"Kalau jalan lampu hijau, hati-hati lampu kuning, kalau kita asing, gimana?" "Udah asing kali. Gak inget ya, kita udah putus dua tahun yang lalu?" Cica, perempuan yang tahun ini menginjak kepala dua itu, harus berjumpa kembali dengan sang mantan sewaktu SMA dulu. Pertemuannya sangatlah tidak aesthetic. Di selokan--ketika Cica fokus memainkan ponsel sampai tidak melihat selokan penuh lumpur dan bau. "Es krim yang dari Cina itu apa sih namanya? Miss you gak sih?" Cica memutar kedua bola matanya, lalu mencebik kasar, "Bantuin gue naik, oy. Malah ngegombal terus. Udah kenyang gue makan janji manisnya elu, Soleh?!" Soleh--mantan Cica justru terkekeh ringan. Lelaki tersebut jongkok alih-alih membantu Cica keluar dari selokan, "Le minerale itu yang ada nangis-nangisnya dikit gak sih?" "Keinget masa lalu ya, Beb?" sambung Soleh membuat Cica menggeram, menahan emosi. "Dasar g*la," Tidak disangka, Cica menarik pergelangan tangan Soleh. Alhasil, mereka berdua sama. Iya, sama-sama kotor terkena lumpur. "Untung gue masih sayang sama elu, Ca," Soleh mencuil sedikit lumpur dan menaruhnya di pipi tirus sang mantan.
"Kenalan lagi dong, Ca. Biar lebih akrab."
Usai drama di selokan, kini mereka berdua bersih-bersih di sungai dekat rumah kosong. Agak lumayan jauh dari rumah Cica.
"Sabar. Yang cuekin gue semoga jodohnya gue," imbuhnya lagi.
Cica menyipratkan air langsung ke wajahnya Soleh, "Berisik. Sadar, ini masih sore. Nggak usah kebanyakan halu,"
"Zaman sekarang banyakin halu, Ca. Supaya jadi kenyataan,"
"Btw, nomor WhatsApp gue dibuka dong blokirannya," Cica mengabaikan ocehan Soleh.
Selesai membersihkan celana tidurnya, dia bergegas berdiri ingin segera hengkang meninggalkan Soleh. Bukan hatinya cenat-cenut lagi sehingga menimbulkan getaran cinta. Perempuan itu belum membeli pesanan Bapaknya yakni kopi juga rokok di warung.
"Ca? Demen amat cuekin gue?" Soleh tidak menyerah. Dia ikut menyusul Cica dan ... hap.
Kena sasaran.
Soleh membalikkan tubuh Cica agar menghadap ke dirinya, "Rumah onoh kosong lho, Ca,"
Cica mengangguk singkat, "Tau kok,"
"Cica dulu sama sekarang beda. Gue gak takut setan, karena elo udah jadi setan menurut gue?!"
Sakit banget loh. Sampe tembus empedu, batin Soleh.
"Ada buaya, Ca, awas," seru Soleh sambil modus memeluk erat tubuh Cica.
Nyaman.
Satu kata terucap dalam benak lelaki itu.
Kapan ya, terakhir dirinya memeluk Cica yang pelukable?
***
"Ke warung, Ca? Beli apaan dah? Roti Jepang?" Soleh bertanya secara beruntun.
"Bang Soleh??" pekik anak penjaga warung. Bocah bernama Yuna menghamburkan tubuhnya ke pelukan Soleh.
Fyi, Soleh amatlah terkenal di daerahnya Cica. Mungkin keseringan apel kali, ya, dulunya? Ada lah seminggu tiga kali. Kesayangannya bocah plus idaman emak-emak. Yah, Cica mengakui bahwasanya Soleh semacam kembar identik dengan Lee Min Hoo. Kulit putih bersih, hidung mancung macem perosotan anak TK, alis tebal, bulu mata lentik, serta mempunyai postur tubuh tinggi dan punya ABS alias six pack. Serius. Cica tidak mengada-ngada. Apalagi soal roti sobeknya. Gak sengaja dia liat perut kotak nya Soleh itu ketika cowok tersebut tengah ganti baju di dalam kelas. Nah, dia mengira tidak ada siapa-siapa. Lah dalah, rupanya Soleh sedang berganti dari baju osis ke kaus olahraga.
"Hey, kids. How are you?"
Cuih, sok Inggris. Cica mendengkus kasar, lebih baik dirinya masuk warung setelah mengucapkan salam.
Soleh udah pulang?
Alhamdulillah sih. Jadinya Cica gak darah tinggi karena sikap lelaki itu berubah. Pas dulu emang friendly, tetapi sekarang murah senyum. Tebar pesona sama murah senyum beda gak sih?
"Heiii, melamun mulu dah kerjaan elu, Ca?"
Waduh, Cica tidak sadar udah di depan pagar rumahnya. Efek memikirkan mantan jadinya ya ... wait? Suara tadi kok tidak asing ya di telinga perempuan itu?
Mendongakan kepala, dirinya hampir terpesona seketika kala Soleh membuka pintu pagar seraya tersenyum lembut.
Alamak, Pak. Tolonglah anakmu ini supaya enggak terjerat kembali oleh pesona sang mantan. Bahaya. Harus warning.
"Iya, gue ganteng, Ca. Segitu terpesona ya lo dengan wajah bak oppa Korea ... aduh,"
Soleh mengaduh kesakitan karena Cica mencubit perut six pack nya. Sakit sih tapi, nikmat dalam waktu bersamaan kalau Cica yang melakukan hal tersebut.
"Ngapain lu ke sini lagi, Soleh?!" geramnya.
"Slow, Ca. Gue mau silaturahmi sama calon mertua. Gak aneh-aneh,"
"Oh satu lagi. Bapak lo batuk-batuk terus sewaktu gue ngucap salam--- "
"Lah, gue ditinggal masa," gumam Soleh.
Apa Bapak kambuh lagi sakitnya? Batin Cica sambil berjalan cepat menuju rumah.
Bab 1 Mantan
29/05/2024
Bab 2 Masih Peduli
29/05/2024
Bab 3 Gombal
29/05/2024
Bab 4 Modus
29/05/2024
Bab 5 Bertemu Dia
29/05/2024
Bab 6 Tulus
29/05/2024
Bab 7 Pasar Malam
29/05/2024
Bab 8 Pelukan
29/05/2024
Bab 9 Pantai
29/05/2024
Bab 10 Bocah Kok Dilawan
29/05/2024
Bab 11 Gagal Move On
29/05/2024
Bab 12 Awas Ketahuan!
29/05/2024
Bab 13 Ustadz Rifa
29/05/2024
Bab 14 Mencari Kesempatan
29/05/2024
Bab 15 Minta Izin
29/05/2024
Bab 16 Wedding Hikmah
29/05/2024
Bab 17 Gelang Couple
29/05/2024
Bab 18 Rumah Sakit
29/05/2024
Bab 19 Usus Buntu
29/05/2024
Bab 20 Mau Maling Yaa!!
29/05/2024
Bab 21 Pilih Salah Satu
29/05/2024
Bab 22 Sudah Punya Calon
29/05/2024
Bab 23 Gelang 2
15/07/2024
Bab 24 Cobaan Bulan Puasa
16/07/2024
Bab 25 Berondongnya Nana
17/07/2024
Bab 26 Hampir Celaka
18/07/2024
Bab 27 Kembali Tumbang
19/07/2024
Bab 28 Keadaan Ambigu
20/07/2024
Bab 29 Singapura
21/07/2024
Buku lain oleh tyas
Selebihnya