Sang Mantan Kembali
malam itu. Petir sesekali men
ng sejak tadi tergeletak di meja. Foto-foto itu terasa
n nyenyak. Pikiran tentang ancaman itu menggerogoti ketenanga
tu. Atau kehil
du
an? Atau... Aiden dan
luh malam, ponseln
dah, tapi jelas-j
dikirim dari jaringan yang sama dengan tra
berdetak cepat. "Jadi ini
in-main. Aku mau kamu dan Aiden p
melihatnya. "Aku nggak mau hidupku di
egas, nyaris memerintah. "Ini bukan soal kamu
a menelan ludah. "B
pinggiran kota. Aku akan
epat waktu. Penampilannya rapi
nya. "Om Dion!" serunya, la
lu menatap Aruna. "Kita
h dari keramaian. Bangunannya modern, dengan d
rlihat canggih-kamera, senso
on sambil menuntun mereka masuk. "Tempat ini
, meski hatinya masih diliputi resah. "Kamu y
pengkhianat di lingkaranku. Da
runa sulit tidur. Di luar, hujan kembali
ra langkah kaki di koridor. Ia keluar kamar, men
mendekati pagar,
dingin menjalar di
up masker, berdiri diam di tengah hujan, hanya menatap ke ara
anan. Ia memanggil dua orang anak buahnya, pria bertubu
an berjag
gali informasi tentang siapa y
katanya pada Aruna sore it
dia bilang nggak tahu apa-apa se
jadi dia bohong. Atau dia ng
Aiden tak diizinkan keluar, sehingga ia menghab
sedang mencuci piring, Aiden
i luar pagar. Dia ma
ucat. Dion yang mendengar dari ruang
am itu berdiri di luar paga
r gambar, dan n
ang persis sama dengan mainan favori
menyelidiki, tapi begitu merek
en erat-erat. "Kenapa mereka mel
au memaksa kamu untuk memilih. Dan ketika kamu sud
tidur. Ia keluar ke balkon
, Dion berdiri
mereka menyentuh Aiden. Bahkan kala
on. Ada sesuatu di sana-bukan hanya tekad, ta
erkata apa-apa, suara s
kita punya masalah! Seseoran