Mengejar Cinta Ustaz Tampan

Mengejar Cinta Ustaz Tampan

LeeNaGie

5.0
Komentar
3.7K
Penayangan
43
Bab

"Kalau mau cari cowok baik-baik, cari di masjid subuh-subuh." Bagaimana jadinya jika seorang perempuan berpenampilan tomboi, gemar mengoleksi film dewasa dan ketika berbicara tidak pakai filter, tiba-tiba menjadi rajin beribadah di masjid hanya untuk mencari jodoh? Dian merasa frustasi, karena tidak kunjung mendapatkan jodoh di usia pertengahan tiga puluh. Ditambah lagi teror dari sang Ibu. Gadis itu mengikuti saran dari kakak sahabatnya untuk mencari pria baik-baik di masjid pada waktu Subuh. Tak disangka ia melihat seorang ustaz muda berparas tampan, bernama Fajar Faizan. Usut punya usut, pria itu berprofesi sebagai seorang dosen di salah satu Universitas Islam. Dian jatuh cinta pada pandangan kedua dan berniat untuk mendapatkan perhatian Fajar. Dia sampai mengubah penampilan demi pujaan hati. Apakah perubahan yang bertujuan mendapatkan perhatian hamba-Nya ini bisa berhasil? Cover designed by Chay Graphic and owned by LeeNaGie

Bab 1 Teror Paling Mengerikan Bagi Wanita Lajang

"Pokoknya elu kagak boleh nikah sebelum Mpok lu nikah!" Terdengar suara wanita sedikit serak begitu lantang dari ruang tamu.

"Ya gak bisa gitu dong, Nyak. Aye udah kepengin nikah nih! Udah ade jodohnye. Masa iye harus nunggu Mpok nikah dulu? Emangnye Mpok udah ada jodohnye? Beluman pan." Kali ini suara lainnya mendebat.

Desahan pelan meluncur dari bibir seorang gadis yang sedang berdiri di depan cermin berukuran besar. Bola mata bulatnya berputar malas ketika mendengar perdebatan dengan topik yang sama selama satu minggu belakangan. Apalagi seputar permasalahan adiknya yang ingin menikah, tapi terhalang restu orang tua.

Lebih tepatnya sang Adik belum diperbolehkan menikah, jika dirinya masih melajang. Artinya, setelah ini, ia akan dicecar lagi dengan teror yang sangat menakutkan bagi wanita lajang berusia kepala tiga. Apalagi jika bukan masalah jodoh.

Gadis itu memastikan lagi rambut model bob yang menjadi ciri khasnya sejak dulu, telah disisir dengan rapi. Setelah mencantolkan tas ransel di pundak, ia melangkah keluar dari kamar seolah tidak mendengar percakapan yang sedang terjadi.

"Pergi dulu, Nyak, Cit. Dah!" teriaknya dari radius lima meter.

"Mpok tunggu dulu!"

"Dian. Sini lu!" panggil dua orang perempuan berbeda generasi itu bersamaan.

Tubuh yang hanya memiliki tinggi 160 centimeter dan berat ideal itu berputar 180 derajat. Lagi-lagi mata bulatnya menatap malas.

"Aye mau ada wawancara dua jam lagi sama politikus, Nyak. Nggak ada waktu lagi." Gadis bernama Dian itu mengetuk ujung jari telunjuk di bagian lingkaran jam tangan merek Casio, berwarna biru muda yang dikenakan di tangan kanan.

"Mpok buruan cari jodoh gih. Masa aye mau nikah gak dibolehin Nyak," protes adiknya dengan wajah berkerut-kerut.

"Udah nikah aja sih. Emang ada peraturan adik nggak boleh nikah kalau kakaknya belum nikah?" balas Dian memalingkan wajah malas.

Sang Ibu membuang napas pendek sebelum menghampiri putri sulungnya. "Mau sampai kapan lu jadi anak perawan? Inget umur lu, Di. Nyak juga udeh kagak mude lagi. Udeh tue. Kapan mau gendong cucu?"

"Babe lu udeh kagak ade, siapa nyang mau jagain lu kalau Nyak udeh meninggal?" sambung sang Ibu dengan logat Betawi kental.

Dian menarik napas dalam, sebelum mendekati ibunya. Kedua tangan naik, lalu menggenggam bahu yang terasa sedikit keras. Mata hitam dihiasi kelopak yang tidak terlalu lebar itu menatap paras wanita yang telah melahirkannya. Tampak kerutan menghiasi daerah sekitar netra dan dahi.

Dalam hati ia menyadari, wanita paruh baya itu tidak lagi muda. Tuhan bisa saja mengambilnya sewaktu-waktu, seperti yang terjadi dengan sang Ayah.

"Aye juga kepengin banget nikah, Nyak." Dian memandang mata yang terlihat begitu lelah. "Apalagi Keysa juga udah nikah nyusul Gita, Rara dan Ina."

Nama-nama yang disebutkan barusan adalah nama keempat sahabat Dian. Mereka semua bergabung di dalam geng Remponger5 yang beranggotakan lima orang perempuan kece dengan karakter berbeda. Meski yang lain sudah menikah, mereka masih sering bertemu ketika akhir pekan. Tentunya minus Raline yang sekarang menetap di London, bersama suami bulenya.

Tawa getir meluncur dari bibir tipisnya. "Tapi belum nemu orang yang bisa bikin hati bergetar. Gimana dong?"

"Cinte bisa tumbuh setelah nikah, Di. Buktinya Nyak dan Babe. Makenye lu coba ketemu dulu sama yang mau Nyak ketemuin itu," tutur Royati, ibu Dian.

"Bener tuh, Nyak. Buktinye Kak Raline dan Mas Aaron. Cinta setelah nikah," imbuh sang Adik semangat.

Dian langsung memelototi adiknya, Citra. Bibirnya bergerak tidak jelas dengan gigi beradu.

"Doakan aja Dian ketemu jodoh hari ini ye, Nyak. Sekarang aye mau kerja dulu. Dua jam lagi mau ada interview sama Krisdayanti. Susah ganti jadwal interview lagi sama anggota dewan." Dian memberi kecupan di kedua belah pipi sang Ibu, kemudian ngacir dari sana.

Embusan napas lega keluar begitu saja setelah berhasil keluar dari rumah tanpa hambatan lagi. Sekarang saatnya fokus bekerja, karena harus berjibaku dengan waktu. Bekerja sebagai wartawan membuat Dian sangat menghargai waktu, jika tidak karirnya akan habis.

Langkah kaki yang tidak terlalu panjang itu bergerak menuju kendaraan Toyota Veloz berwarna silver. Di bagian dinding tertulis logo dan nama Yohwa.com and Magazine, tempat Dian bekerja saat ini. Sebuah perusahaan modal saham asing, milik Indonesia dan Korea. Gadis itu bekerja sebagai wartawan di berita politik, karena tidak suka dengan gosip artis.

"Oke, kita pantau jalanan ke senayan dulu pagi ini." Dian menyalakan monitor yang ada di dashboard kendaraan. Dalam hitungan detik tampilan map wilayah Jakarta muncul di sana. Jari tangannya mengetikkan alamat yang dituju.

"Syukur belum macet. Untung aja Nyak nggak ceramah panjang, jadinya nggak telat," gumamnya lagi kemudian.

Dian menghangatkan kendaraan yang dipinjamkan kantor tadi malam, karena hari ini ada beberapa tempat tujuan yang harus didatangi. Motor yang biasa digunakan ke mana-mana mendadak ngadat, sehingga ia harus mengendarai kendaraan beroda empat hari ini.

Sembari menunggu mesin mobil hangat, ia memeriksa pesan di aplikasi whatsapp. Ruang obrolan pertama yang dibuka adalah grup Remponger5.

"Pagi-pagi udah rame aja mereka." Dian tersenyum semangat membuka chat yang belum dibaca.

Mata hitam bulatnya berkedip pelan ketika membaca pesan dari Raline.

Rara Kambing: Guys, weekend ketemuan yuk! Gue pulang ke Jakarta besok. Kangen!!!

"Si Kambing pulang ke Jakarta?!" serunya tak percaya.

"Kangen gue sama lo, Mbing." Dian bermonolog sembari senyam-senyum sendiri.

Tilikan matanya berpindah ke chat berikutnya. Kali ini dari Keysa, sahabat seperjuangan jomlo yang kini sudah menikah.

Keykey: Dian, ketemuan nanti bawa koleksi film lo ya. Butuh banget nih buat angetin ranjang.

Tawa Dian semakin lebar ketika membaca pesan Keysa. Ternyata hobi mengoleksi film dewasa yang ia miliki bisa bermanfaat bagi sahabat-sahabatnya. Gadis itu kembali meletakkan ponsel di dalam tas, lantas menatap lurus ke depan. Kepala yang dihiasi rambut pendek tersebut bersandar lesu ke jok mobil.

"Calon imam gue ada di mana sekarang?" lirihnya terdengar menyedihkan.

Jauh di lubuk hati terdalam, Dian ingin menikah seperti keempat sahabatnya. Apalagi usia sudah memasuki pertengahan tiga puluh. Benar-benar rawan jika belum menikah dalam waktu dekat.

"Ingat. Kalau mau cari cowok baik-baik, kalian cari di masjid subuh-subuh. Pilih yang masih single, jangan yang sudah beristri."

Kalimat yang pernah dilontarkan kakak sahabatnya beberapa tahun lalu kembali terngiang.

"Ah, masa sih bisa cari di masjid?"

Dian mengangkat bahu singkat ketika hal yang menurutnya konyol terlintas di pikiran. Seumur hidup, ia hanya dua kali dalam setahun datang ke masjid, yaitu ketika salat Idul Fitri dan Idul Adha. Itu jika sedang mood. Salat lima waktu pun tidak pernah dilakukan. Jangan ditanyakan lagi apakah ia masih hafal bacaan salat atau sudah lupa. Hanya dia yang tahu jawabannya.

Tarikan napas panjang terdengar dari sela hidung, kemudian keluar perlahan melalui mulut. Jari tangan yang dihiasi gelang karet berwarna hitam itu bergerak menurunkan rem tangan. Dian langsung menginjak gas, sehingga dalam hitungan detik kendaraan berwarna silver telah meninggalkan pekarangan rumah yang tidak terlalu besar.

Sepanjang perjalanan, gadis itu bersenandung seraya menganggukkan kepala. Jari-jari lentik miliknya mengetuk pelan setir mobil mengikuti irama lagu Shape of You milik Ed Sheeran yang mengalun di radio. Hingga beberapa menit kemudian, kendaraan yang dikemudikannya harus melaju pelan ketika memasuki daerah berwarna merah di map.

"Pulo Gadung selalu macet dah," keluhnya bersandar lagi di jok mobil.

Dian mengeraskan radio yang sekarang berganti memutarkan lagu melow dari penyanyi Indonesia Shanna Shannon berjudul Rela. Lirik lagu tersebut membuatnya kembali bernostalgia dengan kisah cinta yang pernah dirajut lima belas tahun lalu, tepat ketika ia mengenyam pendidikan di bangku universitas.

"Lo pasti udah nikah dan punya anak sekarang," desisnya menempelkan kepala di dinding kaca pintu.

Gadis itu kembali menekan pelan gas mobil ketika kendaraan di depan maju. Biasanya setelah melewati seratus meter dari area ini, jalanan kembali normal. Saat kembali berhenti, tiba-tiba terdengar bunyi gesrek di samping mobil. Kepala yang dihiasi rambut model bob itu langsung menoleh ke kanan.

"Astaga!!"

Dian auto panik ketika tahu seorang pengendara motor baru saja menyerempet mobilnya. Tanpa berpikir panjang, ia segera turun melihat kondisi dinding mobil. Netra hitam bulat itu mendelik nyalang ketika mendapati goresan panjang dan sedikit penyok di bagian samping belakang kendaraan.

"Mas apa-apaan sih nyerempet mobil saya?" cetusnya berkacak pinggang.

Si pengendara motor yang mengenakan jaket kulit berwarna hitam tersebut langsung turun, kemudian membuka kaca helm full face. Sepasang netra cokelat berbentuk almond terlihat di sana.

"Maaf, Mbak. Saya nggak sengaja," ucapnya dengan sorot mata bersalah.

Tangan pria tersebut bergerak cepat mengambil dompet dari saku celana berbahan chino warna beige yang dikenakan. Dalam hitungan detik sebuah kartu nama sudah keluar dari dompet kulit berwarna cokelat tua.

"Sekali lagi maaf, Mbak. Saya akan bertanggung jawab, tapi sekarang nggak punya waktu untuk urus kerusakan mobil Mbak." Pria itu menyerahkan kartu nama yang dipegang kepada Dian. "Ini kartu nama saya. Mbak bisa hubungi saya lagi untuk membahas biaya perbaikannya."

Kening berukuran tidak terlalu lebar tersebut mengernyit rapat. "Wah, nggak bisa gitu dong, Mas! Ini mobil kantor, bisa runyam masalahnya kalau Mas kabur kayak gini."

Kepala yang ditutupi helm full face itu bergerak ke kiri dan kanan. "Saya nggak berniat kabur, Mbak. Ini kartu nama saya, jadi Mbak bisa hubungi saya."

"Mana jaminan kartu nama yang Mas kasih asli?" Kedua alis Dian naik ke atas sehingga membuat matanya membulat sempurna.

"Astaghfirullah, Mbak. Saya benar-benar nggak bermaksud menipu." Pria itu melihat ke sekeliling, ternyata kendaraan di depan Dian telah bergerak ke depan sehingga mobil di belakangnya menyalakan klakson bersahut-sahutan.

"Saya harus tiba ke kampus lima belas menit lagi. Saya dosen di Universitas Islam daerah Cempaka Putih." Pria itu masih mengulurkan tangan dengan sebuah kartu nama terselip di sela jari. "Ini benar-benar kartu nama saya."

Dian menarik napas singkat kemudian menerima kartu nama tersebut. Pandangannya beralih kepada pria yang sejak tadi tidak melepaskan helm yang dikenakan. Tilikan netra hitam itu bergerak ke atas hingga bawah tubuh pria tersebut. Setidaknya penampilan orang yang mengaku dosen ini memang terlihat rapi, seperti karyawan kantoran.

"Awas kalau berani nipu saya!"-Dian mengingat plat nomor motor yang menyerempet mobil,- "Saya lapor polisi loh," ancamnya kemudian dengan tatapan sengit.

"Saya jamin 100% kartu nama itu asli, Mbak. Sekali lagi saya minta maaf. Jangan lupa hubungi saya tiga jam lagi," pungkas pria itu segera kembali lagi menaiki motor keluaran Yamaha N-Max terbaru.

"PINGGIRIN MOBILNYA WOOI!!" teriak salah satu pengemudi mobil yang terhalang oleh kendaraan Dian.

Perhatian gadis itu teralihkan kepada mobil yang sudah menyalakan klakson bergantian. Dian langsung menaiki kendaraan beroda empat tersebut, sebelum melihat lagi pria yang menyebabkan dinding bagian belakang mobilnya tergores.

"Fajar," gumamnya pelan seraya membaca kartu nama yang ada di tangan. Sorot matanya tampak menyeramkan seketika. "Awas aja lo kalau coba nipu gue! Sampai ke akhirat bakalan gue kejar."

Bersambung....

Hai jumpa lagi di novel keempatku di Ceriaca. Semoga suka dengan novel ini ya. Ceritanya ringan, gak seberat tiga novel sebelumnya. Enjoy and happy reading. ^^

Jangan lupa follow IG @Leena_gie yaa.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh LeeNaGie

Selebihnya

Buku serupa

Putra Rahasianya, Aib Publiknya

Putra Rahasianya, Aib Publiknya

Gavin
5.0

Namaku Alina Wijaya, seorang dokter residen yang akhirnya bertemu kembali dengan keluarga kaya raya yang telah kehilangan aku sejak kecil. Aku punya orang tua yang menyayangiku dan tunangan yang tampan dan sukses. Aku aman. Aku dicintai. Semua itu adalah kebohongan yang sempurna dan rapuh. Kebohongan itu hancur berkeping-keping pada hari Selasa, saat aku menemukan tunanganku, Ivan, tidak sedang rapat dewan direksi, melainkan berada di sebuah mansion megah bersama Kiara Anindita, wanita yang katanya mengalami gangguan jiwa lima tahun lalu setelah mencoba menjebakku. Dia tidak terpuruk; dia tampak bersinar, menggendong seorang anak laki-laki, Leo, yang tertawa riang dalam pelukan Ivan. Aku tak sengaja mendengar percakapan mereka: Leo adalah putra mereka, dan aku hanyalah "pengganti sementara", sebuah alat untuk mencapai tujuan sampai Ivan tidak lagi membutuhkan koneksi keluargaku. Orang tuaku, keluarga Wijaya, juga terlibat dalam sandiwara ini, mendanai kehidupan mewah Kiara dan keluarga rahasia mereka. Seluruh realitasku—orang tua yang penuh kasih, tunangan yang setia, keamanan yang kukira telah kutemukan—ternyata adalah sebuah panggung yang dibangun dengan cermat, dan aku adalah si bodoh yang memainkan peran utama. Kebohongan santai yang Ivan kirimkan lewat pesan, "Baru selesai rapat. Capek banget. Kangen kamu. Sampai ketemu di rumah," saat dia berdiri di samping keluarga aslinya, adalah pukulan terakhir. Mereka pikir aku menyedihkan. Mereka pikir aku bodoh. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Membalas Penkhianatan Istriku

Membalas Penkhianatan Istriku

Juliana
5.0

"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.

Bosku Kenikmatanku

Bosku Kenikmatanku

Juliana
5.0

Aku semakin semangat untuk membuat dia bertekuk lutut, sengaja aku tidak meminta nya untuk membuka pakaian, tanganku masuk kedalam kaosnya dan mencari buah dada yang sering aku curi pandang tetapi aku melepaskan terlebih dulu pengait bh nya Aku elus pelan dari pangkal sampai ujung, aku putar dan sedikit remasan nampak ci jeny mulai menggigit bibir bawahnya.. Terus aku berikan rangsang an dan ketika jari tanganku memilin dan menekan punting nya pelan "Ohhsss... Hemm.. Din.. Desahannya dan kedua kakinya ditekuk dilipat kan dan kedua tangan nya memeluk ku Sekarang sudah terlihat ci jeny terangsang dan nafsu. Tangan kiri ku turun ke bawah melewati perutnya yang masih datar dan halus sampai menemukan bukit yang spertinya lebat ditumbuhi bulu jembut. Jari jariku masih mengelus dan bermain di bulu jembutnya kadang ku tarik Saat aku teruskan kebawah kedalam celah vaginanya.. Yes sudah basah. Aku segera masukan jariku kedalam nya dan kini bibirku sudah menciumi buah dadanya yang montok putih.. " Dinn... Dino... Hhmmm sssttt.. Ohhsss.... Kamu iniii ah sss... Desahannya panjang " Kenapa Ci.. Ga enak ya.. Kataku menghentikan aktifitas tanganku di lobang vaginanya... " Akhhs jangan berhenti begitu katanya dengan mengangkat pinggul nya... " Mau lebih dari ini ga.. Tanyaku " Hemmm.. Terserah kamu saja katanya sepertinya malu " Buka pakaian enci sekarang.. Dan pakaian yang saya pake juga sambil aku kocokan lebih dalam dan aku sedot punting susu nya " Aoww... Dinnnn kamu bikin aku jadi seperti ini.. Sambil bangun ke tika aku udahin aktifitas ku dan dengan cepat dia melepaskan pakaian nya sampai tersisa celana dalamnya Dan setelah itu ci jeny melepaskan pakaian ku dan menyisakan celana dalamnya Aku diam terpaku melihat tubuh nya cantik pasti,putih dan mulus, body nya yang montok.. Aku ga menyangka bisa menikmati tubuh itu " Hai.. Malah diem saja, apa aku cuma jadi bahan tonton nan saja,bukannya ini jadi hayalanmu selama ini. Katanya membuyarkan lamunanku " Pastinya Ci..kenapa celana dalamnya ga di lepas sekalian.. Tanyaku " Kamu saja yang melepaskannya.. Kata dia sambil duduk di sofa bed. Aku lepaskan celana dalamku dan penislku yang sudah berdiri keras mengangguk angguk di depannya. Aku lihat di sempat kagett melihat punyaku untuk ukuran biasa saja dengan panjang 18cm diameter 4cm, setelah aku dekatkan ke wajahnya. Ada rasa ragu ragu " Memang selama ini belum pernah Ci melakukan oral? Tanyaku dan dia menggelengkan kepala

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Mengejar Cinta Ustaz Tampan
1

Bab 1 Teror Paling Mengerikan Bagi Wanita Lajang

09/03/2022

2

Bab 2 Saran yang Diabaikan

09/03/2022

3

Bab 3 Kegalauan Dian

09/03/2022

4

Bab 4 Si Ustaz Tampan

09/03/2022

5

Bab 5 Pertemuan Kedua atau Ketiga

09/03/2022

6

Bab 6 Pertemuan Mendebarkan

09/03/2022

7

Bab 7 Langkah Pertama

09/03/2022

8

Bab 8 Weekend Bersama Rempongers

09/03/2022

9

Bab 9 Mencari Tahu Tentang Fajar

09/03/2022

10

Bab 10 Belajar Menjadi Muslimah yang Baik

09/03/2022

11

Bab 11 Perubahan Pertama Dian

13/03/2022

12

Bab 12 Hati yang Berbunga

13/03/2022

13

Bab 13 Pertemuan Singkat Berikutnya

14/03/2022

14

Bab 14 Dugaan

14/03/2022

15

Bab 15 Tanda-tanda Berjodoh

15/03/2022

16

Bab 16 Cemburu

16/03/2022

17

Bab 17 Menunggu Itu Membuat Deg-degan

16/03/2022

18

Bab 18 Belajar Menjadi Calon Istri yang Baik

19/03/2022

19

Bab 19 Prejudice

19/03/2022

20

Bab 20 Tingkat Kekepoan Dian

19/03/2022

21

Bab 21 Mulai Mengenal

21/03/2022

22

Bab 22 Kebimbangan Dian

21/03/2022

23

Bab 23 Sosok Perempuan yang Membuat Cemburu

21/03/2022

24

Bab 24 Pikiran yang Tidak Tenang

21/03/2022

25

Bab 25 Jodoh Tidak Akan Ke Mana

21/03/2022

26

Bab 26 Skandal Menghebohkan

21/03/2022

27

Bab 27 Wujud Asli Fajar

21/03/2022

28

Bab 28 Hijrah dan Hidayah

21/03/2022

29

Bab 29 Memulai Lembaran Baru

21/03/2022

30

Bab 30 Sebuah Lamaran yang Akan Datang

21/03/2022

31

Bab 31 Hijrah Cinta

23/03/2022

32

Bab 32 Mengejar Cinta Ustaz Tampan

24/03/2022

33

Bab 33 Kepingan Hati yang Terluka

26/03/2022

34

Bab 34 Fakta Mengenai Aafiyah

28/03/2022

35

Bab 35 Lamaran

30/03/2022

36

Bab 36 Drama di Hari Lamaran

01/04/2022

37

Bab 37 Rasa Penasaran Dian

03/04/2022

38

Bab 38 Ujian Pertama

05/04/2022

39

Bab 39 Kamu adalah Pilihan Terbaikku

07/04/2022

40

Bab 40 Kamu yang Kutunggu

08/04/2022