Anne mengikuti kontrak tertentu: dia akan menikah dengan Kevin dan melahirkan anaknya pada akhir tahun. Kalau tidak, dia akan kehilangan semuanya. Namun, itu lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Menghadapi penghinaan hari demi hari, dia sudah kehabisan kesabaran. Kali ini, dia tidak mau menyerah. Pada hari kecelakaan Kevil, Anne mengorbankan dirinya untuk menyelamatkannya. Meskipun dia hidup, dia akan segera menghilang di hadapan dunia. Nasib mereka terikat sekali lagi setelah bayi mereka tumbuh. Anne mungkin telah kembali kepadanya, tetapi dia bukan lagi wanita yang sedang mengejar cinta Kevin. Sekarang, Anne siap berjuang untuk putranya.
Di sebuah ruangan besar, telepon yang berada di meja samping tempat tidur terus berdering. Suaranya tak henti-hentinya mengganggu Anne Mahendra.
Dengan susah payah dia beringsut untuk meraih seprai dari bawah tubuhnya sambil membentak pria di sebelahnya, "Kevin Pratama, kamu... ahhh...", sebelum bisa menyelesaikan kata-katanya, pria itu membuatnya mengerang dengan puas.
Anne bahkan tidak punya kekuatan untuk memelototinya, dia hanya bisa menggertakkan giginya.
Seluruh tubuhnya seolah-olah menjadi lemas tak bertulang di bawah tubuh pria itu.
Pria itu perlahan-lahan melepaskan tubuh Anne. Kevin tersenyum dengan malas, lalu mengulurkan tangan untuk mengangkat telepon di meja samping tempat tidur.
"Sayang, aku segera ke sana. Kamu menungguku di ruang tamu?" Kevin berhenti sejenak sebelum kemudian mengangguk, "Aku mandi dulu, oke? Aku mencintaimu."
Pria di sampingnya sangat tinggi dengan tubuh yang berotot. Otot-ototnya yang kencang terlihat menawan dan seksi, terutama dengan keringat yang mengalir di permukaan kulitnya. Ada sesuatu di matanya yang memancarkan kelembutan dan kebaikan. Sepasang mata itu dipenuhi dengan cinta dan kasih sayang.
Namun, Anne tahu pasti bahwa perasaan itu bukan untuknya.
Kelembutan pria itu hanya milik satu orang.
Anne langsung terpaku ketika mendengar suara Kevin yang manis.
Dengan wajah dingin, Anne menarik selimut yang sudah jatuh ke lantai dan menyelimutkannya ke seluruh tubuhnya, sementara Kevin melangkah ke kamar mandi.
Pintu kamar mandi sedikit terbuka, dan Anne bisa mendengar suara air yang mengalir ke ubin.
Anne menatap ruangan di sekitarnya. Semua benda di ruangan itu diimpor dari Negara Damar. Itu berarti, semua perabotan di situ mungkin sangat mahal harganya.
Anne berada di salah satu kamar di vila Keluarga Pratama, tetapi dia merasa bahwa kamar itu tidak berbeda dengan semua hotel bintang lima yang pernah dia kunjungi.
"Turunlah dan ambil foto untukku." Ketika Anne sedang sibuk menatap sekelilingnya, Kevin sudah keluar dari kamar mandi.
Suaranya terdengar acuh tak acuh, seolah-olah Anne hanyalah mainan lain yang bisa dia perlakukan seenaknya.
Kevin sebenarnya sangat membenci Anne. Meskipun Anne adalah istrinya, dia tidak punya perasaan apa pun padanya.
Satu-satunya alasan mereka bersama adalah untuk memenuhi kewajiban yang mereka miliki terhadap satu sama lain. Yang dilakukan Anne hanyalah pergi tidur pada jam-jam seperti ini setiap harinya. Jelas tertulis di kontrak bahwa Anne harus mengandung anak Kevin pada akhir tahun ini.
Jika Anne tidak bisa melahirkan anak Kevin, semua saham Anne di Grup AN akan diambil alih, dan dia tidak akan punya pilihan selain diusir dari Kota Andara.
Grup AN adalah perusahaan teratas dalam daftar Forbes. Pendapatannya melonjak sangat tinggi hingga tidak ada perusahaan lain yang bisa menandinginya.
Kevin Pratama, sebagai sang CEO seketika menjadi legenda. Ketika baru berusia 17 tahun, dia berhasil menggandakan kekayaan bersih Grup AN, menaikkan peringkatnya dari nomor tujuh di daftar Forbes menjadi yang pertama.
Sudah tiga kali berturut-turut Kevin dinobatkan sebagai 'Pria yang Paling Ingin Dinikahi'. Kevin juga diberi gelar sebagai 'Pria Paling Legendaris di Seluruh Dunia'.
Dari nada suaranya, Anne tahu bahwa kekasih Kevin pasti sudah menunggu di bawah.
"Aku bukan fotografer profesional," kata Anne blak-blakan.
"Aku menyuruhmu melakukannya, jadi kamu harus melakukannya." Kevin memelototinya, tatapan matanya menusuk, sedingin malam. "Apakah kamu benar-benar sebodoh itu sampai-sampai tidak tahu cara menggunakan ponsel? Kalau begitu, seharusnya kamu tidak menjadi wakil CEO Grup AN."
"Kamu!" Kemarahan mendidih di dalam hati Anne, membuatnya menggertakkan gigi.
Tanpa melirik Anne sedikit pun, Kevin melangkah keluar dari ruangan, "Jangan lupa ada acara makan malam di Awan dan Surga malam ini. Kalau kamu terlambat dan menyebabkan kerugian, maka kamu harus menebus semuanya."
Sambil menatap sosok Kevin yang menjauh, Anne mengepalkan tinjunya. Bagi Kevin, tidak ada yang lebih penting dari kekasihnya.
Anne melepas kepalan tangannya, lalu melangkah ke lemari pakaian untuk mengambil bajunya.
Untuk mendapatkan sahamnya, Anne harus menanggung semua ini, tetapi apakah tujuannya benar-benar hanya itu? Hatinya bergetar.
Mata Anne berkilat sedih.
Setelah terdiam beberapa lama, Anne mengenakan gaun panjang dengan cepat. Kecuali rasa sedikit tidak nyaman pada tubuh bagian bawahnya, Kevin tidak meninggalkan jejak apa pun di tubuhnya.
Setiap kali Kevin melakukannya, dia selalu tampak meremehkannya.
Kalau saja tidak ada kontrak di antara mereka, Kevin bahkan tidak ingin menyentuhnya.
Sambil menahan rasa sakit di pinggulnya, Anne turun ke lantai bawah.
Di aula, Kevin sedang berfoto bersama Cherry Darmais, kekasihnya yang tercinta.
Cherry mengenakan gaun panjang berwarna putih salju. Gaun itu membungkus tubuhnya dengan sempurna, bahkan menonjolkan wajahnya yang cantik.
Mereka adalah pasangan yang ditakdirkan untuk bersama.
Saat itulah, Kevin melihat Anne sedang menuruni tangga.
Senyum di wajahnya langsung memudar. "Kenapa kamu lama sekali?" bentak Kevin.
Anne menahan amarahnya. Namun sebenarnya, dia betul-betul ingin memukul wajah pria itu.
Cherry, kakak sepupunya, meringkuk dengan nyaman di pelukan Kevin. Dia tersenyum meminta maaf kepada Anne. "Kevin yang bersikeras agar kami berfoto bersama dan mengunggahnya di WhatsApp story kami. Kevin bilang dia harus mengunggah satu foto di hari ulang tahunku setiap tahunnya," kata Cherry menjelaskan.
Anne bahkan tidak peduli pada alasannya. Dengan acuh tak acuh, dia mengulurkan tangannya ke arah Kevin, "Mana ponselmu."
Kevin melemparkan ponselnya lalu tersenyum manis pada Cherry.
"Kalau kamu tidak bisa mengambil foto dengan baik, sebaiknya kamu tinggal di rumah saja dan mempelajarinya untuk beberapa hari ke depan. Mungkin nanti, kamu benar-benar bisa memiliki masa depan setelah kehilangan sahammu," ancam Kevin.
Kemarahan di hati Anne terasa menggelegak, tetapi dia tidak berkomentar sepatah kata pun.
Kevin melirik ke arah Anne, merasa kesal karena wanita itu tidak bereaksi pada kata-katanya.
Kevin lalu meletakkan tangannya di paha Cherry.
"Oh, hentikan, Kevin!" seru Cherry menggoda dengan pipi yang memerah.
Cherry bersandar di dada Kevin. Namun, tatapannya tertuju pada Anne. Matanya berkilat menggoda, seolah menantang Anne untuk mengucapkan sesuatu.
Pose mereka begitu intim.
Kain lembut yang membungkus tubuh Cherry terasa seperti sutra, kain itu menempel di jas Kevin.
Anne tetap diam. Dia tetap terlihat dingin dan tegar. Seberapa pun bencinya Anne kepada dua orang di depannya, dia akan berusaha untuk bersikap setenang mungkin.
Yang dia inginkan hanyalah pasangan itu menghilang dari pandangannya. Namun, saat ini Anne harus menahan diri dan terus memotret mereka.
Kevin memegang kaki dan pinggang Cherry. Di foto lain, Kevin bahkan berpose membungkuk untuk mencium bibir Cherry.
Cherry tersenyum malu-malu, lalu pura-pura cemberut.
Anne memastikan tidak ada satu pose pun terlewatkan olehnya.
Meski Kevin sudah melakukan semua pose yang provokatif, tapi ekspresi di wajah Anne tetap tidak berubah sedikit pun. "Kembalikan ponselku. Kalau Cherry tidak terlihat bagus, kamu harus mengulanginya lagi."
Tanpa ragu-ragu, Anne mengembalikan ponsel itu.
Cherry meninju lengan Kevin seperti anak manja. "Menurutmu aku ini jelek?" tanyanya pura-pura merajuk.
Seolah-olah sedang menghadapi musuh yang tangguh, Kevin langsung mendaratkan beberapa ciuman di wajah Cherry. "Tentu saja tidak! Kamu wanita tercantik di dunia," kata Kevin memuji. "Aku hanya khawatir dia tidak pandai menangkap kecantikanmu ketika memotret."
Cherry tersenyum, "Apakah kamu tidak percaya pada gen kami?"
Karena Anne adalah adik sepupu Cherry, itu berarti dia juga cantik. Meskipun dia tidak secantik Cherry.
Kevin langsung mengangguk.
Cherry memang sangat cantik. Kulitnya cerah dan lembut. Rambutnya yang hitam legam terurai hingga ke pinggang, membingkai wajahnya yang berbentuk hati dan matanya yang besar. Ada sesuatu di matanya yang mirip dengan tatapan mata anak-anak. Tatapan itu memancarkan kepolosan yang tidak bisa dijelaskan.
Tubuhnya tinggi dengan lekuk yang sempurna. Bahkan, setiap pria yang melihatnya pasti akan menyamakannya dengan seorang dewi.
Setiap foto yang menampilkan Cherry pasti terlihat indah, terutama karena Anne memotretnya dengan sepenuh hati.
Kevin menatap semua foto yang diambil Anne. Di setiap foto, kecantikan Cherry tampak menonjol dan gayanya yang elegan terlihat sangat jelas. Sepertinya dia tidak bisa menemukan kekurangan dalam foto-foto itu.
Dengan kemarahan yang tidak bisa dijelaskan di dalam hatinya, Kevin menyimpan ponselnya dengan kasar, "Kamu boleh pergi sekarang."
Anne berbalik dan hendak pergi, tetapi Kevin memanggilnya kembali.
"Tunggu sebentar." Kevin bersedekap dan menunjukkan ekspresi tidak puas. "Ganti dulu gaunmu. Warna gaunmu sama dengan gaun Cherry. Jangan memakai warna yang sama dengan Cherry saat kamu menghadiri jamuan nanti. Jangan bersikap kurang ajar terhadapnya."
Wajah Kevin terlihat sama kejamnya dengan Pangeran Kematian, "Kalau perlu, buang semua pakaianmu yang warnanya mirip dengan pakaian pilihan Cherry."
Kemarahan Anne hampir tak terbendung lagi. Perlu waktu beberapa detik baginya untuk mengucapkan kata-kata sambil menggertakkan giginya, "Akan kuingat pesanmu baik-baik."
Memangnya apa yang sudah dia lakukan? Dia hanya mengenakan gaun berwarna putih! Bagaimana bisa hal itu disebut tidak menghormati Cherry? Anne mengepalkan tinjunya.
Anne lalu pergi.
Melihat Anne sangat marah, sudut bibir Cherry terangkat. Sesuatu berkilat di mata Cherry ketika dia menatap pria di sampingnya dengan penuh kasih.
Anne merobek semua pakaian putihnya dan melemparkannya ke lantai.
Cherry selalu menyukai pakaian berwarna terang, terutama putih.
Jadi, mulai saat ini, Anne tidak akan pernah mengenakan pakaian dengan warna yang sama.
"Kevin, apa kamu sudah mengunggahnya?" tanya Cherry sambil bersandar di dada kekasihnya.
Kevin tersadar dari lamunan, kemudian dia tersenyum cerah pada wanita di sampingnya, "Akan kulakukan sekarang."
Kevin mengeluarkan ponselnya dan memilih foto yang paling mewakili mereka. Dalam foto itu, mereka tampak sedang tertawa bahagia. Dengan lengan yang saling merangkul satu sama lain, mereka jelas terlihat sebagai pasangan yang sempurna. Tetapi, semakin lama Kevin menatap foto itu, dia menjadi semakin kesal. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia mengunggahnya di WhatsApp story miliknya.
Unggahan itu berisi kata-kata, 'Selamat Ulang Tahun, Sayang. Aku akan mencintaimu selamanya!'
Begitu Kevin selesai mengunggahnya, banyak orang yang mengomentari foto itu.
Tuan Hendrawan berkomentar, "Wah, melihat foto seperti ini merupakan siksaan bagi para lajang."
Tuan Susanto berkata, "Kamu harus terus memamerkannya, ya? Kamu benar-benar membunuhku, teman. Setidaknya biarkan temanmu yang lajang beristirahat!"
Ada juga beberapa komentar yang memuji, seperti: "Cherry, kamu tampak cantik! Selamat ulang tahun! Kuharap kalian akan selalu bersama di kehidupan ini dan di kehidupan berikutnya."
Meskipun mereka semua tahu bahwa Kevin memiliki istri, mereka juga tahu bahwa Kevin hanya peduli pada satu orang saja.
Bab 1 Kekasihnya
07/12/2021
Bab 2 Jalan Sang Ratu (Bagian Satu)
07/12/2021
Bab 3 Jalan Sang Ratu (Bagian Dua)
07/12/2021
Bab 4 Berada di Luar Sepanjang Malam
07/12/2021
Bab 5 Merawat Wanita Selingkuhan
07/12/2021
Bab 6 Wanita Biasa
07/12/2021
Bab 7 Keberadaan Istrinya
07/12/2021
Bab 8 Hamil
07/12/2021
Bab 9 Kegigihannya
07/12/2021
Bab 10 Aku Merindukanmu, Ibu
07/12/2021
Bab 11 Abaikan Saja Dia
07/12/2021
Bab 12 Tuduhan Tidak Langsung
07/12/2021
Bab 13 Mimpi
07/12/2021
Bab 14 Aku Akan Mati Jika Aku Tidak Mencintaimu
07/12/2021
Bab 15 Tanpa Ditemani Suaminya
07/12/2021
Bab 16 Berdebat Untuknya
07/12/2021
Bab 17 Biarkan Dia Menunggu
07/12/2021
Bab 18 Perdebatan Tentang "Putra" Mereka
07/12/2021
Bab 19 Keluar Dengan Para Pria
07/12/2021
Bab 20 Masalah Percintaan
07/12/2021
Bab 21 Yang Sedang Dalam Kemarahan
07/12/2021
Bab 22 Kesalahpahaman Mendalam
07/12/2021
Bab 23 Pindahan
07/12/2021
Bab 24 Menjauh Darinya
07/12/2021
Bab 25 Dia Peduli
07/12/2021
Bab 26 Demam
08/12/2021
Bab 27 Berhenti Memikirkan Orang Lain
09/12/2021
Bab 28 Kelembutan yang Langka
10/12/2021
Bab 29 Patah hati
11/12/2021
Bab 30 Membawanya Keluar
12/12/2021
Bab 31 Dibenci
13/12/2021
Bab 32 Memainkan Godaan
13/12/2021
Bab 33 Mulai Bebas
13/12/2021
Bab 34 Pesta
13/12/2021
Bab 35 Motif Tersembunyi
13/12/2021
Bab 36 Membuat Masalah
13/12/2021
Bab 37 Mereka Bersama
13/12/2021
Bab 38 Mulai Berkencan
13/12/2021
Bab 39 Sebuah Insiden yang Tak Terduga
13/12/2021
Bab 40 Bentrokan Kehendak
13/12/2021