Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Mendadak Kaya

Mendadak Kaya

tyas

5.0
Komentar
13
Penayangan
5
Bab

"Syaratnya, kamu harus kencan satu malam dengan saya di rumah. Malam itu juga, saya akan kasih kamu uang senilai 100 juta," Bagai rezeki nomplok untuk gadis memiliki lesung pipi itu. Hanya kencan saja bukan? Di rumah pula. "Hanya menemani saya dinner, enggak lebih." Setelah dipecat dari kerjaannya, terbitlah uang menghampiri gadis tersebut. Memang, nasib itu seperti tempe, enggak ada yang tahu.

Bab 1 Sebuah Tawaran

Kepulan asap r*k*k bercampur dengan asap kendaraan yang berlalu-lalang di jalanan raya. Seorang gadis mempunyai wajah jutek itu terus saja mengh*s*p benda nik*t*n tersebut. Seolah sedang menghilangkan beban pada pikirannya.

"Arghhh, sialan," umpat Naima sambil menendang angin sepanjang jalan trotoar.

"Kabur woy, ada orang gila!" Seruan anak SD pun tidak Naima gubris. Tetap acuh gak acuh.

"Cantik-cantik stress!!" celetuk ibu-ibu memakai gamis bunga yang menyilaukan mata, mengatai Naima. Beliau rela berhenti hanya untuk menjelekan gadis tersebut? Memang ya, dunia itu sudah tua. Muka sudah keriput, rambutnya pula mungkin sudah beruban semua. Tau-tau hobi si Ibunya suka nyinyirin orang meski Naima enggak kenal sama sekali?

"Lu ngatain gue?!" Naima menjatuhkan puntung rokoknya, lalu menginjaknya secara brutal. Ia pun gak segan menendang roda belakang motor si Ibu tua yang berhasil mengusik ketenangannya.

"Dih, serem. Kayak orang psikopat," cibir beliau kembali.

Wah-wah, minta di sentil ginjalnya. Naima sudah ancang-ancang melipat lengan bajunya sampai sikut, tapi Ibu tua tadi memilih kabur dan hampir menabrak pengendara lain sangking terburu-buru.

Naima mendengkus, "Tadi enteng banget ngatain gue! Giliran diserang balik auto melempem kek kerupuk disiram air," cebiknya melanjutkan berjalan, namun tidak tentu arah.

Sudahlah!! Gadis itu sedang patah hati. Bukan. Bukan karena putus cinta atau di selingkuhin oleh sang pacar. Naima potek hatinya sebab ia dipecat dari tempat kerjaannya.

"B*ngs*t?!" umpatnya untuk yang kedua kali, kala Naima ditabrak kencang dari arah belakang.

"Sabar-sabar, tahan. Gak boleh emosi. Kalau emosi bisa hancur dunia karena khodam gue ular kobra," lirih Naima menarik nafasnya, lalu keluarkan secara perlahan.

"Maling woy?!" Naima buka pejaman matanya. Asli anjir, suaranya nyaring banget ege!! Bikin gendang telinga Naima iritasi.

"Mbak preman, bantu kejar malingnya elah!! Malah diem ngejogrog di sini. Bantu sesama manusia itu banyak pahalanya, banyak... " gadis tersebut nggak segan menginjak kaki pria setengah wanita.

"Cerewet banget lu elah!!" Kemudian Naima menyumpal mulut pria di sampingnya menggunakan bungkus rokok tanpa belas kasih.

***

"Noh, dompet berharga elu!" Naima melempar dompet kulit warna hitam polos.

Pria setengah wanita tersebut sigap menangkap dompet milik Bos nya.

Hap

Tepat sasaran.

"Jangan asal Mbak preman. Ini dompet mahal tau. Isinya kartu black card semua,"

Naima hanya manggut-manggut, "Lu ngatain gue preman... " ia sengaja menjeda ucapannya sembari menghampiri pria yang gak punya rambut sama sekali alias botak, "emangnya muka gue mirip macam preman, hah?!" gertak Naima dengan suara rendah, akan tetapi penuh ketegasan. Baru awalan. Belum ke inti pun pemanasan.

"Nama saya Cikey," ealah, lagi di gertak dia malah ngajak kenalan. Basi anjay.

"Cupu lu!" ketus Naima sambil menjitak keras jidat Cikey.

"Dompet saya mana, Key?" Bagai adegan slow motion, Naima dan Cikey kompak menoleh ke arah belakang.

Mulut Naima menganga sedikit diiringi matanya yang menyipit, silau. Sementara Cikey mengangkat tinggi-tinggi dompet kulit milik Bos nya sembari berseru kencang, "Nih, Bos dompetnya. Saya hebat 'kan udah kejar malingnya?" Idih, si Cikey ngaku-ngaku.

"Hm," dehem Bos nya. Kemudian arah pandangnya beralih pada gadis di samping asisten pribadinya.

"Mingkem. Saya tau kalau wajah saya itu ganteng,"

Naima tersadar dilanjut tawa sinisnya yang mengudara, "Gue bukannya terpana liat wajah elu yang terlihat biasa-biasa,"

Cikey sampai menutup mulutnya rapat-rapat. Dalam pikirannya, mungkin Naima berani sekali bicara lo-gue kepada Bos nya. Why? Ada yang salah?? Haruskah Naima bicara formal. No!! Itu bukan gayanya.

"Jidat elu lebar, gue silau ngeliatnya," Bos nya Cikey malu dan menahan salting.

"Btw, lu sugar daddy ya? Kenalin, gue Naima. Seorang gadis yang sudah menyelamatkan dompet elu. Dan kata dia... " ujar Naima menunjuk Cikey nampak kemerahan di wajahnya, malu sudah ketahuan berbohong, "isinya kartu black card semua," imbuhnya diam-diam tersenyum smirik.

Naima jujur. Karena ia ingin membuktikan kalau ucapan Cikey betulan atau sekedar omongan belaka.

"Kamu mau uang?" tanyanya balik.

"Why not? Sebagai balas budi, maybe??" Padahal, Naima gak perlu uang. Tabungannya sudah banyak.

Gadis itu pula enggak jaim-jaim ngupil di hadapan mereka, kemudian dihempaskan ke udara.

"Pilih yang mana?" Tak disangka-sangka. Dia sengaja membuka dompet dan memperlihatkan isinya yang ... yeah. Berapa biji dah tuh kartu black card nya?

Glek

Jiwa misquen Naima usai dipecat meronta-ronta.

"Tapi ada syaratnya," Naima pura-pura bersiul guna menutupi kekesalannya. Ketimbang ngasih duit aja pake ada syaratnya.

"Syaratnya, kamu harus kencan satu malam dengan saya di rumah. Malam itu juga, saya akan kasih kamu uang senilai 100 juta,"

Naima terbatuk-batuk, Cikey langsung mimisan.

"Tapi, Bos 'kan sudah-- " Bos nya Cikey mengangkat satu tangannya, tanda diam.

Bagai rezeki nomplok untuk gadis memiliki lesung pipi itu. Hanya kencan saja bukan? Di rumah pula.

"Hanya menemani saya dinner, enggak lebih,"

Setelah dipecat dari kerjaannya, terbitlah uang menghampiri Naima. Memang, nasib itu seperti tempe. Enggak ada yang tahu.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh tyas

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku