Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Kasih Sayang Terselubung: Istri Sang CEO Adalah Aku
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Dikejar Oleh Sang Miliarder
Mantanku yang Berhati Dingin Menuntut Pernikahan
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Jangan Main-Main Dengan Dia
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Valeria masih tak menyangka kepada pria yang duduk di hadapannya dengan balutan jas hitam tersenyum remeh memandangnya. Seorang mantan suami yang sudah menceraikannya selama tiga tahun kini menawarkan uang untuk menutupi kerugian yang menimpa perusahaannya.
"Apa maksudmu Tuan Alan? Aku tidak sudi menerima uang yang Kau berikan!" maki Vale sambil melemparkan amplop coklat berisi uang yang berada di atas meja ke wajah Alan.
Weni sang asisten yang sejak tadi duduk di sofa dengan tenang melihat Tuan Alan dihina seperti itu langsung buka suara. '' Anda bisa saja menolaknya Nona Valeria tapi bagaimana dengan ribuan karyawan yang bekerja di perusahaan orangtua Anda yang sedang di ujung tanduk?"
"Itu urusanku bukan urusan kalian. Jangan sok tahu tentang masalah keluargaku. Sekarang pergilah kalian tentu tahu pintu keluar di mana."
Baru saja Weni ingin menyahuti Valeria, Alan langsung mengisyaratkan tangannya agar jangan bicara. Alan memajukan punggungnya sedikit dekat ke meja yang membatasi mereka berdua.
" Kau jangan terburu-buru mantan istri. Aku bisa mengerti dengan egomu yang tinggi itu. Tapi bagaimana dengan Ayahmu dan nasib perusahaan kalian yang sedang di demo hampir seluruh karyawan. Bagaimana? Kau pilih apa yang Aku inginkan atau Kau menumbalkan semua apa yang sudah Kakekmu perjuangkan?"
Alan mengambil amplop coklat tebal yang dilemparkan tadi oleh Valeri ke wajahnya. Dia meletakkan amplop berisi uang itu ke meja lalu Dia letakkan tepat di depan Valeria sambil berkata.
"Kau akan membutuhkannya karena sebentar lagi Kamu dan mantan Ayah mertua harus meninggalkan rumah ini. Jangan lupa Ayah Kamu berhutang banyak kepadaku."
Setelah mengatakan ucapan yang semakin membuat Valeria kesal Alan berdiri dari duduknya tersenyum tipis menatap Vale kemudian pergi dengan langkah lebarnya. Weni menaruh paperbag yang berisi gaun indah dari merk brand ternama di atas meja. "Anda harus memakai ini nanti malam ke tempat yang sudah dipesan Tuan Alan. Nanti akan ada sopir yang akan menjemput Anda. Nona tolong turuti perintah Tuan Alan kali ini saja semua demi keberlangsungan hidup Anda dan Ayah Anda kedepannya."
Wenipun pergi menyusul Tuannya yang sudah lebih dulu pergi keluar menunggunya di dalam mobil.
"Sialan! Turuti apanya Dia pikir Aku boneka yang gampang Dia permainkan. Oh astaga kenapa nasib ku seperti ini," keluh Valeria sambil menatap pias ke paperbag yang berada didepannya.
***
Belum ada setengah jam Vale istirahat di kamarnya. Tiba-tiba pintunya diketuk dari luar oleh pelayan.
Tok!
Tok!
"Nona, ada orang yang mengaku dari Bank ingin menemui Anda," ucap pelayan itu.
Vale yang mendengar kata Bank langsung bangun dari tempat tidurnya. "Ya! Aku akan turun tolong tunggu sebentar," jawab Vale yang suaranya agak keras terdengar dari dalam kamar.
Vale menuruni tangga dengan wajah datarnya menatap dua orang karyawan Bank yang sedang menunggunya.
"Selamat siang Pak, ada keperluan apa datang kerumahku?"
"Siang Nona Valeria. Kami diperintahkan untuk menemui Anda agar secepatnya keluar dari rumah ini karena rumah ini akan disita."
"APA?! Jangan bercanda Kalian Ayahku tidak pernah menjaminkan rumah ini kepada pihak kreditur jangan sembarangan kalau bicara."
"Tuan Satia mempunyai tunggakan sebesar 10 triliun kepada Bank. Rumah ini dijaminkan dan beberapa mobil juga Nona. Ini bukti tanda tangan Tuan Satia yang meminjam kepada Bank Kami."