Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Terjerat Pesona Sang Pembantu

Terjerat Pesona Sang Pembantu

Wahyu Purnomo Aji

5.0
Komentar
3.3K
Penayangan
15
Bab

Alya tak pernah membayangkan hidupnya akan berubah drastis saat memutuskan menggantikan ibunya yang sakit untuk bekerja sebagai pembantu di rumah Aris dan Lina. Dia datang ke Jakarta dengan satu tujuan: mendapatkan uang untuk biaya pengobatan ibunya di kampung. Namun, kebutuhan mendesak ini membuatnya terjerat dalam situasi yang jauh lebih rumit daripada yang pernah dia bayangkan.

Bab 1 Alya merasa jantungnya berdegup lebih cepat

Alya tak pernah membayangkan hidupnya akan berubah drastis saat memutuskan menggantikan ibunya yang sakit untuk bekerja sebagai pembantu di rumah Aris dan Lina. Dia datang ke Jakarta dengan satu tujuan: mendapatkan uang untuk biaya pengobatan ibunya di kampung. Namun, kebutuhan mendesak ini membuatnya terjerat dalam situasi yang jauh lebih rumit daripada yang pernah dia bayangkan.

Malam itu, Alya sedang merapikan kamar tidur utama ketika pintu terbuka. Aris, majikannya, masuk dengan langkah tenang. Alya merasakan ketegangan merambat di kulitnya, seolah-olah udara di ruangan itu tiba-tiba menjadi lebih berat.

"Alya," panggil Aris dengan suara lembut namun tegas. "Aku ingin bicara denganmu."

Alya meletakkan seprai yang sedang dipegangnya dan berbalik menghadap Aris. Matanya menatap pria di depannya dengan penuh waspada. "Ada apa, Tuan?"

Aris melangkah lebih dekat, matanya menyapu tubuh Alya dari atas ke bawah. "Aku tahu tentang ibumu yang sedang sakit. Kamu butuh uang, bukan?"

Alya merasa jantungnya berdegup lebih cepat. Tentu saja dia butuh uang. Tapi dia tidak tahu ke mana arah percakapan ini akan membawa mereka. "Ya, Tuan. Saya sangat membutuhkannya."

Aris menyeringai tipis, tangannya bergerak perlahan ke arah wajah Alya. "Aku bisa memberimu uang yang kamu butuhkan. Tapi, kamu harus melakukan sesuatu untukku sebagai gantinya."

Alya menggigit bibirnya, mencoba menahan rasa takut dan kecemasan yang kini menggelayuti pikirannya. "Apa yang Tuan inginkan dari saya?"

Aris tidak menjawab segera. Sebaliknya, tangannya menyentuh pipi Alya dengan lembut, ibu jarinya mengusap kulitnya dengan gerakan lambat dan menggoda. Alya tahu ke mana arah pembicaraan ini, namun dia masih belum siap untuk mendengarnya.

"Aku menyukai tubuhmu, Alya," bisik Aris dengan suara rendah. "Aku ingin kamu melayaniku... secara pribadi. Kamu tahu apa yang kumaksud, bukan?"

Dada Alya terasa sesak mendengar permintaan itu. Tawaran yang Aris ajukan begitu menggoda, tetapi juga begitu menjijikkan. Ia merasakan dilema yang kuat, di satu sisi ia tahu ini salah, tapi di sisi lain, ia harus memikirkan ibunya yang sangat membutuhkan uang untuk pengobatan.

"Tuan...," suaranya bergetar, hampir tak terdengar. "Saya... saya tidak bisa..."

Aris mendekat, memotong kalimat Alya dengan jarak yang semakin menipis di antara mereka. "Kamu bisa, Alya. Dan kamu akan melakukannya, untuk ibumu."

Alya menunduk, air mata hampir mengalir di pipinya. Dia tidak bisa memikirkan solusi lain. Dengan berat hati, dia mengangguk perlahan.

"Baiklah, Tuan. Saya akan... melakukannya," kata Alya dengan suara yang hampir tak terdengar, penuh dengan rasa putus asa.

Aris tersenyum puas. "Bagus, Alya. Aku tahu kamu akan membuat keputusan yang benar."

Dia meraih tangan Alya dan menariknya mendekat ke tubuhnya. Tangan Aris mulai menjelajahi punggung Alya, bergerak pelan tapi pasti, membuat tubuh Alya merinding dengan campuran ketakutan dan sesuatu yang tidak ingin diakuinya.

Malam itu, Alya tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti keinginan Aris. Dia menutup matanya, mencoba mengalihkan pikirannya dari apa yang sedang terjadi, tetapi tidak bisa mengabaikan desahan penuh nafsu yang keluar dari mulut Aris.

Saat Aris mendekap tubuh Alya, desahan nafsu yang keluar dari bibirnya semakin keras. "Alya... tubuhmu begitu sempurna," bisiknya penuh gairah.

Alya menggigit bibirnya, menahan desahan yang hendak keluar dari mulutnya. Dia tidak ingin menunjukkan bahwa tubuhnya bereaksi terhadap sentuhan Aris, tapi tak bisa dipungkiri bahwa rasa panas yang menjalar di seluruh tubuhnya membuatnya sulit untuk mengendalikan diri.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku