Amanah dari Sang Ayah

Amanah dari Sang Ayah

tyas

5.0
Komentar
292
Penayangan
34
Bab

Rahel terpaksa menikah dengan seseorang yang umurnya lebih dewasa. Hanya bermodalkan foto dicetak seukuran KTP dan belum pernah ketemu. Bahkan, malam sebelum akad, Ayah tersenyum manis dan berterima kasih telah setuju menikah dengan lelaki pilihannya. Usai berpelukan pun mengecup kening Rahel, beliau menghembuskan nafas terakhirnya.

Bab 1 Pelukan Terakhir

Berjalan gontai sesekali mata menyipit karena silau terkena teriknya matahari. Badanku lelah, baju tak terbentuk, rambut dicepol asal pun ikat rambutnya mulai melorot namun si empunya acuh gak acuh. Haus. Haruskah aku mampir sebentar sekedar membeli minuman dingin. Ia rasa enggak perlu. Seluruh badanku ingin cepat-cepat rebahan di atas kasur dan segera tidur.

Sejenak memperhatikan rumah orang tuaku yang terbilang amat sederhana itu. Menghembuskan nafas, aku mulai melangkahkan kaki menuju teras depan. Menarik handle pintu tak kelupaan mengucap salam. Hanya ada sahutan dari Hamid--Ayah kandungku. Beliau sedang memasak di dapur. Entah apa yang dimasak, aku memilih masuk kamar aja.

Tanpa mencuci muka, aku terjun atas kasur sambil memeluk guling. Ayah bilang, gak baik tidur di sore hari. Namun gimana lagi, rasa lelah sudah mendominasi dan ingin menjelajahi alam mimpi.

Dua menit berlalu, suara ketukan pada pintu kamar mengganggu tidur nyenyakku. Dalam hati menggeram sudah mengganggu waktu istirahat.

"Rahel!! Buka pintunya hei! Anak gadis kok ya pemalas banget. Bangun cepet, cuci piring sekarang juga." Teriak Emma--Ibu kandungku. Padahal sudah tau, anak terakhir selalu pulang kerja di sore. Cobalah beri aku waktu untuk tidur sebentar aja.

Tidak mau teriakan Ibu terdengar sampai ke tetangga, kedua kaki mulai menapaki lantai, membukakan pintu, "Aku baru pulang. Tolong biarin istirahat sebentar." Ucapku sebelum beliau bicara.

Tampak Ibu mendecakkan lidahnya, "Gak ada waktu santai-santai. Ayah kamu udah masak, masa anak gadisnya leha-leha di kamarnya." Wajahku dibiarkan datar, "bangun tidur juga bakalan aku cuci piringnya, Bu." Nada bicara tetap biasa namun rasanya pengen mencak, mengeluarkan nada tinggi.

Istri Ayah Hamid memperlihatkan senyum sinisnya, "Contohlah Kakak kamu, Evelyn. Dia rajin solat, masak, bersih-bersih di kost-an nya." Lagian dia jauh. Siapa tau Kakaknya hanya formalitas mengirim video sedang mengepel lantai namun kenyataannya dia amatlah pemalas.

"Kuliah semester akhir kok kelamaan lulusnya," usai menyindir, aku menutup pintu kamar, melewati tubuh Ibu. Mau cuci piring. Biar mulut perempuan paruh baya itu diam, tidak mengoceh panjang lebar.

"Dari pada kamu. Lulus SMA kerjanya hanya di warteg." Langkah kakiku otomatis berhenti, "siapa yang suruh aku kerja di sana?" Membalikan fakta, berhasil membungkam bibir Ibu.

"Aku juga ingin ngerasain kuliah kayak Kakak. Tapi apa yang kudapat?" Aku menatap lurus netra Ibu, "anak bungsu seharusnya gak kuliah. Biar Evelyn aja. Anak pertama harus terlihat membanggakan." Imbuhku sama persis apa yang di ucapkannya lima tahun lalu.

"Emang benar 'kan?? Anak bungsu gak usah berpendidikan tinggi. Harus kerja bantu perekonomian keluarga." Timpalnya sukses membuat hatiku berdenyut sakit. Akhirnya luka lama telah terbuka kembali. Impianku menjadi sarjana tidak terlaksana karena keadaan.

"Kenapa diem. Gak bisa jawab lagi!" Tersenyum smirik sembari bersedekap dada, "lagian besok pagi kamu nikah. Buat apa kuliah mengejar impianmu itu. Buang-buang waktu juga uang."

Aku berbalik badan menemui Ayah yang masih di dapur, "Ayah?" Hebat. Aku enggak cengeng.

"Iya, Adek. Mau bantuin Ayah masak?" Mendekati beliau, rupanya masakannya hampir matang semua.

"Ayah masakin makanan kesukaan, Adek?" ujarku melihat makanan di atas wajan juga Ayah secara bergantian, "iya, masakan paling spesial untuk kesayangannya Ayah."

Bila Evelyn kesayangan Ibu, maka aku adalah anak kesayangannya Ayah.

"Nanti kita makan sama-sama okay?" Mengangguk pelan, gak biasanya Ayah memasak. Sebab, urusan masak, sudah ada Ibu yang atur.

Makan malam sudah selesai lima belas menit lalu. Aku melamun, merenungi ucapan Ibu tadi sore. Menggelengkan kepala, menghalau kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi kepadaku.

"Dek?" panggil Ayah mengetuk sekali pintu kamar, "boleh Ayah masuk??"

"Boleh, Yah."

Mereka berdua duduk tepi kasur. Ayah menyodorkan sebuah foto yang dicetak seukuran KTP, "Coba Adek lihat fotonya." Menurutinya, melihat foto pria dewasa memakai setelan formal juga kacamata hitam, "dia siapa?" Masih meneliti setiap lekuk wajahnya.

"Calon suaminya Adek." Tubuhku menegang, menjatuhkan foto yang katanya ... calon suamiku?

"Ayah??" Aku meminta penjelasan darinya.

"Iya, Dek." Wajah keriput senantiasa menghiasi wajahnya.

Berarti, apa yang dikatakan Ibu ... benar?

"Apa alasannya. Kenapa mendadak seperti ini??" Ayolah, aku masih muda. Masih berumur dua puluh dua tahun. Pria yang ada di foto pun, kelihatan tiga puluh tahunan bahkan lebih?

"Enggak ada alasannya. Jadi, Adek mau nggak menikah sama dia?" Ayah mengambil foto yang tak sengaja kujatuhkan, "besok. Adek akan menikah besok."

"Ayah harap, Adek mau menerimanya. Demi Ayah." Katanya menggenggam erat tangan kananku.

Maunya menolak, tapi mata Ayah memancarkan keinginan supaya aku mau menikah dengan pria pilihannya.

Mengangguk pelan membuat Ayah tersenyum manis dan berterima kasih telah setuju menikah esok hari. Berusaha tetap waras, aku membalas pelukannya. Beliau mengecup lama keningku.

"Ya sudah, Ayah mau telepon dulu sama Tuan Jay." Ayah mengelus lembut puncak kepalaku.

Baru berjalan dua langkah, tubuh Ayah mulai limbung berakhir pingsan menuai pekikan dariku pun memanggil namanya berulang-ulang.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh tyas

