Sang Mantan Kembali

Sang Mantan Kembali

Sandi Agutian

5.0
Komentar
Penayangan
41
Bab

Aruna Prameswari dicap sebagai perempuan mandul setelah empat tahun menikah tanpa pernah mengandung. Tekanan keluarga semakin menjadi ketika mertuanya, yang tak pernah menyukainya, merancang berbagai cara agar sang putra menceraikannya. Hari itu, keputusan cerai akhirnya diketok. Namun tak disangka, hanya sehari setelah bebas dari pernikahan yang pahit, sebuah insiden mengubah hidup Aruna selamanya-seorang pria asing yang terpengaruh obat perangsang menerobos masuk ke kamar hotelnya. Lampu yang sengaja dipadamkan membuat Aruna tak pernah tahu siapa dia. Malam itu menjadi malam pertama yang tak pernah ia berikan pada mantan suaminya. Tiga tahun kemudian, Aruna kembali ke Canberra bersama seorang bocah laki-laki yang memiliki tatapan tajam dan senyum yang menggemaskan. Saat tak sengaja bertemu, seorang presdir muda ternama, Dion Alverado, menatap anak itu dan tanpa ragu mengaku sebagai ayahnya. Belum sempat Aruna mencerna kebenaran yang perlahan terungkap, mantan suaminya, Revan Mahadipa, kembali mendekat. Kali ini, Revan menawarkan hidup baru yang penuh kebahagiaan dan penebusan dosa. Kini Aruna dihadapkan pada pilihan paling rumit dalam hidupnya-menerima ayah biologis anaknya yang misterius itu, atau kembali ke pelukan mantan suami yang masih ia cintai.

Bab 1 menjadi saksi hancurnya hati Aruna

Hujan sore itu turun deras di Canberra, membasahi kaca jendela apartemen yang menjadi saksi hancurnya hati Aruna Prameswari.

Tangannya gemetar memegang surat keputusan cerai yang baru saja ia terima di pengadilan. Kertas itu terasa seperti pisau tipis yang menusuk lambat ke dadanya, memaksa setiap inci rasa sakit keluar bersama air mata yang selama ini ia tahan.

Empat tahun menikah dengan Revan Mahadipa, ia tak pernah menduga kisah mereka akan berakhir seperti ini. Bukan karena perselingkuhan, bukan pula karena pertengkaran yang tak kunjung usai, tapi karena satu hal-ia tidak bisa memberi keturunan.

"Aruna, kamu harus sadar. Revan butuh penerus," kata ibu mertuanya, Ratna Mahadipa, tiga bulan lalu. Nada suaranya dingin, tapi mata itu penuh kemenangan, seolah menunggu momen ini sejak awal.

Aruna masih ingat betul bagaimana ia duduk di ruang keluarga besar keluarga Mahadipa, memeluk lutut, mencoba meyakinkan mertuanya bahwa ia dan Revan masih bisa mencari solusi lain. Adopsi. Program bayi tabung. Apa saja.

Namun Ratna hanya menggeleng pelan sambil menatap Revan, lalu berkata, "Tak ada yang bisa menggantikan darah daging sendiri. Kalau kamu sayang Revan, lepaskan dia."

Kata-kata itu menancap di kepalanya hingga kini. Dan yang lebih menyakitkan-Revan, yang dulu selalu membelanya, hanya diam.

Sore ini, setelah proses sidang terakhir, Revan menemuinya sebentar di depan gedung pengadilan.

"Kamu yakin ini jalan terbaik?" tanya Aruna, suaranya hampir tak terdengar di tengah riuh hujan.

Revan menunduk, menghindari tatapannya. "Aku... nggak tahu harus bilang apa lagi. Ibu benar. Aku harus punya keluarga lengkap."

"Keluarga lengkap?" Aruna tersenyum pahit. "Jadi empat tahun ini, kita apa, Van? Hanya sepasang manusia yang menunggu waktu dibuang?"

Revan menggenggam tangannya sebentar, lalu melepaskannya. "Maaf, Aruna."

Maaf. Kata yang terlalu singkat untuk mengganti semua luka yang ia tinggalkan.

Malam itu, Aruna memutuskan menginap di sebuah hotel kecil di pusat kota. Ia tidak ingin pulang ke apartemen yang penuh dengan kenangan Revan. Semua sudut ruangan terasa seperti jebakan-meja makan tempat mereka merayakan ulang tahun pertama pernikahan, balkon tempat mereka berbicara hingga larut malam, bahkan sofa yang masih menyimpan selimut tipis pemberian Revan.

Hotel itu sederhana. Kamar 308. Ia hanya ingin tidur, menenangkan pikirannya, lalu memikirkan rencana besok.

Tapi nasib punya rencana lain.

Pukul sebelas malam, suara gaduh terdengar dari koridor. Aruna baru saja memejamkan mata ketika pintu kamarnya terbuka dengan kasar. Seseorang masuk, langkahnya tak stabil.

"Siapa-" Aruna terkejut, namun sebelum sempat berteriak, lampu padam.

Yang ia tahu, tubuhnya terperangkap di pelukan seseorang. Nafas pria itu berat, panas, dan tidak terkendali. Ada aroma alkohol yang samar bercampur dengan sesuatu yang asing-aroma manis menyengat yang membuat kulitnya merinding.

"Lepas..." suaranya tercekat. Tapi genggaman pria itu terlalu kuat.

Aruna tak tahu apa yang sedang terjadi. Ia mencoba mendorong, namun tubuhnya terasa lemah, pikirannya kacau. Semua berlangsung cepat. Ia hanya mengingat bagaimana lampu tak menyala lagi malam itu, dan wajah pria itu tetap tersembunyi dalam gelap.

Tiga tahun berlalu.

Aruna kini tinggal di pinggiran Canberra, bersama seorang bocah laki-laki berusia dua tahun setengah bernama Aiden. Anak itu memiliki rambut hitam legam dan mata cokelat tajam yang sering membuat orang berhenti sejenak untuk menatapnya.

"Aiden, ayo kita berangkat," panggil Aruna sambil merapikan kerah kemeja putihnya.

"Hari ini Mama kerja di kota?" tanya Aiden polos.

Aruna tersenyum, mengangguk. "Iya, sayang. Mama ada janji dengan klien. Nanti pulangnya kita beli es krim, ya."

Mereka berangkat naik bus menuju pusat kota. Hujan rintik kembali menemani perjalanan-seperti mengulang hari tiga tahun lalu.

Di sebuah kafe modern, Aruna duduk menunggu klien barunya. Ia kini bekerja sebagai desainer interior freelance, dan pekerjaannya mulai stabil. Namun saat pintu kafe terbuka, langkah seorang pria tinggi dengan jas hitam membuatnya menegang.

Pria itu-wajahnya terlalu sempurna, tatapannya terlalu menusuk-berhenti di depannya.

"Aruna Prameswari?" suaranya dalam, penuh wibawa.

"Iya, saya..." Aruna menatapnya bingung. "Anda-"

Tatapan pria itu bergeser pada Aiden, yang duduk sambil memegang mainan mobil kecil.

"Kau..." pria itu menunduk sedikit, memperhatikan wajah bocah itu. "Dia... anakku."

Aruna membeku. "Apa?"

"Aku Dion Alverado." Ia mengulurkan tangan, tapi tatapannya tetap pada Aiden. "Dan aku tidak butuh tes DNA untuk tahu. Dia darah dagingku."

Ucapan itu membuat semua suara di kafe lenyap dari telinga Aruna. Ingatannya langsung melayang ke malam di hotel tiga tahun lalu. Gelap. Nafas berat. Aroma asing. Dan sekarang... wajah pria ini, yang tatapannya seperti pernah menembus batas hidupnya.

Namun sebelum ia bisa berkata apa-apa, suara lain memanggil namanya dari pintu kafe.

"Aruna."

Ia menoleh-dan jantungnya seakan berhenti. Revan Mahadipa berdiri di sana, sedikit basah oleh gerimis, dengan senyum tipis yang entah mengandung penyesalan atau harapan.

"Kita perlu bicara," kata Revan.

Dion menatapnya dingin. "Sepertinya pembicaraan ini akan panjang."

Aruna sadar, hidupnya baru saja kembali masuk ke pusaran yang akan mengubah segalanya.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Sandi Agutian

Selebihnya
Cinta Yang Kau Balas Dengan Surat Cerai!

Cinta Yang Kau Balas Dengan Surat Cerai!

Romantis

5.0

Amara Lyndell sedang memasak makan malam sederhana ketika suaminya, Damien Crowhurst, dengan nada datar mengatakan bahwa mereka harus bercerai. Empat tahun lalu, keluarga Amara mengalami kebangkrutan besar yang membuat orang tuanya bunuh diri. Sebelum kakeknya meninggal, ia menitipkan Amara kepada kakek Damien, sehingga perjodohan mereka pun tak terelakkan. Sejak awal, Amara sudah mencintai Damien, namun pria itu selalu menjaga jarak. Kini, Damien menawarkan kompensasi sebesar 40 juta dolar dan sebuah penthouse di tepi Pelabuhan Ravenshore, seolah perceraian hanyalah transaksi bisnis. Meski hatinya remuk, Amara menandatangani surat cerai tanpa ragu, membuat Damien terkejut-ia selalu mengira Amara rapuh dan mudah goyah. Damien meminta Amara pindah secepat mungkin. Bahkan, pengurus rumah tangga keluarga Crowhurst mulai menunjukkan tatapan sinis kepadanya. Tak lama kemudian, muncul seorang wanita berpenampilan mewah bernama Selene Marquette. Tatapannya dingin, penuh ejekan, dan jelas menganggap Amara sebagai penghalang. Amara segera mengerti-Selene adalah pasangan baru Damien. Selene mendekat, melontarkan kata-kata merendahkan. Meski diprovokasi, Amara tetap tenang, membuat Selene semakin geram. Para pelayan rumah justru memuji Selene dan mengiringinya pergi, meninggalkan Amara sendirian. Malam itu, Amara duduk lama di kamarnya, merenungi kehidupan yang selama ini dijalani. Ia sadar, pernikahan itu hanyalah sangkar emas. Dengan tekad bulat, ia meninggalkan rumah keluarga Crowhurst dan pindah ke sebuah apartemen kecil di pinggiran kota. Untuk pertama kalinya dalam empat tahun, ia merasa napasnya bebas-meskipun kebebasan itu dibayar dengan kehilangan segalanya.

Buku serupa

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Cris Pollalis
5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Bosku Kenikmatanku

Bosku Kenikmatanku

Juliana
5.0

Aku semakin semangat untuk membuat dia bertekuk lutut, sengaja aku tidak meminta nya untuk membuka pakaian, tanganku masuk kedalam kaosnya dan mencari buah dada yang sering aku curi pandang tetapi aku melepaskan terlebih dulu pengait bh nya Aku elus pelan dari pangkal sampai ujung, aku putar dan sedikit remasan nampak ci jeny mulai menggigit bibir bawahnya.. Terus aku berikan rangsang an dan ketika jari tanganku memilin dan menekan punting nya pelan "Ohhsss... Hemm.. Din.. Desahannya dan kedua kakinya ditekuk dilipat kan dan kedua tangan nya memeluk ku Sekarang sudah terlihat ci jeny terangsang dan nafsu. Tangan kiri ku turun ke bawah melewati perutnya yang masih datar dan halus sampai menemukan bukit yang spertinya lebat ditumbuhi bulu jembut. Jari jariku masih mengelus dan bermain di bulu jembutnya kadang ku tarik Saat aku teruskan kebawah kedalam celah vaginanya.. Yes sudah basah. Aku segera masukan jariku kedalam nya dan kini bibirku sudah menciumi buah dadanya yang montok putih.. " Dinn... Dino... Hhmmm sssttt.. Ohhsss.... Kamu iniii ah sss... Desahannya panjang " Kenapa Ci.. Ga enak ya.. Kataku menghentikan aktifitas tanganku di lobang vaginanya... " Akhhs jangan berhenti begitu katanya dengan mengangkat pinggul nya... " Mau lebih dari ini ga.. Tanyaku " Hemmm.. Terserah kamu saja katanya sepertinya malu " Buka pakaian enci sekarang.. Dan pakaian yang saya pake juga sambil aku kocokan lebih dalam dan aku sedot punting susu nya " Aoww... Dinnnn kamu bikin aku jadi seperti ini.. Sambil bangun ke tika aku udahin aktifitas ku dan dengan cepat dia melepaskan pakaian nya sampai tersisa celana dalamnya Dan setelah itu ci jeny melepaskan pakaian ku dan menyisakan celana dalamnya Aku diam terpaku melihat tubuh nya cantik pasti,putih dan mulus, body nya yang montok.. Aku ga menyangka bisa menikmati tubuh itu " Hai.. Malah diem saja, apa aku cuma jadi bahan tonton nan saja,bukannya ini jadi hayalanmu selama ini. Katanya membuyarkan lamunanku " Pastinya Ci..kenapa celana dalamnya ga di lepas sekalian.. Tanyaku " Kamu saja yang melepaskannya.. Kata dia sambil duduk di sofa bed. Aku lepaskan celana dalamku dan penislku yang sudah berdiri keras mengangguk angguk di depannya. Aku lihat di sempat kagett melihat punyaku untuk ukuran biasa saja dengan panjang 18cm diameter 4cm, setelah aku dekatkan ke wajahnya. Ada rasa ragu ragu " Memang selama ini belum pernah Ci melakukan oral? Tanyaku dan dia menggelengkan kepala

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Sang Mantan Kembali
1

Bab 1 menjadi saksi hancurnya hati Aruna

13/08/2025

2

Bab 2 saling kenal

13/08/2025

3

Bab 3 tak pernah punya masalah

13/08/2025

4

Bab 4 Dari jendela apartemen

13/08/2025

5

Bab 5 Pilih salah satu. Atau kehilangan keduanya

13/08/2025

6

Bab 6 memberi isyarat agar tetap diam

13/08/2025

7

Bab 7 Aku tahu kamu masih syok

13/08/2025

8

Bab 8 membuat sarapan untuk Aiden

13/08/2025

9

Bab 9 mengubah hidup

13/08/2025

10

Bab 10 hasil tes DNA

13/08/2025

11

Bab 11 Saya tidak bermaksud mengganggu kehidupan siapa pun

13/08/2025

12

Bab 12 Gedung Pengadilan Keluarga

13/08/2025

13

Bab 13 Aruna memegang amplop

13/08/2025

14

Bab 14 tengah malam

13/08/2025

15

Bab 15 Pengakuan Raditya

13/08/2025

16

Bab 16 menjadi satu-satunya

13/08/2025

17

Bab 17 memperbaiki luka

13/08/2025

18

Bab 18 Raditya tiba lebih awal

13/08/2025

19

Bab 19 tekanan dari media

13/08/2025

20

Bab 20 Satu bulan lagi

13/08/2025

21

Bab 21 hari terakhir sidang

13/08/2025

22

Bab 22 mengenalnya

13/08/2025

23

Bab 23 kelelahan

13/08/2025

24

Bab 24 menentukan nasib

13/08/2025

25

Bab 25 ruang tamu

13/08/2025

26

Bab 26 keributan

13/08/2025

27

Bab 27 Hari ini bukan hari biasa

13/08/2025

28

Bab 28 Arah belakang

13/08/2025

29

Bab 29 pelukan Aruna

13/08/2025

30

Bab 30 justru semakin pekat

13/08/2025

31

Bab 31 Mobil yang mereka tumpangi

13/08/2025

32

Bab 32 setiap kali ia menarik

13/08/2025

33

Bab 33 berteriak jauh

13/08/2025

34

Bab 34 pikirannya tak mau tenang

13/08/2025

35

Bab 35 peristiwa semalam

13/08/2025

36

Bab 36 menyembunyikan amarahnya

13/08/2025

37

Bab 37 sekadar urusan pribadi

13/08/2025

38

Bab 38 mengancam

13/08/2025

39

Bab 39 Tidak ada suara

13/08/2025

40

Bab 40 sedikit hangat

13/08/2025