Yasa Ella
Buku Yasa Ella(2)
Loving My Enemy
Romantis Having a picky partner is a must for Amara, she is good at breaking the hearts of many men and making them whine to be their girlfriends. However, Amara is not so easily shaken. In fact, with the capital of her beautiful face making Amara superior in attracting rich men, she can easily get money, not blackmailing her, but a kind of condition so that Amara will no longer hurt their hearts any further.
Suddenly, an incident sleeping with a strange man at a party of his closest friend makes him have to deal with a man named Daniel, he opens his heart a little and Amara gets closer to Daniel. The man was good at mastering his feelings.
Before it got too far, Daniel finally revealed the big reason why he deliberately approached Amara. Revenge for what happened to Agnes, her cousin, the poor girl. Killed while pregnant, Daniel vowed to make Nathan feel the hell he made.
From there, Amara was crushed in her sincerity. Targeting Nathan, Amara's brother as the culprit, and breaking Amara as bait is the trick. In his wound, he has to face incident after incident.
Attacking Amara was not what she wanted, her satisfaction at seeing Nathan being punished did not make her feel relieved.
Seeing that Amara was starting to become fragile, Daniel wiped away all his revenge and opened his heart as best he could. Even though he had to forget the wound so he could be with Amara.
"Loving you is the most reasonable selfish thing I can do. But I can't handle it." - Daniel Pramana.
"In case meeting you was bad luck, then I'm happy to pass it by." - Amara Dwi Atmaja.
Cover By Canva. Anda mungkin suka
Surga Dunia Ibu Kandung
Juliana
Tanpa membantah sedikit pun, aku berlutut di antara sepasang paha mulus yang tetap direnggangkan itu, sambil meletakkan moncong patokku di mulut kenikmatan Mamie yang sudah ternganga kemerahan itu.
Lalu dengan sekuat tenaga kudorong batang kenikmatanku. Dan …. langsung amblas semuanya …. bleeesssssssssssskkkkkk … ! Setelah Mamie dua kali melahirkan, memang aku merasa dimudahkan, karena patokku bisa langsung amblas hanya dengan sekali dorong … tanpa harus bersusah payah lagi.
Mamie pun menyambut kehadiran patokku di dalam liang kewanitaannya, dengan pelukan dan bisikan, “Sam Sayang … kalau mamie belum menikah dengan Papa, pasti mamie akan merengek padamu … agar kamu mau mengawini mamie sebagai istri sahmu. “
“Jangan mikir serumit itu Mam. Meski pun kita tidak menikah, kan kita sudah diijinkan oleh Papa untuk berbuat sekehendak hati kita. Emwuaaaaah …. “ sahutku yang kuakhiri dengan ciuman hangat di bibir sensual Mamie Tercinta.
Lalu aku mulai menggenjotnya dengan gerakan agak cepat, sehingga Mamie mulai menggeliat dan merintih, “Dudududuuuuuh …. Saaaam … Anak Milik CEO
Princes Kinan
~Saat melihatnya kembali maka saat itu pula aku tak akan pernah melepaskannya lagi~
Seorang wanita tengah berjalan menuju lift di sebuah gedung pencakar langit. Beberapa berkas berada di dalam pelukannya. Ia menekan tombol lift dan menundukkan kepalanya sambil mengentak pelan high heels hitam yang dipakainya.
Ting!
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya pintu lift terbuka lebar dan ia segera memasukinya tanpa pikir panjang. Ia menekan tombol angka sesuai lantai yang hendak ia tuju. Namun, seketika pandangannya tertuju pada seseorang. Suasana di dalam lift itu langsung terasa begitu mencengkam, seperti ada aura gelap dan menakutkan menyelimuti lift. Tentu itu bukanlah karena kehadiran hantu, tetapi makhluk yang lebih menakutkan. Wanita itu langsung menoleh ke belakangnya untuk memastikan apakah pandangannya keliru dan tatapannya beradu dengan mata abu gelap yang begitu tajam milik seseorang yang pernah ia kenal. Orang itu menyeringai kecil dengan tatapan lapar menelusuri seluruh tubuhnya, membuat sang wanita merasa sangat gugup dan ketakutan.
“Se-selamat siang, Pak Davero,” gumamnya dengan gugup.
“Siang,” jawabnya dengan suara serak.
Pria tinggi nan tampan itu melangkahkan kakinya mendekati sang wanita, membuat sang wanita terperangah dan mundur perlahan. Pria yang dipanggil Davero itu tak menghentikan gerakannya. Ia terus melangkah memojokkan sang wanita hingga menyentuh dinding lift di belakangnya, ia terlihat ketakutan karena sang pria semakin merapat.
“Lama tak bertemu,” ucap Davero diiringi seringaian yang membuat bulu kuduk berdiri.
Sang wanita tak bisa berkutik sedikit pun. Apalagi sebelah tangan pria itu menyentuh dinding tepat di samping kepala wanita cantik itu.
“A-apa yang kau inginkan dariku?” tanya sang wanita dengan suara lemah, nyaris berbisik setelah mengumpulkan segenap keberaniannya.
“Kau!”
Seketika tubuh wanita itu menegang dan merinding karena mendengar bisikan penuh ancaman dan penekanan yang tak terbantahkan. Tanpa sadar wanita itu menahan napasnya karena rasa takut.
“You’re Mine!”