Selebihnya

Buku serupa

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Juliana
5.0

21+ Dia lupa siapa dirinya, dia lupa siapa pria ini dan bahkan statusnya sebagai calon istri pria lain, yang dia tahu ialah inilah momen yang paling dia tunggu dan idamkan selama ini, bisa berduaan dan bercinta dengan pria yang sangat dia kagumi dan sayangi. Matanya semakin tenggelam saat lidah nakal itu bermain di lembah basah dan bukit berhutam rimba hitam, yang bau khasnya selalu membuat pria mabuk dan lupa diri, seperti yang dirasakan oleh Aslan saat lidahnya bermain di parit kemerahan yang kontras sekali dengan kulit putihnya, dan rambut hitammnya yang menghiasi keseluruhan bukit indah vagina sang gadis. Tekanan ke kepalanya Aslan diiringi rintihan kencang memenuhi kamar, menandakan orgasme pertama dirinya tanpa dia bisa tahan, akibat nakalnya lidah sang predator yang dari tadi bukan hanya menjilat puncak dadanya, tapi juga perut mulusnya dan bahkan pangkal pahanya yang indah dan sangat rentan jika disentuh oleh lidah pria itu. Remasan dan sentuhan lembut tangan Endah ke urat kejantanan sang pria yang sudah kencang dan siap untuk beradu, diiringi ciuman dan kecupan bibir mereka yang turun dan naik saling menyapa, seakan tidak ingin terlepaskan dari bibir pasangannya. Paha yang putih mulus dan ada bulu-bulu halus indah menghiasi membuat siapapun pria yang melihat sulit untuk tidak memlingkan wajah memandang keindahan itu. Ciuman dan cumbuan ke sang pejantan seperti isyarat darinya untuk segera melanjutkan pertandingan ini. Kini kedua pahanya terbuka lebar, gairahnya yang sempat dihempaskan ke pulau kenikmatan oleh sapuan lidah Aslan, kini kembali berkobar, dan seakan meminta untuk segera dituntaskan dengan sebuah ritual indah yang dia pasrahkan hari ini untuk sang pujaan hatinya. Pejaman mata, rintihan kecil serta pekikan tanda kaget membuat Aslan sangat berhati hati dalam bermanuver diatas tubuh Endah yang sudah pasrah. Dia tahu menghadapi wanita tanpa pengalaman ini, haruslah sedikit lebih sabar. "sakit....???"

Gairah Liar Perselingkuhan

Gairah Liar Perselingkuhan

kodav
5.0

Kaindra, seorang pria ambisius yang menikah dengan Tanika, putri tunggal pengusaha kaya raya, menjalani kehidupan pernikahan yang dari luar terlihat sempurna. Namun, di balik semua kemewahan itu, pernikahan mereka retak tanpa terlihat-Tanika sibuk dengan gaya hidup sosialitanya, sering bepergian tanpa kabar, sementara Kaindra tenggelam dalam kesepian yang perlahan menggerogoti jiwanya. Ketika Kaindra mengetahui bahwa Tanika mungkin berselingkuh dengan pria lain, bukannya menghadapi istrinya secara langsung, dia justru memulai petualangan balas dendamnya sendiri. Hubungannya dengan Fiona, rekan kerjanya yang ternyata menyimpan rasa cinta sejak dulu, perlahan berubah menjadi sebuah hubungan rahasia yang penuh gairah dan emosi. Fiona menawarkan kehangatan yang selama ini hilang dalam hidup Kaindra, tetapi hubungan itu juga membawa komplikasi yang tak terhindarkan. Di tengah caranya mencari tahu kebenaran tentang Tanika, Kaindra mendekati Isvara, sahabat dekat istrinya, yang menyimpan rahasia dan tatapan menggoda setiap kali mereka bertemu. Isvara tampaknya tahu lebih banyak tentang kehidupan Tanika daripada yang dia akui. Kaindra semakin dalam terjerat dalam permainan manipulasi, kebohongan, dan hasrat yang ia ciptakan sendiri, di mana setiap langkahnya bisa mengancam kehancuran dirinya. Namun, saat Kaindra merasa semakin dekat dengan kebenaran, dia dihadapkan pada pertanyaan besar: apakah dia benar-benar ingin mengetahui apa yang terjadi di balik hubungan Tanika dan pria itu? Atau apakah perjalanan ini akan menghancurkan sisa-sisa hidupnya yang masih tersisa? Seberapa jauh Kaindra akan melangkah dalam permainan ini, dan apakah dia siap menghadapi kebenaran yang mungkin lebih menyakitkan dari apa yang dia bayangkan?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku