Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Mengejar Cinta Mantan Istri

Mengejar Cinta Mantan Istri

Mk_7980

5.0
Komentar
233
Penayangan
4
Bab

Misca, wanita hamil yang dituduh selingkuh oleh suaminya hanya karena ketahuan tidur bersama lelaki lain. Misca lalu diceraikan dan diusir oleh suaminya. Namun penderitaan Misca tidak hanya berhenti sampai disitu, kala sang suami tahu bahwa Misca sudah bekerja di sebuah warung nasi, Stefanus menyuruh anak buahnya untuk melecehkan Misca hingga akhirnya wanita itu diusir dan hampir keguguran. Sakit di hatinya membuat Misca menutup hatinya rapat rapat. Hingga akhirnya datanglah seorang lelaki yang menyelamatkan dirinya dari maut. Lelaki bernama Adi itu pun menikahi Misca demi melegalkan status anak yang dilahirkannya, sayangnya, pernikahan mereka terpaksa berakhir karena Adi yang koma dan keluarganya menyalahkan Misca atas kejadian yang menimpa Adi. Misca akhirnya menjadi Art di rumah seorang dokter. Namun ternyata, sang mantan suami mengetahui keberadaannya. Lelaki itu pun ingin kembali mengejarnya karena dia tahu kalau apa yang dia tuduhkan pada Misca itu tidak benar. Stefan terus berusaha membujuk Misca agar mau kembali padanya. Dan ternyata, sang majikan pun menyukainya, siapa yang akhirnya bisa meluluhkan hati Misca, Teo sang majikan atau Stefan sang mantan suami.

Bab 1 PENGUSIRAN MISCA

"Mas, aku mohon dengarkan penjelasanku dulu. Tadi itu aku tidur siang di rumah. Mas bisa cek cctv kalau tidak percaya. Dan aku sendiri tidak tahu, kenapa aku tiba tiba ada disini. Dan lelaki itu, sumpah Mas, aku tidak mengenalnya," jelas Misca.

Wanita hamil itu sedang berlutut di hadapan suaminya. Dia berusaha menjelaskan pada sang suami tentang kesalahpahaman ini. Dia sendiri juga bingung, perasaan tadi dirinya sedang tidur di kamar, kenapa sekarang ada lelaki asing yang tidur di sebelahnya.

"Kamu pikir aku percaya dengan mulut manismu. Kamu pasti setiap hari memasukkan lelaki ini ke dalam kamar kita," tuduh Stefan.

"Tidak Mas, jangankan memasukkan lelaki lain, menerima tamu laki laki saja aku tidak pernah. Tolong Mas percaya sama aku. Aku nggak mungkin mengkhianati kamu," bela Misca.

"Dasar wanita murahan, wanita pengkhianat. Sudah berbuat salah, masih saja berkilah. Bukti bahwa kalian tidur bersama sudah jelas. Tidak mungkin kalian tidak melakukan apapun sebelumnya," bentak Stefan.

"Lihat pakaian kamu, dan ini, ini," tunjuknya pada pakaian istrinya yang berserakan di lantai dan juga bekas kissmark di sekujur tubuh Misca.

"Bukti ini sudah lebih dari cukup bagiku. Dan sekarang, aku jadi yakin kalau anak yang kamu kandung itu bukanlah anakku. Mulai detik ini juga, aku talak kamu. Pergi, dan jangan pernah menunjukkan wajahmu lagi. Kalau sampai aku melihatmu, aku tidak akan segan segan untuk menghabisimu. Camkan itu," ucap Stefan sambil menghempaskan kakinya yang dipegang erat oleh Misca.

"Mas, tunggu Mas, jangan pergi, dengerin dulu penjelasanku Mas," teriaknya.

Misca terjatuh di lantai. Bukan sakit akibat hempasan kaki suaminya yang dia rasakan, tapi sakit hati akibat fitnah dan talak yang diberikan oleh suaminya.

Misca menangis tersedu di kamar. Beberapa saat kemudian, datang ART rumah tangga yang membawa sebuah koper ke hadapannya.

"Nyonya, sebelumnya saya minta maaf. Nyonya disuruh pergi sekarang juga dan semua barang barang Nyonya ada di koper ini," kata ART itu kemudian meninggalkan Misca disana seorang diri.

"Kenapa kamu kejam sekali padaku Mas, padahal aku tidak melakukan apapun, tapi kamu seolah tutup mata dan melimpahkan semua kesalahan padaku," lirihnya.

Misca mencari lelaki yang tadi ada disampingnya, dia ingin meminta penjelasan pada lelaki itu. Namun lelaki itu telah menghilang.

"Kemana dia? Apa dia takut dengan Stefanus hingga langsung melarikan diri begitu Stefanus datang? Atau memang semua sudah direncanakan oleh Mas Stefan sendiri," gumam Misca.

Setelah memakai pakaiannya, Misca pun keluar dari kamar itu. Sampai di ujung tangga, dia melihat mertua dan juga seorang wanita masa lalu suaminya sedang tersenyum mengejeknya.

"Bagaimana rasanya diusir sayang? Seorang pezinah sepertimu tidak pantas menjadi menantu keluarga terhormat seperti kami. Keluar dari rumah ini," bentak sang mertua.

Misca melangkahkan kakinya keluar dari rumah mewah suaminya. Dia bingung hendak kemana. Uang tak ada, dompet dan hape semua disita oleh suaminya. Misca berjalan mengikuti kemana kaki membawanya. Hampir satu jam Misca berjalan, dia sudah merasa lapar dan haus.

"Ya Allah, kemana aku harus mencari uang? Perutku sudah lapar," gumamnya seraya memegang perutnya yang melilit.

Misca meneruskan perjalanannya. Dia melihat ada sebuah toko mas disana. Misca melihat cincin pernikahannya, meski hanya itu kenangan dari Stefanus, tapi dia butuh biaya untuk hidupnya dan juga bayi yang dikandungnya. Misca memasuki toko itu. Dia lalu melepas cincin pernikahan itu berniat menjualnya.

"Mbak, saya mau jual ini," kata Misca pada pegawai toko itu.

Pegawai toko itu lalu membawa cincin itu ke dalam. Tak lama setelah itu, dia pun keluar kembali.

"Maaf Mbak, kalau mau jual cincin ini harus pake surat. Karena kami tidak berani menerima sembarang cincin berlian," kata pegawai toko itu.

Misca tersenyum kecut, dia bingung, apalagi yang akan dia jual. Misca akhirnya pergi dari toko itu. Dia melihat sebuah warung kecil yang ramai pembeli. Dia ingin menawarkan diri sebagai jasa cuci piring supaya dia bisa meminta imbalan makan.

"Bu, boleh saya membantu mencuci piring kotornya?" tanya Misca.

"Maaf Mbak, kami tidak mampu membayar pegawai," ujar pemilik warung itu.

"Tidak perlu dibayar Bu, saya hanya minta makan saja sebagai upahnya," kata Misca.

Pemilik warung itu melihat Misca dari atas sampai bawah. Melihat dari penampilannya seperti orang kaya, tapi mengapa ingin menjadi buruh cuci piring, pikirnya.

"Apa Mbaknya bisa?" tanyanya.

"Bisa Bu," jawab Misca.

"Baiklah, kamu cuci semua piring ini," titah pemilik warung itu.

"Baik Bu," sahut Misca.

Misca mulai mencuci semua piring yang ada disana. Setengah jam kemudian, Misca sudah selesai dengan kegiatannya. Dia menata piring yang sudah dia cuci di sebuah meja. Pemilik toko itu senang melihat hasil kerja Misca dan dia berniat untuk mempekerjakan wanita itu.

"Dek, siapa nama kamu?" tanyanya.

"Misca bu," jawabnya.

"Gimana kalau kamu kerja disini aja," usul pemilik warung itu.

"Apa Ibu tidak keberatan?" tanya Misca.

"Tidak apa, tapi ya itu, aku tidak bisa menggajimu banyak," ujar pemilik warung itu.

Misca tampak berpikir, daripada dia tidak memiliki tujuan yang jelas malam ini, lebih baik dia menginap disini untuk sementara waktu.

"Boleh Bu, tapi saya tidak bisa bekerja terlalu berat, karena saat ini saya sedang hamil. Kalau hanya cuci piring saja saya bisa," sahutnya.

"Iya tidak apa. Malam ini, kamu tidur disini ya, besok pagi pagi saya kesini lagi," ujar pemilik warung itu.

Setelah menutup tokonya, pemilik warung itu meninggalkan Misca sendiri disana.

"Alhamdulillah, hari ini aku bisa makan," gumamnya.

Misca melahap semua makanan yang disiapkan oleh pemilik warung tadi. Dia bersyukur sudah dipertemukan oleh orang baik seperti pemilik warung tadi.

Setelah mandi, Misca mengambil bajunya, dia lalu membuka kopernya. Jantungnya berdetak kencang kala melihat surat cerai yang sudah ditandatangani olehnya dan juga suaminya ada di atas tumpukan bajunya.

Air mata Misca jatuh tak tertahankan, dia tidak menyangka suaminya sudah mempersiapkan semuanya. Dia bahkan tidak merasa menandatangani dokumen, tapi kenapa ada tanda tangannya disitu.

"Kenapa kamu kejam sekali Mas, kamu bahkan tidak mau mendengar penjelasanku terlebih dahulu. Apa memang ini yang kamu mau? Menfitnahku untuk menutupi skandal perselingkuhanmu dengannya," gumam Misca.

"Aku bersumpah, hidupmu tidak akan pernah bahagia karena telah menfitnahku dengan keji. Allah akan membalas rasa sakit hatiku berkali kali lipat," tangisnya.

Semalaman Misca menangis, mengingat perbuatan suami dan mertuanya. Keesokannya, matanya sembab. Bu Asih bertanya tanya kenapa Misca seperti habis menangis. Apa semalam dia bertengkar dengan mantan suaminya, pikir Bu Asih.

Hampir sebulan Misca tinggal disana. Warung Bu Asih menjadi ramai pengunjung karena ada Misca disana. Wajah cantik Misca menjadi pemandangan sedap bagi lelaki yang ingin makan di warung Bu Asih. Bahkan ada beberapa yang memberi tips pada Misca karena senang dengan pelayanannya.

"Dek, kamu mau nggak nikah sama Abang?" tanya salah satu pelanggan Bu Asih.

"Maaf Bang, Misca belum diceraikan sama mantan suami Misca," jawabnya.

"Kalau Adek mau, Abang bisa membantu mengurusnya," kata pelanggan itu.

"Apa bisa kalau tidak ada tanda tangan dari dia?" tanya Misca pura pura bodoh.

"Bisa Dek, kalau ada uang, semua bisa diatur," kata pelanggan itu.

MIsca berpikir, berati itu yang telah dilakukan oleh suaminya saat ini, entah dia memalsukan tanda tangannya atau memang rekayasanya bersama sang pengacara.

"Tapi Bang, Misca nggak mau jadi bini kedua. Misca takut Bang," ujar Misca.

"Baiklah, nanti akan Abang ceraikan dulu istri pertama Abang," kata pelanggan itu.

Sementara itu di tempat lain, seorang lelaki sedang menerima telepon dari anak buahnya.

"Bos, Nyonya saat ini sedang bekerja di sebuah warung nasi," lapornya.

"Buat dia diusir dengan keji," titah lelaki itu

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Mk_7980

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku