Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Mantan Jadi Istri

Mantan Jadi Istri

VERTY

5.0
Komentar
1.4K
Penayangan
1
Bab

"Jika bisa memilih, aku akan memilih bertahan denganmu meskipun rasa sakit yang aku dapat. Tapi nyatanya, aku tidak sekuat yang kamu banyangkan." Alana Clarrista. "Mencintaimu adalah keajaiban dan memilikimu adalah tantangan." Siska. "Ada kisah kita yang belum selesai, tapi kamu memilih untuk pergi." Alvaro Mahardika Biswana. "Bersama kamu itu memang sakit, tapi jauh lebih sakit kalau tidak bersama kamu." Alana Clarrista.

Bab 1 Prolog

"Hei, aku mohon jangan tutup matamu," ucap Alvaro pada Siska yang terbaring lemah di atas brankar. Ia menggenggam erat tangan istrinya itu. Berharap ia dapat memberikan kekuatan agar Siska dapat bertahan dan berhenti merasakan sakit.

Siska yang merasa tubuhnya tak berdaya kini hanya iba menatap suaminya. Air matanya tak bisa ia bendung. Akhirnya ia bisa melihat Alvaro menangisinya. Akhirnya ia melihat ada kekhwatiran di mata suaminya, dan akhirnya Alvaro ingin ia bertahan di dunia ini.

"Al, ku... mohon jangan seperti ini," balas Siska dengan terbata-bata.

"Bertahan lah, ku mohon." Dengan sangat erat ia menggenggam tangan Siska, menatap mata lemah itu dengan iba.

"Tolong jaga putri kita. berikan dia kehidupan yang layak, sayangi dia lebih dari apapun, ku mohon."

Alvaro mengeleng kan kepalanya dengan cepat. "Jangan berkata seperti itu. kamu harus bertahan demi putri kita."

Siska tersenyum dengan lemah. "Kamu harus memberikan dia nama yang indah."

"Kita, kita akan memberikan dia nama. makanya kamu harus bertahan ya?"

"Rasanya sakit Al. Aku gak bisa." Alvaro tau bahwa Siska sudah menahan rasa sakit itu sedari tadi. Dokter juga sudah mengatakan bahwa Siska sangat lemah untuk melahirkan normal. Tapi wanita itu bersikeras agar lahir normal, dan di sini lah Siska terbaring lemah setelah melahirkan. Bahkan putri mereka sudah lahir ke dunia ini, kondisinya baik-baik saja. Tapi beda hal dengan ibunya yang kini bisa di bilang sangat lemah. begitulah perjuangan seorang ibu jika melahirkan melaikat kecil ke dunia ini, kalau Alvaro tau nyawa adalah taruhan nya mungkin ia akan memaksa Siska untuk operasi.

Siska mengangkat tangan nya dengan lemah untuk menyentuh pipi Alvaro. Sehingga Alvaro dapat merasakan tangan Siska yang sangat dingin seperti orang meninggal. "Al, jaga putri kita. aku mohon jangan pernah sakiti perasaannya, jika suatu saat ia besar, berikan apapun yang ia mau. karena aku gak bisa menemani dia, bahkan kamu."

"Siska, jangan ngomong seperti itu."

"Al, aku sangat mencintaimu. Dan kini putri kita sudah lahir, dan Cinta itu semakin besar, sehingga sampai ayat aku tetap membawa Cinta itu."

Alvaro nyesak mendengarnya. Apa ia sudah keterlaluan selama ini pada Siska? sehingga wanita itu tidak pernah mendapat kan cinta darinya? tapi kali ini aja, izinkan Siska bertahan agar Alvaro dapat membalas cinta itu lagi, ia berjanji.

"Maafkan aku, maafkan aku," balas Alvaro menyesal .

"Apa kamu sudah mencintai ku?"

Lidah Alvaro kaku untuk menjawab pertanyaan itu. Memang untuk saat ini ia tidak mencintai Siska, tapi ia janji kedepannya ia akan belajar mencintai istrinya itu. Apalagi setelah melihat perjuangan Siska yang berusaha melahirkan putrinya, jadi tidak ada salahnya untuk membalas cinta wanita itu.

Bahkan selama mereka menikah, Siska selalu melontarkan pertanyaan seperti itu. Dan kejamnya Alvaro mengabaikan pertanyaan Siska. Dan ia tau sekarang bagaimana perjuangan Siska selama ini.

"Bertahan lah, maka aku akan menunjukkan cinta yang sebenarnya sama kamu."

Siska kembali tersenyum, sehingga ia mengalihkan matanya dari Alvaro. Kini ia menatap langit-langit kamar rumah sakit. "Untuk Alvaro Mahardika Biswana, aku harap setelah ini kamu dapat hidup bahagia. Mencintaimu adalah keajaiban, dan memiliki mu adalah tantangan."

Kini air mata keduanya semakin tidak bisa di bendung. Bahkan orang-orang yang sedari tadi melihat interaksi yang menyedihkan itu ikut terhanyut dalam kesedihan ini.

"Dan untuk putri ku. Jadi lah wanita kuat setelah kamu besar kelak. Mama berjanji akan menjaga mu dari atas." Siska menahan sesak di dadanya, seperti ada ribuan tusukan jarum yang menghantam. Sehingga ia meremas tangan Alvaro dengan kuat.

"Dok...Dok...," panggil Alvaro saat melihat kondisi Siska yang semakin kritis. Dengan cepat Dokter yang tadinya ada diruang itu langsung mendekati brankar, dan mulai mencek kondisi Siska.

Siska menarik nafasnya sekuat dan mengembuskan nya dengan cepat selama tiga kali. Dan untuk hembusan nafas yang keempat kalinya Siska menutup matanya untuk selama-lamanya.

"Siska!" teriak Alvaro.

Suara tangisan semakin pecah memenuhi ruangan itu. Bahkan Kedua orang tua mereka juga menangis histeris atas kepergian menantu dan putri mereka.

***

Alvaro menatap putri kecilnya, yang tidur dengan nyenyak. Sehingga Alvaro mengangkat sudut bibirnya memberikan senyuman manis. Putrinya tidur dengan pulas dan bahkan tidak tau jika orang-orang di sekelilingnya sedang berduka atas kepergian ibunya. Dan Alvaro tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan putrinya tanpa seorang ibu.

"Halo putri Papa," sapa Alvaro. Kini tangannya menyentuh pipi halus itu.

"Maafkan Papa. Sekarang kamu tinggal berdua sama Papa. Anak Papa jangan cengeng, nanti kalau kamu udah besar, Papa kasih coklat," kekeh Alvaro. Berusaha menghilangkan kesedihan yang telah menimpanya, sehingga mengucapkan kata-kata yang mengelantur.

Sehingga ia merasakan sentuhan hangat di bahunya. "Mama."

Sarah mendekati mereka dan melihat wajah cucu pertamanya. "Wajahnya sangat mirip dengan Siska," ucap Sarah yang kagum dengan Malaikat kecil ini.

"Iya Ma." Bisa dikatakan bahwa mereka sebelas dua belas. Mengingat bahwa Siska yang memiliki wajah cantik dan anggun. Pantas saja putri mereka sangat mirip dengannya. Perlu diingatkan juga bawah Alvaro memiliki ketampanan diatas standar. Dan itu salah satu yang membuat putrinya juga seperti malaikat yang perfect.

"Kamu ingin membuat namanya siapa?" tanya Sarah.

"Keisha Gabriela Biswana." Nama itu sudah lama ia simpan.

Sarah tersenyum lebar. "Nama yang bagus."

"Suatu saat Al berharap agar Keisha menjadi putri yang tumbuh dengan baik, meskipun tanpa seorang ibu."

"Kamu harus selalu bersyukur Al, karena kamu di pertemukan dengan Siska sehingga kalian memiliki seorang putri. Meskipun Siska tidak lama ada di sisi kalian, tapi Mama yakin kalau Siska selalu lihat dari atas."

"Ma, Alvaro menyesal."

"Tidak ada yang perlu di sesali. Kamu harus belajar dari sebuah kesalahan dan pengalaman. Sekarang kamu tinggal belajar bagaimana menjadi ayah dan sekaligus ibu yang baik untuk Keisha."

"Al gak yakin Ma bisa merawat Keisha dengan baik."

"Hei, Mama sama Clara kan ada. Kamu gak usah merasa hidup sendiri di dunia ini Al, mama akan selalu ada di dekat kamu. Kamu harus menjadi laki-laki yang lebih kuat lagi, karena habis ini kamu akan menghadapi hidup yang lebih keras. Dan mama yakin kamu bisa menghadapi itu semua." Sarah berusaha sekuat mungkin untuk memberikan semangat pada putranya. Meskipun ia juga merasakan kesedihan yang mendalam atas perginya Siska, menantu kesayangan nya.

Alvaro mengangguk. Ada kehidupan baru setelah ini. Meskipun tidak ada Siska di sisi nya, Al pastikan bahwa Keisha akan mendapatkan kasih sayang ibu dari dirinya.

"Kamu istirahat lah. biar Mama yang jaga Keisha. Besok kamu akan sibuk untuk mengukabumikan jenazah Siska."

"Keluarga Siska sudah pulang?"

"sepertinya belum. Mereka masih ada di dalam. Kamu lebih baik tidak usah mengajak mereka bicara dulu, mereka sangat terpukul atas perginya Siska. Nanti kalau situasinya sudah membaik baru kamu bisa mengajak mereka bicara. biarkan saja mereka menghabiskan waktu bersama Siska sebelum di mukabumikan."

"Baik Ma. Kalau gitu Al pulang dulu untuk membersihkan diri. Secepatnya Al kembali lagi."

"Iya kamu hati-hati. Gak usah ngebut bawa mobil."

"Iya Ma." Sebelum ia benar-benar meranjak dari sana, Alvaro melihat putrinya sekali lagi. "Papa pergi dulu, nanti Papa datang lagi." Setelah mengatakan itu baru lah Alvaro benar-benar pergi.

Sarah hanya melihat punggung bidang putranya yang semakin menjauh. "Al, mama harap kamu dapat menerima ini semua dengan baik. Dan tidak menyalahkan diri kamu sendiri." Lalu ia melihat Keisha kembali. "Nak, kamu tampak bahagia dengan mimpi indah mu, sehingga kamu tidak tau bahwa ibu mu sudah dipanggil oleh yang maha kuasa," gumam Sarah.

"Ma," panggil Clara-Adik Alvaro. Yang dimana Clara salah satu dokter di rumah sakit ini, tepatnya di bagian spesialis. Sebelumnya Clara juga menjadi dokter umum di rumah sakit ini, tapi ia ingin mendalami spesialis sehingga ia mengambil ilmu bidang kedokteran tertentu. Dan Clara juga belum menikah, dan masih tinggal bersama Sarah.

"Clar, lihatlah ponakanmu. Dia sangat imut."

Clara langsung terpaku melihat malaikat kecil yang sedang terlelap itu. "Dia cantik banget Ma," ujar Clara mengelus pipi Keisha.

"Kamu benar, dan dia sangat mirip dengan kakak iparmu."

"Iya." Clara juga ikut merasakan sedih yang menimpa keluarganya. Meskipun ia tidak terlalu akrab dengan Siska, bukan berarti ia tidak menyanyangi kakak ipar nya itu. Hanya saja Clara sibuk dengan pekerjaannya, sehingga tidak ada waktu untuk berbincang santai pada Siska. Dan kini Clara menyesal karena tidak banyak mengenal tentang kakak iparnya itu. Dan sekarang Malaikat kecil ini yang akan menjadi pengganti Siska.

"Abang Al kemana Ma?" tanya Clara.

"Pulang sebentar. Nanti juga ia balik ke sini."

"Bagaimana dengan kondisi dia?"

"Baik-baik aja. Mama hanya takut Al menyalahkan dirinya atas kepergian Siska."

"Kasihan Al Ma, dia harus mengurus putrinya tanpa seorang pendamping."

"Makanya itu, kita harus bisa menguatkan Al. Kalau kita sama-sama lemah, siapa yang akan menjadi pendukung dia."

Clara menghela nafasnya dengan berat. Alvaro adalah satu-satunya saudara kandung yang ia miliki. Ia sudah menjadi partner terbaik Clara selama ini. Meskipun mereka sering berdebat atas pendapat yang berbeda, tapi kasih sayang keduanya tidak pernah ada bandingannya. Mereka berdua hanya beda tiga tahun, jadi umur mereka tidak kalah jauh. Bagi Clara, Alvaro itu adalah laki-laki yang hebat dan bijaksana. Dan ia juga tau bahwa rumah tangga Alvaro selama ini tidak baik-baik saja. Ia tau bagaimana saudaranya itu memperlakukan Siska selama itu. Clara pernah hampir kecewa dengan sikap dingin Alvaro pada istrinya, bahkan ia pernah berdebat dengan Alvaro tentang rumah tangga mereka. Tapi semakin hari Clara paham bahwa kebahagiaan Alvaro bukan datangnya dari Siska. Sehingga ia mengalah untuk membiarkan Alvaro menjalankan semuanya dengan semestinya.

"Kamu sudah selesai kerja?" tanya Sarah.

"Belum Ma. Nanti masih ada pasien yang harus Clara tanganin."

"Besok kamu gak kerja kan?"

"Iya Ma." Sarah mengangguk paham.

"Kalau gitu Clara balik ke kantor dulu. Nanti kalau ada apa-apa, Mama tinggal telpon Clara aja."

"Iya. Kamu jangan terlalu capek, harus jaga kesehatan juga." Clara mengangguk dan segera pergi dari sana.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Mantan Jadi Istri
1

Bab 1 Prolog

01/09/2022