung mendudukinya, ia makan dalam keadaan hening tanpa ditemani seorang pun.
Para pelayan sibuk dengan pekerjaan masing-masing, sedangkan Nina sibuk memperhatikan sang suami yang tidak jauh dari meja makan.
"Apakah kau tidak punya pekerjaan lain,?" tanya pria tampan yang sedang jengkel di tatap wanita sialan itu.
''ma, maaf tuan,'' ucap Nina kalut segera pergi dari hadapan suaminya.
pria itu begitu sangat membenci wanita yang berstatus sebagai istri sirihnya, ia tak menyangka mengapa bisa menikah dengan wanita tak berpendidikan dan tak berkarir.
Selang beberapa menit, tuan rumah telah selesai sarapan pagi, ia berdiri menuju pintu utama rumah. Tiba depan rumah ia masuk ke dalam mobil sportnya dengan menyalakan mesin mobil, dan langsung menggas dengan kecepatan sedang meninggalkan pekarangan rumah.
Dari arah dapur Nina berjalan menuju pintu utama rumah, setelah suaminya pergi dia berdiri dalam keadaan sedih sambil menatap kepergian sang suami. Ingin sekali ia mengantarkan suaminya setiap hari pergi bekerja layaknya istri pada umumnya, dia juga ingin menyium punggung tangan sang suami. air matanya mengalir dengan deras dan diiringi isakan tangis, dia hanya bisa melihat sang suami dari kejauhan. Nina sadar tidak akan terjadi hal seperti itu, jangankan untuk di sentuh, sang suami meliriknya saja merasa jijik.
Nina sadar suaminya tidak mencintainya sedikitpun, karena ini hanya pernikahan sirih yang tak diinginkan mereka. Nina ingin sekali lari dari rumah ini, rumah yang begitu mewah dengan pantas disebut mansion bak istana. Tinggal di rumah ini sangat menyakitkan baginya, tapi ia enggan meninggalkan mansion ini karena kembali mengingat wasiat dari ayah mertuanya.
Flassback off.
Seorang pria paruh baya telah terbaring mengenaskan di atas brankar rumah sakit dengan di bantu alat pernafasan dan dipenuhi darah di tubuhnya. Dia adalah tuan besar Hanson Smith Huston, Ayah dari Bram Xander Huston. Yah, pria tampan itu bernama Bram Xander Huston.
Tuan Hanson terbaring lemah ditemani Dokter juga beberapa Perawat. Setelah keluar dari ruangan seorang Dokter menghampiri Nina.
"maaf Nyonya apakah anda pihak keluarga Pasien?" tanya sang Dokter.
"Tidak Dok, saya hanya seorang pegawai Supermarket, sempat menemukan Pasien tidak sadarkan diri di jalan akibat kecelakaan tabrak lari." jawab Nina jujur.
"Baiklah Nyonya kami akan segera menghubungi pihak keluarga pasien, terima kasih sudah membawah pasien kemarih!" ucap sang Dokter.
"Sama-sama Dok, terus bagaimana dengan keadaan pasien?" tanya Nina hati-hati.
"Keadaan pasien buruk Nyonya, pasien kekurangan banyak darah?" jawab Dokter.
Nina terkejut, "astaga lakukan yang terbaik Dokter selamatkan dia." ucap Nina dengan mata berkaca-kaca.
Nina langsung teringat kembali dengan mediang ayah dan bundanya, begitu sesak rasanya mengingat kejadian itu.
Kejadiannya sama serupa dengan apa yang dialami oleh pria paruh baya di dalam sana. kedua orang tuanya tewas akibat kecelakaan lalu lintas. Nina kembali meneteskan air matanya mengingat kejadian itu.
"Baik Nyonya kami pasti akan melakukan yang terbaik untuk pasien." ucap Dokter yakin.
''Suster, segera hubungi pihak keluarga pasien.'' perintah Dokter pada salah satu Perawat.
Seorang Perawat pun segera pergi menuju resepsionis.
"Saya pergi dulu Nyonya, saya harus cek darah yang sama dengan darah pasien." ucap Dokter pergi meninggalkan Nina.
Seorang perawat resepsionis sedang sibuk menghubungi pihak keluarga pasien. "halo selamat pagi, betul ini dengan keluarga tuan Hanson Smith Huston?" tanya resepsionis ketika panggilan telfonnya sudah diangkat.
"Ia betul, ini dengan siapa?" jawab Bram dan bertanya.
"kami dari pihak rumah sakit pak, ingin menyampaikan bahwa tuan Hanson mengalami kecelakaan." jawab resepsionis.
"Jelaskan bagaimana bisa terjadi?" tanya Bram terkejut dengan perasaan cemas.
Bagaimana pun ia tak mempunyai siapa-siapa lagi kecuali sang ayah. Bram begitu takut jangan sampai ayah selama ini yang mendukungnya dan membanggakannya ikut meninggalkannya, dan pergi menyusul sang istri ibu Parcelia Huston. Tak di rasa sudah tiga tahun kepergian ibunya untuk selamanya, ibunya pergi meninggalkannya akibat mengidap kangker paru-paru stadiun akhir.
"Datanglah ke rumah sakit Pak, kami akan menjelaskannya." jawab resepsionis.
"kirimkan alamat rumah sakit sekarang juga." perintah Bram.
Tanpa berkata-kata lagi Bram langsung menyambar kunci mobilnya yang berada di atas meja kantor, dan berlari munuju parkiran pejabat Vvip. Tiba di parkiran Bram berpapasan dengan Alex Xenon Sekertaris sekaligus sepupu Bram sendiri.
"hei pak, kemana kau?" tanya Alex.
"Ikuti aku." perintah Bram.
Dengan dahi berkerut Alex mengucapkan,"pak apakah kau lupa kita akan mengadakan meeting pagi ini dengan Prosperous Company!" jelas Alex.
"batalkan pertemuan hari ini." bentak Bram.
Perasaannya sudah tak karuan, dalam pikiran Bram hanya sibuk memikirkan kondisi Ayahnya.
Alex pun terkejut, dan sontak menelfon seseorang untuk memberitahukan pertemuan hari ini harus di batalkan. Setelah menelfon seseorang, Alex langsung segera mengikuti mobil Bram.
Bab 1 Chapter 1
09/02/2022
Bab 2 Chapter 2
09/02/2022
Bab 3 Chapter 3
09/02/2022
Bab 4 Chapter 4
09/02/2022
Bab 5 Chapter 5
09/02/2022
Bab 6 Chapter 6
09/02/2022
Bab 7 Chapter 7
09/02/2022
Bab 8 Chapter 8
09/02/2022
Bab 9 Chapter 9
09/02/2022
Bab 10 Chapter 10
09/02/2022
Bab 11 Chapter 11
16/02/2022
Bab 12 Chapter 12
16/02/2022
Bab 13 Chapter 13
17/02/2022
Bab 14 Chapter 14
18/02/2022
Bab 15 Chapter 15
19/02/2022
Bab 16 Chapter 16
22/02/2022
Bab 17 Chapter 17
23/02/2022
Bab 18 Chapter 18
23/02/2022
Bab 19 Chapter 19
23/02/2022
Bab 20 Chapter 20
04/03/2022
Bab 21 Chapter 21
04/03/2022
Bab 22 Chapter 22
04/03/2022
Bab 23 Chapter 23
04/03/2022
Bab 24 Chapter 24
04/03/2022
Bab 25 Chapter 25
04/03/2022
Bab 26 Chapter 26
08/03/2022
Bab 27 Chapter 27
08/03/2022
Bab 28 Chapter 28
08/03/2022
Bab 29 Chapter 29
08/03/2022
Bab 30 Chapter 30
08/03/2022
Bab 31 Chapter 31
22/03/2022
Bab 32 Chapter 32
22/03/2022
Bab 33 Chapter 33
22/03/2022
Bab 34 Chapter 34
22/03/2022
Bab 35 Chapter 35
22/03/2022
Bab 36 Chapter 36
22/03/2022
Bab 37 Chapter 37
22/03/2022
Bab 38 Chapter 38
22/03/2022
Bab 39 Chapter 39
22/03/2022
Bab 40 Chapter 40
22/03/2022