Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Terjerat Pesona Mantan Istri

Terjerat Pesona Mantan Istri

risma12345

5.0
Komentar
1.3K
Penayangan
9
Bab

Setelah bercerai empat bulan yang lalu, Riko kembali dipertemukan dengan Tiara-mantan istrinya. Riko tidak menyangka jika mahasiswi yang akan magang di perusahaannya dan menjadi sekretarisnya adalah Tiara. Tiara-mantan istri yang dulu pernah Riko hujami dengan berbagai cemoohan akibat penampilan dan perilakunya yang sangat jorok, kini kembali dengan pesona yang sangat luar biasa. Awalnya Riko ingin sekali menolak kehadiran Tiara di perusahaannya. Akan tetapi, Riko urungkan di saat mengingat jika dirinya membutuhkan sekretaris secepatnya. Bisakah Riko menjalani rutinitas bersama dengan Tiara di saat pekerjaan menuntut mereka untuk kembali dekat?

Bab 1 Bertemu Kembali

"Selamat pagi Pa Riko."

Jantung Riko seketika berdegup cepat. Dadanya tiba-tiba terasa sesak.

Riko tidak menyangka dengan kehadiran seorang wanita yang kini berjalan menghampirinya.

"Se-selamat pagi," jawab Riko hampir tergagap.

Senyuman menyungging terangkat sempurna di sudut bibir wanita itu dengan sengaja. "Apa kabar?"

Riko menghela napas pelan. "Baik. Silahkan duduk!" titah Riko kemudian.

Wanita itu pun menarik kursi yang ada di hadapan Riko kemudian mendaratkan tubuhnya di sana tanpa menyurutkan tatapannya kepada Riko. "Senang bisa bertemu dengan anda kembali," ucapnya.

"Iya," jawab Riko singkat.

Tatapan wanita itu berhasil menusuk netra pekat milik Riko dan membuat Riko menjadi kikuk.

Berulang kali Riko membuang tatapannya, tapi lagi-lagi matanya bertemu dengan sorot tajam dari mata wanita itu.

"Jangan tatap aku seperti itu, Ra!" pinta Riko kepada wanita itu yang tak lain adalah Tiara-mantan istrinya.

Tiara berdecih sambil sedikit membuang muka. "Jika bukan karena perintah dari kampus, aku tidak akan mau menapakkan kakiku di perusahaan milikmu. Apalagi sampai harus melihat wajahmu lagi," ucap Tiara sinis.

Riko menoleh. "Lupakan apa yang pernah terjadi di antara kita!"

"Memangnya siapa yang mau terus mengingatnya?"

Riko membuang napas kasar seraya menegakkan tubuhnya. Riko tidak ingin sampai terpancing emosi oleh sikap Tiara yang kini memang sudah sangat berubah.

Keramahan dan keusilan yang dulu selalu Riko temukan dari Tiara kini sudah menghilang seiring luka yang pernah ia torehkan dengan sengaja. Riko sadar jika dirinya sudah sangat salah.

"Mengapa kamu mau magang di sini?" tanya Riko mengalihkan pembicaraan.

"Aku disuruh. Tadinya aku sudah menolak, tapi pihak kampus memaksa aku untuk tetap magang di perusahaan ini. Kalau misalnya kamu keberatan dengan kehadiran aku, kamu bisa mengajukan penolakan kepada pihak kampus dan itu akan sangat membuat aku senang."

Deg!

Riko merasa tersindir. Kalimat Tiara sedikit menusuk hatinya.

Walau kali ini perasaan Riko bercampur aduk, tapi Riko tetap bersikap tenang. "Saya tidak keberatan. Lakukan saja apa yang seharusnya kamu lakukan di sini. Jika ada yang tidak kamu mengerti, kamu bisa menanyakannya kepada assisten saya. Sekarang kamu boleh keluar dan mulailah bekerja besok!"

Tiara mendelik sebal, kalimatnya sama sekali tidak mampu memancing Riko untuk melayangkan surat penolakan magang. Justru Riko malah mengizinkan dan menyuruhnya untuk bekerja.

"Menyebalkan,"umpat Tiara dalam hati. Wanita itu terdiam sesaat bersama hati yang dipenuhi rasa kesal.

"Kenapa masih di sini? Bukankah urusan kita hari ini sudah selesai?"tanya Riko seraya mengangkat satu alisnya.

Tiara tersadar dan membuang napasnya kasar.

"Baiklah. Terima kasih!"ucap Tiara sembari berdiri dari duduknya dan melengos tanpa pamit.

Riko menatapi kepergian Tiara. Ada setitik rasa bersalah yang kini hadir menyelimuti perasaannya bersama hati yang hancur berkeping-keping."Maafkan aku, Ra,"gumam Riko sambil mengusap wajahnya frustasi.

***

Keesokan harinya....

Hari ini adalah hari pertama dimana Tiara bekerja sebagai mahasiswi magang di perusahaan Riko.

Tugasnya tak tanggung-tanggung, Riko langsung memberikan tumpukan berkas yang tinggi yang harus Tiara kerjakan hari itu juga.

"Astaga ...! Ini enggak salah,'kan?" ucap Tiara ketika baru saja sampai di dekat meja kerjanya.

"Ini pasti kerjaan lelaki tengil itu. Bisa-bisanya di hari pertama otakku langsung disuguhkan dengan santapan seperti ini? Keterlaluan!"umpat Tiara sambil sedikit menggebrak meja.

Riko yang bersembunyi tak jauh dari meja Tiara terkekeh kecil. Usahanya untuk melihat kekesalan Tiara tidak sia-sia.

Entah mengapa ... marahnya Tiara selalu membuat Riko merindukannya. Bahkan paras cantik wanita itu selalu membayangi hari-hari Riko semenjak satu bulan terakhir ini.

"Kamu cantik, Ra. Apalagi kalau lagi marah,"gumam Riko tanpa sadar.

Setelah dulu Riko sempat menyesali pernikahannya bersama Tiara. Kini semua malah berbalik. Riko memang masih menyesal, tapi bukan karena sempat menikah dengan Tiara, melainkan karena Riko sudah begitu saja melepaskan Tiara.

Riko sadar betul, jika pilihan orang tuanya memanglah tepat. Menjadikan Tiara sebagai istrinya adalah pilihan terbaik yang seharusnya tidak Riko sia-siakan.

Kepergian Tiara waktu itu membuat Riko tersadar. Hingga pada akhirnya rasa kehilangan pun perlahan menghampiri dan menghantui hidup Riko.

Riko sempat merasakan hal aneh pada hatinya. Entah mengapa Riko selalu merindukan Tiara.

Canda tawa wanita itu selalu Riko rindukan setiap hari. Bahkan sampai saat ini pun rasa itu tidak pernah berubah.

"Apa aku mencintaimu, Ra? Mengapa hatiku sakit di saat aku melihat kamu membenciku?"gumam Riko.

"Apakah ini karma untukku?"lanjutnya sambil menengadah dan membuang napas.

Riko seakan tahu bahwa apa yang terjadi pada dirinya kali ini adalah balasan dari Tuhan akan semua perbuatannya dulu terhadap Tiara.

Dua jam kemudian....

"Tiara," sapa Riko dingin.

Tiara mendongak bersama mata malasnya."Apa?"balasnya seraya kembali melihat komputer yang ada di depannya.

"Kata Rama hari ini aku ada pertemuan dengan klien, kenapa kamu tidak memberitahuku?"

"Aku sedang sibuk. Jadi, aku tunggu saja bosku menghampiriku."

Riko menghela napas pelan."Sesibuk apapun kamu hari ini, pertemuan itu jauh lebih penting dari tumpukan berkas yang ada di hadapanmu ini!"

"Oh."

Perlahan kesabaran Riko terkikis oleh emosinya akibat sikap Tiara. Riko menggebrak meja Tiara dan membuat Tiara seketika menatapnya sambil mengedikkan bahu."Jaga sikapmu!"perintah Riko dengan nada baritonnya.

Sebisa mungkin Tiara harus mampu menahan amarah. Ia tidak mau jika hari pertamanya akan hancur karena berdebat dengan Riko.

Lebih-lebih kehadirannya di perusahaan Riko bukan untuk sekedar main-main atau hanya membalaskan semua rasa sakitnya terhadap lelaki itu. Ada misi khusus yang lebih penting bagi Tiara, yaitu mendapatkan nilai yang bagus agar dirinya bisa lulus tahun ini.

"Berdiri!"suruh Riko.

Tiara menurut tanpa ada perlawanan sepatah katapun.

"Kemasi barang pentingmu dan bawa berkas berwarna biru sekarang juga! Aku tidak ingin terlambat menemui klienku."

Tiara mengernyit."Haruskah bersamaku?"tanyanya.

Riko menoleh kembali."Ingatkah tugasmu di sini sebagai apa? Jadi, tanpa aku jelaskan kembali, rasanya kamu sudah tahu dengan pekerjaanmu sekarang."

Tiara mendengus kesal sambil mengemasi barang penting yang disuruh oleh Riko.

Kebetulan hari ini Rama masih berada di luar kota untuk mengurus cabang perusahaan Riko yang baru. Itu sebabnya Riko yang harus berurusan langsung dengan sekretarisnya.

Jika biasanya Riko akan menerima hasil ataupun ajakan dari Rama. Kali ini berbeda, ia sendiri yang harus turun tangan mengendalikan sekretarisnya.

Satu jam kemudian....

Riko dan Tiara sudah sampai di café mewah di kota itu.

Sejak perjalanan satu jam yang lalu keduanya masih mengunci mulut masing-masing. Tidak ada perbincangan apapun, apalagi canda tawa seperti dulu.

Sesampainya di lantai dua, Riko mencari seseorang yang sudah menunggunya sejak beberapa menit yang lalu.

"Itu dia,"ucap Riko sambil berjalan cepat. Sementara Tiara masih setia mengekor di belakang Riko dengan wajah sebalnya.

"Selamat siang Pa Rey,"sapa Riko.

Lelaki itu menoleh dengan senyum yang sangat ramah. Hingga tak berselang lama kehadiran lelaki itu membuat Tiara membolakan matanya dengan sempurna di saat tatapan keduanya tiba-tiba tertaut.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Romantis

4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku