Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Secret-Life! (Petarung Tangguh!)

Secret-Life! (Petarung Tangguh!)

Anonymous

5.0
Komentar
267
Penayangan
11
Bab

Identitas David dirahasiakan dan ia telah kembali pulang ke Negara asalnya dengan bantuan Pemerintah. Akankah David bisa hidup normal sebagai warga sipil biasa sambil melindungi orang terdekat?

Bab 1 Masa Sulit 1

Di dalam sebuah rumah, terlihat dua orang wanita yang tengah duduk bersebelahan. Satu orang wanita muda yang menggunakan pakaian lusuh dan satu orang lagi seorang wanita paruh baya dengan pakaian modis yang tergolong mahal.

"Jadi ... kamu telah mempertimbangkan tawaran yang telah aku berikan?" tanya seorang wanita modis berumur empat puluh tiga tahun kepada seorang Ibu muda berumur dua puluh dua tahun. Wanita paruh baya duduk disebuah kursi usang dengan melipat kedua tangan didada. Ia berprofesi sebagai makelar untuk Human Trafficking

"Saya yakin, Bu," lirih Ibu Muda dengan mata berbinar. Senyum menyeringai di wajah menandakan kepuasan di dalam batinnya. Ia berpikir akan mendapatkan banyak uang dengan cara instan.

"Besok saya akan jemput anak itu, dan ini sebagai uang muka untukmu." Wanita paruh baya itu menyerahkan sebuah amplop kecil berwarna coklat diatas meja. Ia kemudian bangkit berdiri sambil tersenyum melihat ibu muda yang telah ia bayar dengan sebuah cek seharga seratus juta rupiah sebagai uang jaminan. Wanita itu sudah tidak tahan dengan rumah kumuh yang sedang ia kunjungi, sekarang rasanya ia ingin cepat-cepat keluar dari rumah itu.

Tepat di depan pintu berdiri dua penjaga memakai jas berwarna hitam telah menunggunya. Wanita tersebut berhenti didepan pintu memandang lurus kedepan mengeluarkan kacamata hitam di balik mantel kemudian memakainya. Menjentikan jarinya mengisyaratkan agar pengawal mengikuti dirinya meninggalkan lokasi dan segera memasuki mobil mewah maybach exelero terparkir di halaman rumah kumuh itu.

Yuliana, Ibu Muda itu menatap amplop coklat diatas meja dengan girangnya. Dengan cepat ia mengambil dan membuka amplop. Benar saja isi cek didalam amplop membuatnya semakin girang. Ia melihat nominal yang tertulis senilai seratus juta. "Selama ini aku sudah muak hidup dalam kemiskinan, dan sekarang waktunya aku menikmati uang yang banyak seperti teman-temanku yang lainnya," ucap Yuliana bahagia. Matanya memancarkan binar yang sangat indah saat melihat cek di dalam amplop coklat itu.

Kemiskinan membuat Yuliana menjadi buta. Ia melupakan makna dari kehidupan dan membuatnya haus akan harta. Ambisinya untuk memiliki uang yang banyak mendorongnya melakukan hal keji terhadap anak kandungnya sendiri dengan menjualnya pada sindikat perdagangan manusia.

Perasaan bahagia karena menerima sebuah cek membuatnya tidak menyadari ada seorang anak manis yang menarik ujung pakaiannya dengan mengusap matanya. "Ibu...Aku lapar." lirih terucap dari bibir mungil seorang anak laki-laki.

Yuliana memandang seorang anak berusia tujuh tahun dengan paras yang tampan, manis dan juga penurut. Seharusnya sebagai seorang Ibu memiliki rasa tidak tega dalam hatinya tapi, sebaliknya tidak untuk dirinya, kemiskinan dan keserakahan membuatnya buta akan putranya sendiri. "Kamu sudah bangun David? Makanan ada di atas meja dapur, ambil sendiri dan makan sendiri, piringnya jangan lupa dicuci, sisakan untuk ayahmu." tutur Yuliana meninggalkan anaknya memasuki sebuah kamar.

"Ya Ibu..." lirihnya memperhatikan Ibunya yang terlihat girang tanpa sebab yang David ketahui. Anak itu berjalan ke dapur, membuka tudung penutup makanan diatas meja, ia melihat hanya ada sisa lauk tempe satu potong saja. Seperti perintah Ibunya ia membagi tempe menjadi dua bagian. Ia menyisihkan sebagian tempe untuk ayahnya. David makan dengan lahapnya walau hanya dengan lauk seadanya.

Keadaan langit yang mulai gelap, Harry Wicaksono pria berusia tiga puluh satu tahun memasuki kediamannya, dilihat anaknya yang sedang belajar dengan buku berhamburan di lantai. Rasa lelahnya terobati dengan melihat putra kesayangannya. "David...Ayah pulang." Harry tersenyum melihat putra semata wayangnya.

"Ayah ...!" David berlari menghampiri dan memeluk Ayahnya yang telah pulang dari bekerja.

"Pakaian Ayah kotor, Nak!" Harry melepas pelukan anaknya, Ia berdiri mensejajarkan dirinya dengan David. Mengelus kepala anak kesayangannya sambil tersenyum. "Lanjutkan belajarmu! Ayah bersihkan badan dulu." Bisik Harry dengan lembut.

Harry menghirup aroma rambut putranya yang tidak terlalu harum bahkan terbubuhi bau matahari, namun ia sangat menyukainya.

"Baik Ayah." David berlari dengan riang tapi tanpa sengaja menabrak sesuatu.

"Kalau jalan pakai mata! Dasar anak bandel." bentak Yuliana kepada anaknya.

"Maaf Bu, aku tidak sengaja...." Ucap David menyesal, ia menundukkan kepalanya.

"Ah, malas meladeni kamu! Tidak penting," ucap Yuliana ketus kepada David.

"Sudah Bu, jangan memarahi David lagi," ucap Harry menenangkan Yuliana. Ia tidak tega anak semata wayangnya selalu dimarahi oleh ibu kandungnya sendiri.

"Kamu juga! Ayah dan anak sama saja tidak berguna," hina Yuliana pada Harry, "Mana uang untuk belanja besok? Awas! Jangan sampai kurang dan harus lebih! Besok aku mau pergi jalan-jalan bersama temanku ..." Sergah Yuliana pada Suaminya. Tangannya sudah menengadah meminta uang kepada Harry.

"David masuk kamar ... Nanti ayah panggil lagi." Senyum tipis tampak dari wajah Harry.

"....." David berjalan ke kamar diantara rasa takut dan patuh kepada kedua orang tuanya. Di dalam kamar David mendengar perkelahian kedua orang tuanya dan ia merasa sangat terpukul. Ibunya selalu memaki Ayahnya dengan segala hinaan dan makian tiada henti seakan tidak menghormati ayahnya sama sekali.

"Apa ini cuma seratus ribu rupiah?" Yuliana tidak percaya dengan nominal uang Harry berikan.

"Aku hanya punya segitu, Yul," ucap Harry pasrah.

"Bohong!" Yuliana memeriksa seluruh saku di pakaian Harry dan tas Harry. Ia tidak percaya dengan suaminya sendiri.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku