Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Alana's Secret

Alana's Secret

AlanaFelix

5.0
Komentar
892
Penayangan
30
Bab

Alana yang biasa di panggil Na adalah remaja Sekolah Menengah Atas yang menjadi yatim piatu sejak ia masih Sekolah Dasar. Setelah kedua orang tuanya meninggal, Na mendapatkan sebuah kekuatan khusus yang tidak dimiliki oleh orang lain. Na bisa mendengar isi pikiran orang lain dan Na juga bisa melihat ingatan mereka. Ketika Na diharuskan untuk mengikuti lomba bersama dengan Sandri siswa populer di sekolahnya. Na mendapatkan informasi mengenai kematian sebenarnya dari orang tuanya yang ternyata telah dibunuh. Lalu Na dan Sandri mengusut siapa dalang dari kematian orang tua Na. Akankah Na berhasil mengungkap kebenarannya?

Bab 1 Chapter 1

Na, gadis kecil nan cantik itu sedang berada di pangkuan sang Ibu yang sedang mendongeng untuknya.

"Di dalam dasar laut yang paling dalam, terdapat putri duyung yang sedang berenang mendekati permukaan laut. Dan di saat yang sama, ada seorang pria tampan yang sedang berlayar bersama beberapa orang lainnya. Pria itu sedang memandang jauh ke arah lautan yang sangat luas dengan tenang. Putri duyung yang baru saja sampai di permukaan laut memandang pria tersebut dan mulai jatuh cinta pada pandangan pertama. Pria itu tiba-tiba memandang ke arah permukaan laut dimana Putri duyung berada, akhirnya mereka memandang satu sama lain."

"Apakah mereka akan saling jatuh cinta Bu?" tanya Na kepada sang Ibu dan memotong cerita Ibunya.

Tepat di saat sang Ibu hendak menjawab pertanyaan Na, Na perlahan tersadar dari tidurnya karena suara alarm dari ponselnya berdering. Na pun akhirnya terbangun sepenuhnya. Na perlahan mengambil kacamatanya di atas lemari kecil di samping tempat tidur, lalu memakainya.

Setelah kaca mata itu terpasang, Na baru bisa melihat dengan jelas kamarnya. Na menghela nafas, lalu memandang ke arah jendela yang belum ia buka gordennya.

"Kenapa aku terus bermimpi tentang Ibu, apakah aku sangat merindukannya?" gumam Na.

Na mulai beranjak dari kasurnya dan menuju ke dapur untuk membuat sarapan. Seperti biasanya, Na akan membuat roti lapis untuk sarapan karena itu adalah yang mudah untuk dilakukan di pagi hari. Setelah roti lapis yang Na buat jadi, Na mulai sarapan dengan secangkir susu murni hangat.

Na meletakkan piring dan gelas di wastafel. "Aku akan mencucinya nanti, setelah aku pulang sekolah," ucap Na kepada dirinya sendiri.

Na pun segera bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Setelah itu Na keluar dan mengunci pintu rumahnya. Kemudian Na memakai earphone wireless dan juga sarung tangan. Na memakai sarung tangan bukan karena dia merasa dingin, tapi karena alasan tertentu. Lalu Na mulai berjalan menuju halte Bus untuk berangkat sekolah.

Alana, yang biasa dipanggil Na adalah gadis remaja SMA yang tinggal sendirian. Ayah Na meninggal saat dia sedang dinas ke luar negeri dan mengalami kecelakaan. Setelah mendengar kabar duka dari sang Ayah, Ibu Na merasa sangat terpukul dan membuat Ibu Na depresi dan sulit tidur. Ibu Na sering mengonsumsi obat tidur dengan dosis tinggi dan sampai akhirnya dia juga meninggal karena overdosis.

Awalnya Na tinggal bersama sahabat dari kedua orang tuanya. Kemudian setelah SMA Na memutuskan untuk tinggal sendirian. Semua biaya kehidupan Na ia peroleh dari gaji pensiunan Ayahnya dan juga uang asuransi dari kedua orangtuanya. Na tidak tinggal bersama kerabatnya yang lain, karena hubungan keluarga mereka tidak baik.

*****

Na kini sudah tiba di sekolah. Na duduk di bangku paling ujung yang ada di kelas. Biasanya anak laki-laki nakal yang akan duduk di ujung kelas. Tapi bagi Na, duduk disana adalah tempat yang paling nyaman dan jauh dari sorotan mata orang-orang yang membencinya.

Teman-teman Na selalu menganggap bahwa Na pembawa sial karena gosip yang beredar. Orang-orang bercerita bahwa Ayah Na meninggal karena Ayah Na telah melakukan tindak kriminal. Dan Ibu Na sengaja meminum obat sampai overdosis karena hendak bunuh diri. Na pun bukan anak yang terlalu cerdas dan juga tidak pandai bersosialisasi dengan baik.

Na sedang memandang ke arah luar jendela kelas. Teman-teman Na baru saja tiba di sekolah dan berjalan melewati Na kemudian berhenti.

"Aaaw ... apa ini, aura apa ini?" ucap Bela seraya tangannya seperti sedang mengibas-ngibaskan udara kosong itu.

"Bela, kamu ini bodoh atau apa? Ini adalah aura sial dari orang yang duduk disana," sahut Ica dengan melirik ke ara Na yang masih memandang ke arah luar jendela dengan acuh.

"Oh benarkah? Pantas saja, kelas kita tidak pernah memenangkan apapun ketika lomba sekolah diadakan," sambung Bela lagi. Tapi Na masih tidak menggubris.

Bela kesal karena Na tetap acuh tak acuh dengan bulian mereka. Bela hampir saja menjambak rambut Na, tapi di saat yang sama bel masuk kelas berbunyi. Para siswa pun segera masuk dan duduk di kursi mereka masing-masing. Dan Na juga membenarkan posisi duduknya.

Guru biologi masuk ke dalam kelas dan menyapa para siswa. "Pagi anak-anak!"

"Pagi Pak," jawab siswa kelas 11 C itu yang hampir terdengar kompak.

"Apakah kalian siap untuk belajar?"

Siswa pun ada yang menjawab siap dan ada juga yang memilih diam. Pak Budi Guru Biologi hanya sedikit tersenyum, kemudian mulai mengabsen mereka satu-persatu.

"Anton!"

"Hadir Pak!"

"Ani!"

"Hadir Pak!"

"Bela!" ....

*****

Jam istirahat tiba. Na memutuskan untuk tidak keluar kelas. Na sibuk dengan pensilnya yang sedang fokus membuat goresan-goresan di atas buku gambarnya yang masih putih polos.

Andre teman Na satu-satunya dan berbeda kelas datang menemuinya, dan hampir saja memegang tangannya yang pada saat itu sedang tidak memakai sarung tangan. Untung saja Na dengan sigap menghindar. Tapi karena hal tersebut, tanpa sengaja Na merusak karyanya tersebut.

Na dan Andre perlahan saling menatap satu sama lain. Na memandang Andre seraya mengangkat kedua alisnya seolah-olah sedang berkata "apa yang telah kamu lakukan pada karyaku Andre?". Sedangkan Andre hanya tersenyum konyol karena merasa bersalah.

Na pun menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu mulai mencoba memperbaiki kesalahan yang telah diperbuat oleh Andre. Andre merasa tertarik untuk melihat lebih dekat apa yang dilakukan oleh Na. Andre pun duduk menghadap Na di kursi yang ada di depan meja Na.

Andre tercengan dengan keajaiban tangan Na yang dengan mudah memperbaiki gambar yang telah Andre rusak. "Na, kamu memang sangat berbakat dalam menggambar, semuanya bisa menjadi sesuatu yang indah hanya dengan goresan pensil yang kamu buat," puji Andre.

Na tersenyum kecil mendengar pujian Andre. "Kamu ini ada-ada saja Ndre, sangat pandai memuji," ucap Na pada Andre.

Andre adalah satu-satunya teman yang dimiliki oleh Na. Karena suda lama sebelum kematian kedua orang tua Na, Na dan Andre sudah berteman. Kedua orang tua mereka juga berteman baik. Jadi hanya Andre dan keluarga Andrelah yang sering memperhatikan dan membantu Na setelah kepergian kedua orang tuanya.

Na dan Andre pun lanjut bercerita hal-hal yang menarik. Walaupun pembahasan mereka tidak bisa membuat Na tertawa lepas seperti yang lainnya. Setidaknya Na tidak merasa bahwa dia benar-benar sendirian di dunia ini. Setelah kematian kedua orang tuanya, Na memilih untuk tidak memiliki banyak teman dan lebih memilih menjadi anak yang pendiam dan tertutup.

Dan salah satu alasannya adalah, setelah kedua orang tuanya tiada. Na tiba-tiba saja mendapatkan keahlian khusus yang tidak dimiliki oleh siapapun. Yaitu Na bisa mendengar apa isi kepala seseorang jika iya menatap mata orang tersebut dan Na juga bisa melihat masa lalu seseorang jika dia menyentuhnya. Bahkan kadang hanya dengan bersenggolan saja Na bisa melihat masa lalu. Itulah kenapa Na selalu memakai earphone, memakai sarung tangan dan ketika berjalan Na lebih sering menatap ke bawah atau ke sembarang arah agar tidak bisa mendengar pikirkan seseorang.

Di sela perbincangan mereka, Kakak kelas Na dan Andre masuk ke dalam kelas Na. Dia bernama Sandri. Siswi yang ada di dalam kelas itu senyum-senyum menandang ke arah Sandri bahkan sampai ada wajah mereka yang memerah. Karena Sandri adalah pria paling tampan dan pintar di sekolah itu.

Sandri mulai melihat seluruh kelas dan bertanya apakah ada siswa yang bernama Alana. Dengan sedikit kecewa, gadis-gadis itu menunjuk ke arah Na yang masih asik mengobrol dengan Andre.

Lalu salah satu dari siswa memanggil Na. Setelah namanya di panggil, Na segera menoleh dan melihat ke arah Sandri yang kini sudah berada tepat dihadapannya. Dan di saat yang sama mereka saling memandang satu sama lain dengan cukup lama.

BERSAMBUNG~~~

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku