Berbekal dendam masa lalu membuat Felix ingin memberikan kesengsaraan dalam hidup Freya, sang mantan pacar yang dulu mencampakkan dirinya. Obsesi kejam yang tanpa sadar membelenggu Felix pada masa lalunya, dan melakukan segala cara untuk kembali memilikinya. "Kamu perawan pun, aku tidak peduli!" Mampukah Freya bertahan di saat Felix menikahi wanita lain dan menjadikan dia seorang simpanan yang hanya sebagai penghangat ranjangnya?
***
"Dunia sungguh sempit."
Felix menatap Freya yang sedang melayani beberapa orang di sebuah restoran, saat weekend hotel sekaligus restoran lumayan ramai karena banyak pengunjung.
Freya mendapatkan perintah untuk mengantar makanan ke kamar VVIP, dan itu merupakan hari tersial dalam hidupnya.
"Kamu perawan pun, aku tidak
peduli!"
Freya tak bergerak sedikit pun, wanita itu memunggungi Felix yang duduk santai menyilangkan kaki dan bertelanjang dada. Lelaki itu dengan santai menyesap wine yang dia pesan untuk merayakan penderitaan Freya.
Freya hanya diam, membiarkan air mata membasahi wajah cantiknya. Tubuh polos dan tak berdaya dibalik selimut itu membuat seringai jahat tercipta di bibir Felix, beruntung sekali dia bisa menemukan Freya.
Freya Ananta, mantan pacar Felix di masa lalu, dan tentu saja lelaki itu memiliki tujuan untuk menghancurkan hidup Freya sekaligus membuatnya seperti di neraka.
"Aku tahu kamu tidak tidur, jangan berlagak paling menderita dan tersakiti. Kamu pantas menerima hal ini," cibir Felix menertawakan Freya.
Punggung polos Freya semakin bergetar, Felix yang tiada henti menghina dirinya. Lelaki itu memperkosa Freya dengan keji. Tak memberi ampun, bahkan wanita itu terus memohon tapi dia tidak peduli. Rasa sakit, dan dendam tak akan runtuh begitu saja mendengar permohonan Freya.
"Atau kamu lebih suka aku menggunakan cara kasar padamu," sindir Felix dingin.
Mendengar perkataan itu, membuat Freya berbalik dan netra miliknya menatap Felix dengan penuh benci.
"Lelaki brengsek, bajingan! Iblis!" teriak Freya emosi.
Hidup Freya yang sudah berantakan, kini tambah hancur lagi setelah bertemu dengan Felix. Niat hati ingin mengantar makanan ke kamar VVIP, tapi ternyata malah diperkosa oleh lelaki bermata dingin itu.
Sekuat tenaga Freya melawan, berusaha untuk mempertahankan kesuciannya. Yang ingin dia persembahkan pada suaminya kelak, kini terenggut paksa oleh Felix. Lelaki kejam yang memperkosanya dengan brutal dan tanpa ampun, bahkan tubuh Freya terasa remuk akibat hujaman keras dari Felix.
Felix tertawa melihat reaksi murka yang ditunjukkan Freya padanya, netra wanita itu penuh kebencian dan amarah. Tapi, tawa Felix hanya sebentar dan berganti seringai jahat yang menguasai jiwanya.
"Itu perlakuan yang pantas kamu dapatkan, jalang kecil," hina Felix berdiri, dan menunjukkan betapa gagah tubuh lelaki itu.
"Apa salahku? Kenapa kamu melakukan hal ini padaku?" teriak Freya menangis tidak terima, padahal hubungannya dengan Felix sudah berakhir lama.
Felix menyeringai, netra penuh dendam yang membara. Begitu mudah Freya mengatakan itu, apa salahku?
Semua hal tentang Freya dan keluarganya adalah sebuah kesalahan, keluarga sombong dan kejam. Hal itulah yang sangat Felix ingat hingga sekarang, bagaimana dirinya dicaci dan diinjak harga dirinya.
"Salah kamu!" hardi Felix menyambar leher Freya, membuat wanita itu membulatkan mata.
"Pura-pura bodoh memang sungguh keahlianmu, dan kamu memang lihai mempermainkan hati seseorang," seringai Felix semakin lebar menatap tubuh polos Freya.
Freya menggeleng kuat, dia tidak
menginginkan Felix memperkosa dia lagi. Tidak!
Bening krystal terus membasahi pipi, tak dapat dipungkiri kalau Freya ketakutan ketika Felix menyentuhnya dengan kasar dan tanpa ampun. Bahkan umpatan dan kata-kata kasar lelaki itu begitu membekas dihatinya, jalang, wanita kotor, hina, sampah dan masih banyak lagi hal kasar yang Felix ucapkan.
"A-ku mo-hon ja-ngan," mohon Freya yang terbata-bata akibat cengkeraman di lehernya.
Felix menghempaskan tubuh Freya dengan kasar, menindih dan kembali menggagahi tubuh wanita itu. Teriakan kesakitan dan pilu belum membuat Felix puas, rasanya sangat nikmat melihat wanita yang kita benci begitu lemah dan tak berdaya.
"Jangan diam saja, aku tahu kamu menikmati ini semua," hina Felix yang terus menghujam miliknya.
Freya menggigit bibirnya, menangis pun rasanya percuma. Felix tidak akan menghentikan siksaannya, memperlakukan dengan kasar seperti layaknya jalang yang dibayar.
Felix menghentikan hujaman nya, melihat Freya tak menatap dan memilih memalingkan wajahnya. Hal itu membuat
Felix geram, dan memegang kedua pipi wanita itu supaya menatapnya.
"Air mata kamu tidak berguna, dan tidak mempan padaku," seringai Felix menatap wajah Freya yang penuh keringat dan air mata.
Freya tak dapat menghentikan laju air matanya, tatapannya begitu sendu menatap Felix yang kini berubah menjadi lelaki bengis dan kasar. Tak ada tatapan teduh dan senyum manis lelaki itu, semuanya sudah hilang.
"Kamu akan mendapatkan balasan untuk hal ini!" hardik Freya dengan bibir bergetar.
"Balasan yang nikmat," balas Felix mencium bibir Freya dengan kasar, bahkan menggigit supaya wanita itu membuka mulutnya.
Felix tiada henti menghujam milik Freya, tiada kelembutan ataupun kenikmatan. Tubuhnya sudah lemas, dan hanya pasrah dengan yang dilakukan Felix padanya.
Felix dengan santai memakai celana pendeknya, menatap Freya yang menatap dengan kosong. Lelaki itu berjalan di dekat nakas, dan meminum alkohol yang sudah dia siapkan.
"Cukup nikmat untuk wanita seperti kamu," ujar Felix yang usai memperkosa Freya.
"Apa yang kamu inginkan dariku?" tatap Freya nanar, terisak penuh kesakitan.
"Menikah denganku dan menjadi budakku seumur hidup!" tegas Felix yang tidak akan membiarkan Freya hidup tenang.
Freya tidak menyangka Felix ingin menikahinya setelah apa yang dilakukan oleh lelaki itu. "Aku tidak sudi menikah dengan lelaki kejam sepertimu, lebih baik aku mati daripada menjadi budakmu!" seru Freya tidak terima.
"Jangan sombong, kamu tidak akan bisa lepas dariku. Sampai ujung dunia pun akan tetap aku kejar, sampai dendamku terbalaskan," jawab Felix dengan tajam, padahal ucapan tersebut penuh dengan obsesi yang ingin memiliki.
Tanpa Felix sangka, Freya memegang botol lalu dia pecahkan. Wanita berambut panjang itu mengarahkan pecahan botol tersebut pada Felix, mengancam untuk melukainya.
"Aku akan membunuhmu," teriak Freya mengayunkan botol tersebut dan mengenai lengan Felix.
"Shit!"
Felix langsung menepis tangan Freya, dan menjatuhkan pecahan botol tersebut. Amarahnya semakin tersulut dengan perbuatan Freya yang sungguh berani, wanita itu tidak berhak untuk membunuhnya.
"Aku yang berhak membunuhmu!" teriak Felix menjambak rambut Freya.
"Maka bunuhlah," tantang Freya mencoba mengabaikan rasa takutnya, menatap iris mata Felix.
Felix menyeringai jahat. "Membunuhmu akan terasa begitu mudah, aku akan membuat hidupmu menderita. Perlahan, tapi mematikan!"
"Kamu jahat," kata Freya menatap Felix.
"Jahat."
Felix ingin sekali tertawa ketika mendengar Freya mengatakan kalau dirinya, bukankah Freya yang lebih jahat di sini?
"Akan aku tunjukkan seberapa jahat diriku!" seru Felix menyeret lengan Freya tanpa mempedulikan kesakitan wanita itu.
"Lepaskan aku," balas Freya memberontak.
Sebuah tamparan dilayangkan Freya pada pipi Felix. "Aku benci kamu, Felix! Sangat benci! Dasar biadab!" teriak Freya.
"Kenapa kamu tega melakukan hal ini padaku? Kenapa?" isak Freya terjatuh lemas dan meraung keras akan nasib sial yang selalu menimpanya.
"Terkejut melihatku seperti ini? Tidak menyangka jika lelaki culun, bodoh dan naif ini bisa menghancurkan hidupmu?" ujar Felix menghampiri Freya dan mencengkeram rahangnya.
"Aku akan membalas semua kesakitan yang telah kamu dan keluargamu berikan padaku, terlebih Papa kamu yang telah membunuh Ayahku!" seru Felix naik pitam ketika mengingat bagaimana perlakuan Zidane, Papa Freya.
Freya begitu terkejut dengan perkataan Felix, dia tidak tahu tentang hal yang dituduhkan oleh lelaki itu.
Bukankah pelaku yang menabrak Ayah dari Felix sudah tertangkap, tapi kenapa lelaki itu malah menuduh Zidane.
"Tidak, papaku tidak mungkin melakukan hal itu," bantah Freya yang memang hanya sebatas itu yang dia ketahui.
"Kamu tidak mengenal Zidane seperti apa? Dia seorang pembunuh dan meski sekarang dia sudah tiada, kamu yang akan menanggung semua perbuatan dia," seringai Felix semakin jahat ketika melihat ketakutan dari raut wajah Freya.
"Tidak, aku tidak tahu apa pun. Tolong lepaskan aku," minta Freya memohon.
Freya mencoba kabur, tapi Felix tanpa beban menggendong tubuh wanita itu dan membantingnya di Ranjang. Dia terus melawan, mencoba kabur dengan segala cara.
Dan tangan Freya yang bebas meraih asbak dan memukul kepala Felix, seketika lelaki itu terjatuh. Tangannya bergetar, dan menjatuhkan asbak tersebut. Saat inilah Freya harus pergi, dan tidak muncul lagi di hadapan Felix.
Dengan terburu-buru Freya kembali memakai pakaian yang tersisa miliknya, dan mengambil jas milik Felix untuk menutupi tubuhnya.
"Sial!" umpat Felix meraba kepala sebelah kirinya berdarah.
"Freya, kamu tidak akan semudah itu lepas dariku," tekad Felix harus terlaksana.
Buku lain oleh Ryanty_tian
Selebihnya