Mengejar Cinta Ustaz Tampan
eri sekarang apa saja? Berita tentang beliau tidak segencar awal menja
versi. Kamu udah pintarlah cari hot topic tanpa perlu disuruh lagi,
bercabang. Tidak hanya masalah pekerjaan, tapi juga teror jodoh yang dilayan
satu bidang dengannya saat melihat D
dan kanan. Dia mengambil laptop
ng gue, Cong," jawabn
engernyit. Tampak kegalauan di paras bulat tersebut. Dia berjalan
anas di
dia terduduk lesu di kursi kerjanya. Ruangan kerja di bagian berita politik memanjang. Setiap meja kerja wartawa
ak perempuan yang berusia
at. Tangan Dian mengambil sesuatu dari tas ransel, lalu
Syuk," tawar gadis itu menyodork
engambil satu potong brownies,
mau dijodohin?" sambung Syukria
gan, lalu mencomotnya seperempat. Pot
yang nggak dikenal dan nggak dicintai. Giman
sekarang rumah tangganya langgeng tuh," ko
Dian berdecak kagum membayangkan perubahan
mbil tumbler minuman yang ada di atas meja. Setelah mene
api alhamdulillah cinta bisa tumbuh seiring berjalannya wak
juga?" Dian men
kepala. "Lewat taaruf
ma orang yang dikenal enak, Cong. Lha cowok yang mau
epengin nikah, malah gue yang didesak nik
arusan. "Aku juga langkahin Kakak kok, Kak. Emang kenap
n tubuh. "Serius? Emang
guk lagi. "Kak Raline juga dul
melempar tisu yang sudah diremas ke wajah Syukri
ntang si Rara?" Dian menyipitk
an sedih juga waktu dia ditinggal kabur pas nikah. Untung dapat
tnya Raline memang wanita yang beruntung. Apalagi pernikah
anjurkan untuk menikah, bahkan bisa jadi wajib." Syukria mengubah posisi duduk menjadi tegak dan menatap s
e yang nikah dulu?" Dian dan
Menikah itu sunah, barang siapa yang nggak mengamalkan sunah Rasulullah, orang itu buk
merinding. Mata hitam bulat itu terpejam sebentar ketika in
berikhtiar cari jodoh di m
*
menjelang
sedang milik gadis yang masih berada di bawah selimut. Berkali-kali ia mematikan alarm, suara nada dering
mamnya dengan suara s
asjid subuh-subuh, Dian.
tubuh langsung turun ke bawah. Mata yang
e masjid cari jod
yang tadi cerah, tib
gimana?" Dian menarik lagi s
a menduga-duga." Penggalan percakapan
posisi menjadi duduk. Dengan tekad yang bulat, ia langsung beranjak ke kamar
enuju lemari, berniat mencari mukena yang sering dikenakan ketika melakukan salat Ied. Kepala auto terkulai lesu ke
h pewangi pakaian. "Ayo, Di. Bau apek mukena dan sajadah bis
ee
ee
ee
satu setel mukena dan selembar sajadah. "Untuk menj
i. Bisa jadi bahan tertawaan jika sampai sang Adik melihat dirinya pergi ke
sana, batinnya menatap s
stikan belum ada pergerakan apa-apa di ruang tamu dan dapur, Dian segera melangkah cepat m
kunci rumah yang dipegangnya. Beruntung masi
n rumah. Jari tangan bergerak ke arah kepala, memastikan rambutnya sudah rap
njalankan mi
enarnya tidak jauh dari rumah. Hanya memakan waktu lima me
ugaan, mayoritas jamaah berusia lima puluh tahun ke atas. Sebentar! Kelopak mata Dian berkedip pelan, keti
pelan. Paling tidak, kehadiran anak berusia sepuluh tah
t mengambil air wudu. Begitu selesai mengambil wudu, Dian langsung dduduk di saf palin
a enam puluh tahunan seraya menepuk ruang kosong y
epala seraya nyengir
ng yang di depan. "Jamaah wanita subuh-subuh tidak ramai
yang didatangi jamaah ketika salat Ied dilaksanakan
ahut Dian merasakan pipi
ada kultum dari ustaz lulusan Inggris."
anggap D
ah punya gelar doktor," balas
dangannya beralih ke arah saf laki-laki, meski terhalang tirai pembatas. Paling ti
Dian. Saatnya menunaikan ibadah salat subuh. Tiba-tiba te
" bisik perempuan paruh baya itu me
belakang kepala hingga bahu, ia bisa memperkirakan usia pria yang kini bersiap untuk memimpin
da banget tuh, du
tu tidak berkedip sedikitpun melihat sosok tampan nan rupawan sedang mengecek saf, sebelum salat dimulai. Hidung man
," ucap suara bariton mem
i masjid, bisik Dian di dalam hati dengan tatapan
ambu