Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
"KALA" Buah Cinta Terlarang

"KALA" Buah Cinta Terlarang

KellySya

5.0
Komentar
1.4K
Penayangan
39
Bab

21+! Adult Thriller Drama Novel! Tuduhan terhadap Kayli atas percobaan pembunuhan dengan meracuni sang mertua, ternyata adalah awal terkuaknya sisi lain dari Kayli. Terlepas dari benar atau tidaknya tuduhan itu, Kayli ternyata memang memiliki sisi lain di dalam dirinya. Namun akibat dari kejadian tersebut, Kayli harus merelakan pernikahannya dengan Gala kandas dengan begitu menyakitkan. Disaat Kayli mencoba menguak siapa pelaku yang sebenarnya meracuni sang mertua, banyak kejanggalan terjadi. Ia mulai merasa bahwa dirinya ikut andil dalam tragedi itu tanpa ia sadari. Lantas apakah Kayli memiliki kepribadian ganda, atau memang ada sosok lain di dalam tubuhnya? Lalu mengapa Zael, sahabat lamanya sering memanggil Kayli dengan sebutan Kala?

Bab 1 Menantu Bodoh!

"Kayli! Kayli! Ck! Ni orang dipanggil-panggil kemana sih!" gerutu Didah.

Wanita paruh baya itu terlihat penuh amarah. Sambil beranjak dari tempat duduknya, lalu berjalan dengan langkah ditekan. Didah mengedarkan pandangan dengan cepat, mencari sosok sang Menantu.

"Kayl-" Belum selesai ia memanggil nama Kayli, sang Menantu ternyata baru saja tiba di bingkai pintu depan dengan sekeresek besar sayuran ditentengnya.

"Ibu manggil aku?" tanya Kayli lembut.

"Dari mana aja kamu! Dipanggil-panggil ga nyautin! Budek ya!" cecar Didah sambil mencubit telinga Kayli penuh amarah.

"Tauk nih, lu dari mana sih? keluar kagak izin-izin? gua aduin ke Bang Gala tau rasa lu!" tambah Zara yang tak lain adalah adik Ipar Kayli.

Zara yang baru saja keluar dari kamarnya itu berjalan melewati Kayli, lalu menyenggol bahunya hingga ia terhuyung. Tanpa rasa bersalah, Zara malah mendecih saat melihat Kayli mengaduh.

"Lebay amat sih, kesenggol dikit juga jatoh," dengus Zara.

Tak menghiraukan Zara, Kayli melengos menuju dapur sambil mengambil tentengan yang ia bawa. Namun saat hendak melangkah, sang Mertua maju lantas menarik kerah baju belakangnya dengan paksa. Kayli pun terseok, lalu kereseknya pun melayang dan berhamburan.

Brukh!

"Emang budek ya ini mahluk! Lu udah cacat, bego, budek lagi! Dasar menantu bodoh!" bentak Didah sambil menoyor kening Kayli beberapa kali.

"Gua tanya elu dari mana? hah!" tanya Didah menuntut dengan tatapan nyalang penuh murka.

"Kay tadi udah izin sama Ibu. Trus Ibu jawab hem." Kayli menjawab dengan terbata tanpa berani mengangkat wajahnya lantaran takut pada sang Mertua.

“Waw, berani ya sekarang mengarang cerita, bagus lah! Jadi penulis aja sekalian sana! Hobi curhat-curhatan di buku diary kan lu? Dasar aneh. Bisa-bisanya anak laki gua nikahin mahluk beda kasta kayak lu!” Didah mengatupkan bibirnya dengan geligi gemeretuk menahan jengkel, tanpa melepaskan pandangannya dari Kayli.

“Kayli beli sayuran Bu, buat masak,” ucap Kayli pelan.

“Apa? Buat masak? Baru mau masak lu? Jam berapa ini? Gua udah kelaparan dari tadi! Yaudah lah! cepetan sono masak!” teriak Didah sembari geleng-geleng kepala tanda tak habis pikir.

Kayli pun bangkit setelah Didah melengos pergi dari hadapannya. Namun belum sampai beberapa langkah, Zara datang menghampirinya dengan wajah dongkol. Kayli yang berwajah bersih dan polos, melemparkan senyuman terbaiknya pada sang Ipar. Namun Zara malah menoyor bahu Kayli.

“Eh kocak! Mana sarapan?” bisiknya tepat didepan wajah Kayli.

Belum sempat Kayli membuka mulut, Didah berteriak dari arah ruang tamu. “Zara, Sarapan belom ada! Istri abangmu blom siapin makanan!” Zara pun menepuk jidat sambil mengerlingkan netra.

“Dasar emang kocak ya lu! Kok bisa ya, kembaran gue punya selera bokbrok kek elu!” Zara mengapit pipi Kayli dengan jemarinya yang berkuku panjang hingga Kayli meringis.

“Masak apa lu?” tanya Zara sambil melirik keresek belanjaan yang Kayli bawa.

“Apa? Jamur lagi!” teriak Zara frustrasi.

“Dasar sampah lu! Kan kemaren gua udah bilang gua gak suka jamur! Apalagi jamur kuping kayak gitu! Ih sumpah jijik gua liatnya!” Zara menghempaskan kayli hingga ia tersungkur.

“Ibu! Minta duit! Aku mau makan di luar!”

“Apa? Kan itu si Kayli masak! Ibu gak ada duit ah! Abangmu mana ada kasih ibu duit. Noh di kasihin bininya semua tuh,” omel Didah terdengar ketus dari arah ruang tamu.

Beberapa saat setelah Didah menyantap sarapan, Kayli pun membereskannya. Lalu Kayli pun mengisi perutnya dengan sisa makanan yang ia sembunyikan di bawah wastafel tempat cuci piring. Jika tidak begitu, ia akan mengosongkan perut seharian lantaran sang mertua tak pernah menyisakan makanan untuknya jika sang suami sedang tak ada di rumah.

Sebelum melahap nasi dan tumis jamur kuping yang ia buat, Kayli memotretnya terlebih dahulu untuk ia kirimkan pada Gala sang suami yang tengah bekerja di luar kota. Namun saat hendak menyuap suapan pertama, tiba-tiba terdengar suara teriakan Didah dari arah ruang depan memanggil-manggil namanya. "Kayli! Bawain air dingin! Ibu haus!"

Tapi karena Kayli terlalu lapar dan lemas, ia sengaja menulikan kupingnya lalu melanjutkan makannya. Dengan agak tergesa ia menyantapnya lantaran takut sang mertua murka. Dan benar saja, tak lama kemudian Didah datang dengan suara langkah yang dientak-entakkan. Lalu dibantingnya pintu dapur yang sengaja Kayli tutup.

Brakh!

Prang!

Pintu terpental hingga panci dan katel yang menggantung di dinding terjatuh. Kayli yang tengah menyantap sarapan telatnya itu tersentak kaget hingga ia tersedak. Gegas ia meraih gelas dengan tangan kanannya lalu menegak air itu hingga habis.

“Mantu sial! Lagi makan rupanya!”

Didah mendekat lalu tanpa babibu ia menyambar piring melamin yang Kayli pegang dengan tangan kirinya, lantas membantingnya hingga nasi dan lauknya berhamburan.

Prak!

"Tenggorokan gua kering banget ini! Minta minum!" titah Didah.

"Bu, apa Ibu nggak kelewatan? Walaupun Ibu benci Kay, tapi nasi ini kan nggak punya dosa. Kenapa Ibu lemparin?" tanya Kayli dengan mata berkaca-kaca.

"Ck! Sok ceramah lagi! Ambilin minum cepet!" titah Didah lagi tanpa menggubris ungkapan Kayli.

"Tolong Ibu minta maaf dulu, Ibu udah bener-bener keterlaluan," pinta Kayli sambil menatap sang mertua memelas namun dengan nada yang agak tinggi.

"Ada apaan sih bu?" tanya Zara yang tetiba sudah ada di bingkai pintu dapur.

"Ini si Kayli di suruh ambil minum malah gak jelas nyuruh-nyuruh minta maaf sama Ibu!" ketus Didah.

"Ibu lemparin piring yang ada nasinya. Kalo Ibu gak minta maaf, Kayli takut Ibu kena akibatnya. Gak boleh gitu sama makanan Bu," ujar Kayli membela diri.

"Yaelah! Nasi tinggal secuil juga dipermasalahin! Gajelas lu udik! Kirain gua apaan." Zara melengos kembali setelah melihat piring dan nasi yang berhamburan.

Sedangkan Didah celingukan membuka-buka kitchen set dan tudung saji di atas meja. "Tumis jamur gua mana?" tanyanya sambil menatap Kayli.

Mendengar pertanyaan Didah, Kayli menghela nafas lemah. "Bu, kan tadi udah Ibu makan," jawab Kayli apa adanya.

"Lah itu yang lu makan apaan? Lu abisin semua tumis jamurnya?" tanyanya lagi sambil menunjuk nasi dan beberapa helai jamur kuping yang berserakan di lantai.

Glek!

Kayli menelan saliva lalu menunduk lemah. "Kayli misahin tumisnya sedikit tadi Bu," jawabnya hampir berbisik.

"Ck! Trus gua makan apa nanti sore?" decak Didah.

"Masih ada mentahnya Bu. Nanti Kayli masakin lagi biar anget-anget makannya. Tukang sayurnya ngasih lebih lagi tadi," jawab Kayli sambil membersihkan nasi dan memasukkannya lagi ke atas piring.

"Ah terserah lu dah! puyeng gua ngadepin lu! Mending minum dulu vitamin biar otak fresh!" Didah melengos kembali setelah puas mencecar Kayli dengan segala masalah yang sengaja dibuat-buatnya.

***

"Kayli! Kayli sini cepetan!" teriak Zara dengan nada suara ketakutan.

Kayli yang baru saja hendak berbaring, segera berlari ke sumber suara. Yaitu kamar sang mertua. Pontang-panting ia berlari hingga tersandung kaki meja di ruang tamu lantaran panik mendengar suara Zara yang berteriak-teriak histeris. Setibanya di depan kamar sang mertua, Kayli mengetuk pintunya lalu membukanya dengan hati-hati.

"Ada apa kak?" tanya Kayli dengan ragu.

"Ada apa, ada apa! Ini liat Ibu kenapa gini?" bentak Zara sambil menunjuk sang Ibunda.

Kayli menautkan kedua alisnya melihat Zara yang tengah terduduk di sudut kamar sambil memeluk lututnya, gemetaran. Namun Kayli lebih terkejut lagi saat melihat sang mertua yang tengah terkikik tertawa menyeramkan.

"Ibu! Ibu kenapa Kak?" tanya Kayli sambil mendekati sang mertua.

Namun tetiba Didah meloncat ke atas ranjang seperti seekor kera. Sambil terus terkikik, Didah melompat-lompat di atas ranjang seolah hilang akal. Melihat hal itu, Kayli beringsut mundur.

"Ibu kenapa?" ulangnya.

"Bego! Itu namanya kesurupan!"

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku