Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Eliyah's Secret

Eliyah's Secret

AminahS

5.0
Komentar
34
Penayangan
6
Bab

Rahasia kelam membawa Saga yang bernasib buruk bertemu dengan Erlando, atasannya yang menawari untuk menikahi adik perempuannya- Eliyah. Perempuan yang penuh dengan rahasia yang membuat Saga menggila dibuatnya.

Bab 1 Saga's Life

Dimalam hari yang pekat meremang, suara deritan pintu baru saja dibuka, dengan langkah yang gontai laki-laki itu memasuki salah satu ruangan kecil sebuah apartemen yang berjejer di gedung yang bertingkat-tingkat tinggi.

Brak...

Ia menutup pintu dengan kasar, lalu mencari sebuah ranjang untuk menopang akan tubuhnya yang terkapar lemah. Tanpa menyalakan lampu, ia tidur dengan posisi tengkurap. Kemeja nya tidak ia ganti, bahkan ia hanya melonggarkan dasinya yang melilitnya dari pagi hingga malam buta seperti ini.

Keesokan dipagi hari dengan jam menunjukkan pukul 9 ia tersentak kaget, ia sadar pada pukul segini ia sudah telat 30 menit yang lalu, belum benar ia dapat menghirup oksigen dengan tenang malah dirundung waktu seakan mampu mencekiknya. Ia kalang kabut terbangun dan mencari wastafel untuk sekedar mencuci wajahnya yang kusut. Ia tak sempat untuk membersihkan badannya, ia bahkan tak sempat untuk mengganti pakaiannya, gilanya lagi ia bahkan tak sempat untuk menggosok gigi nya. Sungguh kehidupan yang dramatis.

Ia pergi dengan keadaan yang mengenaskan di pagi hari dengan bau badan yang belum di semprot pengharum pakaian atau hanya sekedar merapikan rambut, ia tak sempat. Malang betul nasib nya yang dicemooh oleh penumpang bus lewat tatapan menjijikkan. Baru didalam bus lah ia menghela nafas berat sambil merapikan rambut tebalnya itu. Ia sadar pula bahwa pekerjaan adalah soal berinvestasi pada hidup. Jadi, ia mengabaikan apapun yang tidak berarti atau merugikan bagi dirinya.

Setelah sampai, ia langsung memasuki kantor dengan senyum simetrisnya serta dengan lambaian tangan kecil untuk menyapa para teman pegawai seperti dirinya. Namun yang ia dapat hanya senyum yang dipaksakan. Ia tak ambil pusing dan hanya mencoba membuat orang sekedar menyukainya.

Setelah sampai di ruang kerjanya yang sempit, dengan gelisah karena ia tahu bahwa yang di depan matanya banyak sekali berkas-berkas yang harus ia pelajari ulang dan diketik. Ia menghela napas dengan berat, lalu mencoba membuka kertas demi kertas untuk ia baca dan mengetiknya di komputer. Saat sedang berkelahi dengan kesibukannya, seseorang datang dengan memakai jas hitam dan raut wajah yang tegas. Ia menghentikan segala kegiatannya dan berdiri serta menundukkan kepala untuk menghormati orang di depannya itu. tepat sekali, orang itu adalah atasannya.

"Kamu ikut saya ke ruangan saya sekarang!" Kata orang itu dengan suara kecil namun membuat laki-laki itu seolah disepak terjang. Satu pertanyaan masuk dalam fikiran-nya yang di liput kegelisahan, apakah ia akan di pecat karena telat?

"Oh, matilah aku" batinnya.

Atasannya telah pergi dan melanjutkan helaan nafas gusar dari laki-laki berperawakan normal itu, melihat sisi kiri dan kanan kepada teman-teman gawainya, ia resah. Lirikan mereka seperti mengatakan bahwa kamu harus hati-hati dan mencoba untuk sabar.

Huh...

Ia menggaruk lehernya dengan kasar dan langsung pergi untuk menemui CEO nya. Iya lagi lagi bertanya dengan dirinya apakah ini kesalahan karena ia telat datang ke kantor atau karena kerjaannya tidak bagus. Tidak lama ia pun sampai dan langsung masuk ke dalam ruangan atasannya.

Di dalam ruangan ia berhati-hati dengan sikapnya, ia mengambil tempat didepan atasannya, setelah ia duduk ia bahkan tak berani menatap mata atasannya, ia hanya menatap bawah dan berdoa untuk keselamatannya agar apa yang ia takuti tidak terjadi. Di sela-sela pikiran kotornya, ia masih mampu untuk memikirkan kerjaan lain setelah ia di pecat. Namun karena atasannya tak kunjung bersuara, ia pun memulai dengan pertanyaan.

"Ada apa Pak?" Tanya laki-laki itu dengan hati-hati.

Sekarang tatapan atasannya seperti sedang menelisik aura laki-laki itu dengan teliti. Mata laki-laki itu mengikuti arah mata atasannya yang fokus kepada wajahnya. Iya tak mengerti apa yang atasannya lakukan dengan dirinya sampai atasan-nya pun berkata,

"Apa kau mau menikah dengan adikku?" Kata atasannya dengan lugas. Pertanyaan itu mampu membuat mata serta mulut laki-laki itu termangap, iya kaget sangat terkejut dengan apa yang atasannya katakan. Ia tidak bisa mengatakan apapun bahkan menelan pun susah dilakukannya. Iya masih terlalu terkejut dengan apa yang atasannya katakan.

"Apa kamu bersedia?" Tanya atasannya lagi.

Laki-laki itu mulai mencerna apa yang atasannya katakan dan mulai menormalkan dirinya. Ia menatap mata atasannya dengan fokus, ia ingin mencari celah di mana bahwa atasannya itu sedang bercanda atau tidak.

"Menikah? Ap... apa bapak serius?" Tanya laki-laki mengkonfirmasi ucapan atasannya. Mata laki-laki itu masih menelisik dengan jelas apakah atasannya serius atau hanya permainkan nya saja.

"Iya, saya serius dengan perkataan saya. Jadi, apa kamu bersedia menikah dengan adik saya?" Pertanyaan itu kembali lagi terucap, mata laki-laki itu beralih menunduk dan hendak berfikir. Ia tidak menemukan mimik bahwa atasannya sedang mempermainkannya.

Maaf sebelumnya pak, ucapan itu terdengar hati-hati, Apa bapak serius. Bapak sedang bercanda kan? pertanyaan itu sangat hati-hati di lontarkan dengan pandangan menelisik untuk mencari pembenaran

Atasannya mendesah, dengan wajah tegas nya ia mengatakan

Apa pernah kamu melihat saya bercanda? kata atasannya. Laki-laki itu sedikit terkejut,

Ah tidak Pak, maaf saya hanya sedikit terkejut dengan perkataan bapak. Ungkapnya.

Jadi?

"Emmm... Tapi, tapi keadaan saya seperti ini pak. Apa tidak sebaiknya memilih yang lebih pantas buat adik bapak." Ucap laki laki itu dengan hati-hati.

"Bukan saya yang memilih kamu tapi adik saya yang memilih kamu." Jelas atasannya yang sekarang menjabat sebagai direktur itu.

"Apa pak?" Reflek laki-laki itu bertanya. Ia bingung dengan perkataan atasannya.

"Iya benar. Dia memilih kamu untuk menjadi suaminya, ia merasa kalau kamu orang yang di cari, dan yang jelas kamu harus bersedia menikah dengan adik saya karena dia telah memilih kamu. Kamu tidak boleh menolak, ingat!" Atasannya kembali mempertegas.

"Bagaimana bisa pak? Kami belum pernah bertemu dan apakah dia sudah melihat saya?" raut kebingungan masih ia perlihatkan.

Benar, mereka belum pernah bertemu sama sekali. Walau ia telah 3 bulan bekerja disini tetapi melihat kedatangan adik dari atasannya saja laki-laki itu tak pernah. Ia tentu tau kalau atasannya punya adik ketika ia dimintai untuk menikah dengan adiknya sekarang.

"Kalian memang belum pernah bertemu langsung, tetapi adik saya pernah melihatmu beberapa kali."

Kerutan di kening laki-laki itu tercetak jelas, iya berpikir sejenak bahwa apakah tuhan memberinya hari yang baik sekarang atau buruk? Ia masih dalam jalur kebingungan dan kebimbangan. Tapi, didalam kebimbangan ia jelas berfikir dan berandai apakah adik atasannya buruk rupa sampai harus meminta kakaknya yang punya otoriter penuh untuk menjadikan seseorang sebagai tikus percobaan. Ia masih dilema.

"Saya tidak ingin kamu berlama-lama di sini, jadi saya harapkan kamu menerima lamaran adik saya. Jika kalau tidak, kamu bisa mencari perusahaan yang lain tapi sayang jika kamu melakukan itu, kamu tidak bisa diterima di perusahan manapun karena saya akan blacklist nama kamu. Jadi bersiaplah untuk menikah dengan adik saya. Dan perlu kamu ketahui juga adik saya tidak jelek seperti apa yang kamu bayangkan." Mendengar itu, laki laki itu langsung terperanjat.

"Ah tidak pak, tidak." Cengirnya.

"Kalau tidak ada lagi yang kamu tanyakan, kamu bisa keluar sekarang. Tapi kamu harus ingat, kamu harus menemui saya besok di rumah saya untuk membicarakan penuh masalah ini." kata kata atasannya membuatnya semakin dilema.

Ia hanya bisa mengangguk dan pergi dari hadapan atasannya itu.

Sekarang, laki laki-laki itu digadang rasa kebimbangan yang mendalam. Ditempat kerjanya ia hanya melirik pada layar komputer yang menyala namun otaknya masih di gerogoti perintah atasannya.

Bukk...

Seseorang tiba-tiba memukul mejanya dan ia pun terkejut,

"Kamu kenapa sayang?!" Seorang wanita berperawakan seksi dengan rambut yang panjang datang dan langsung mendekati laki laki itu.

"Kamu ini," kesahnya.

"Coba jelasin kenapa kamu sampai di panggil pak Erlando?" Tanya wanita cantik itu.

"Hmmm... Nanti aku kasih tau ya. Sekarang kamu bisakan Peluk aku dulu, aku kangen sama kamu." Kata laki-laki itu dengan manja pada wanita itu.

"Ouhhh... Sini sini." Mereka pun berpelukan walau banyak pegawai yang melihat namun tidak mereka hiraukan karena itu seperti biasa untuk dilihat.

"Wait wait, bau apa ini." Disela Memeluk laki laki itu, perempuan tadi melepaskan pelukan mesranya dengan cepat.

"Kamu belum mandi ya?!" Tebak wanita itu sambil mengendus badan laki laki itu dan menutup hidungnya ketika bau itu menyengat dari tubuh kekasihnya.

Laki-laki itu hanya bisa nyengir mendengar kekasihnya mengatakan itu.

"Ihhhh jorok Saga!!" Seru perempuan itu dan langsung melenggang pergi.

"Sela! Oh ya ampun, dengarkan aku dulu! Hahahaha!" Saga pun terkekeh karna melihat kekasihnya pergi dengan jijik darinya.

Kembali saat ia melihat komputer itu, kembali lagi otakn ya memikirkan hal tadi. Ia ingin emosi dan mengeluarkan kegeraman nya. Namun ia sadar kalau ia sedang di tempat kerja nya.

Kali ini, ia memilih untuk pulang lebih cepat dan tidak melakukan lembur. Ia berencana akan berpesta di bar dengan teman-teman serta pacarnya, Sela. Setelah mandi dan bersiap dengan rapi, ia keluar dari apartemen nya dan pergi dengan Sela yang menjemput nya mengenakan mobil.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Romantis

4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Romantis

5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku