Cinta Yang Kau Balas Dengan Surat Cerai!

Cinta Yang Kau Balas Dengan Surat Cerai!

Sandi Agutian

5.0
Komentar
191
Penayangan
61
Bab

Amara Lyndell sedang memasak makan malam sederhana ketika suaminya, Damien Crowhurst, dengan nada datar mengatakan bahwa mereka harus bercerai. Empat tahun lalu, keluarga Amara mengalami kebangkrutan besar yang membuat orang tuanya bunuh diri. Sebelum kakeknya meninggal, ia menitipkan Amara kepada kakek Damien, sehingga perjodohan mereka pun tak terelakkan. Sejak awal, Amara sudah mencintai Damien, namun pria itu selalu menjaga jarak. Kini, Damien menawarkan kompensasi sebesar 40 juta dolar dan sebuah penthouse di tepi Pelabuhan Ravenshore, seolah perceraian hanyalah transaksi bisnis. Meski hatinya remuk, Amara menandatangani surat cerai tanpa ragu, membuat Damien terkejut-ia selalu mengira Amara rapuh dan mudah goyah. Damien meminta Amara pindah secepat mungkin. Bahkan, pengurus rumah tangga keluarga Crowhurst mulai menunjukkan tatapan sinis kepadanya. Tak lama kemudian, muncul seorang wanita berpenampilan mewah bernama Selene Marquette. Tatapannya dingin, penuh ejekan, dan jelas menganggap Amara sebagai penghalang. Amara segera mengerti-Selene adalah pasangan baru Damien. Selene mendekat, melontarkan kata-kata merendahkan. Meski diprovokasi, Amara tetap tenang, membuat Selene semakin geram. Para pelayan rumah justru memuji Selene dan mengiringinya pergi, meninggalkan Amara sendirian. Malam itu, Amara duduk lama di kamarnya, merenungi kehidupan yang selama ini dijalani. Ia sadar, pernikahan itu hanyalah sangkar emas. Dengan tekad bulat, ia meninggalkan rumah keluarga Crowhurst dan pindah ke sebuah apartemen kecil di pinggiran kota. Untuk pertama kalinya dalam empat tahun, ia merasa napasnya bebas-meskipun kebebasan itu dibayar dengan kehilangan segalanya.

Bab 1 memasak sendiri

Aroma bawang putih tumis bercampur wangi rosemary memenuhi dapur luas itu. Amara Lyndell berdiri di depan kompor, sendok kayu di tangannya bergerak perlahan mengaduk saus creamy yang menggelembung lembut di panci. Meski sudah empat tahun menikah, ia masih terbiasa memasak sendiri, walaupun keluarga Crowhurst memiliki lebih dari cukup staf untuk menyiapkan hidangan kelas hotel bintang lima. Memasak membuatnya merasa normal, seperti dirinya yang dulu-bukan sebagai istri seorang pria kaya yang menjaga jarak.

Suara langkah sepatu kulit terdengar dari arah pintu. Lembut, teratur, dan entah kenapa membuat jantungnya otomatis mengencang. Ia menoleh, dan mendapati Damien Crowhurst berdiri di ambang pintu dapur, setelan hitamnya rapi seperti biasa, dasi terikat sempurna, wajahnya dingin tanpa senyum.

"Amara." Suaranya rendah, datar, nyaris tanpa intonasi.

Amara tersenyum tipis, mencoba menepis kegugupan yang datang begitu saja. "Kau pulang lebih cepat. Aku hampir selesai memasak. Malam ini aku-"

"Kita perlu bicara," potong Damien, suaranya tegas.

Sendok di tangan Amara berhenti bergerak. Ia mematikan kompor sebelum menatap suaminya penuh tanya. "Bicara soal apa?"

Damien tidak mendekat. Matanya menatap lurus, dingin, seolah sedang berhadapan dengan lawan bisnis, bukan istri yang sudah empat tahun mendampinginya. "Kita bercerai."

Kata itu jatuh begitu saja di antara mereka, seperti gelas kristal yang jatuh dan pecah di lantai marmer.

Amara menatapnya, menunggu ia tertawa atau mengatakan bahwa itu hanya lelucon buruk. Tapi Damien tetap diam, kedua tangannya dimasukkan ke saku celana, tubuhnya tegap.

"Damien..." suaranya hampir tak terdengar, "Kenapa?"

"Tidak ada gunanya kita mempertahankan ini. Aku akan mengatur semua prosesnya. Kau akan mendapatkan kompensasi empat puluh juta dolar, dan penthouse di Ravenshore." Nada bicaranya masih datar, seperti sedang menawarkan kesepakatan di ruang rapat.

Amara merasakan sesak di dadanya. Ia ingat betul, empat tahun lalu, ketika keluarga Lyndell hancur. Ayahnya kehilangan segalanya di pasar saham, ibunya tak sanggup menahan rasa malu, dan keduanya memilih mengakhiri hidup. Kakeknya-satu-satunya keluarga yang tersisa-menitipkannya kepada kakek Damien sebelum meninggal. Itulah awal perjodohan mereka.

Sejak saat itu, ia jatuh cinta pada Damien. Diam-diam. Diam-diam pula ia menerima dinginnya, menerima jarak yang tidak pernah terjembatani. Ia selalu berpikir, mungkin suatu hari pria itu akan melihatnya bukan sebagai beban warisan keluarga.

Dan sekarang... semua itu berakhir seperti kontrak yang habis masa berlaku.

"Ini... cuma transaksi bisnis bagimu, ya?" tanya Amara, suaranya bergetar tapi matanya menatap lurus.

Damien menatap balik, masih tanpa ekspresi. "Aku pikir itu yang terbaik untuk kita berdua."

Amara terdiam beberapa saat, lalu mengangguk perlahan. "Baik."

Sejenak, mata Damien sedikit menyipit, seolah tak menyangka ia akan setuju secepat itu. "Kau tidak akan-"

"Aku akan menandatangani surat cerainya," potong Amara. Ia berbalik, mematikan kompor sepenuhnya, lalu mencuci sendok kayu itu di wastafel. Tangannya bergetar sedikit, tapi ia menegakkan punggungnya.

Damien menatapnya lama, namun tidak berkata apa-apa lagi sebelum meninggalkan dapur.

Dua hari kemudian, surat cerai itu sudah di meja. Amara membubuhkan tanda tangannya tanpa banyak bicara. Tangan Damien sempat berhenti di atas meja, memperhatikan. Ia tahu betapa rapuh Amara dulunya-ia pernah melihat gadis itu menangis sendirian di taman keluarga, menangis di bawah hujan saat pemakaman orang tuanya. Tapi kini, yang ia lihat adalah seseorang yang bahkan tidak menunduk saat menulis namanya di atas kertas yang memutuskan ikatan mereka.

"Kau harus pindah secepat mungkin," kata Damien, nadanya seperti memberi instruksi kerja.

Amara hanya mengangguk.

Sejak hari itu, suasana rumah keluarga Crowhurst berubah. Pengurus rumah tangga yang dulu setidaknya bersikap netral mulai menunjukkan wajah sinis. Tatapan mereka seolah berkata, kau hanya numpang, dan sekarang waktumu habis.

Pagi itu, Amara sedang memindahkan beberapa buku ke dalam koper ketika suara deru mesin mobil terdengar di luar. Tak lama, suara hak sepatu menghentak lantai marmer menyusul.

Pintu depan terbuka, dan seorang wanita berambut pirang keemasan dengan gaun biru tua memasuki rumah. Wajahnya cantik, riasan sempurna, senyum tipis menghiasi bibirnya-senyum yang tidak sampai ke mata.

"Ah, kau pasti Amara," ucapnya sambil menatap dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tatapannya membuat Amara merasa seperti sedang diukur nilainya-dan jelas hasilnya tidak memuaskan.

"Aku Selene Marquette," lanjut wanita itu. "Kau tahu siapa aku, kan?"

Amara menatapnya sesaat, lalu mengangguk. Ia sudah cukup pintar untuk mengerti. "Ya. Pasangan baru Damien."

Selene tersenyum puas, lalu berjalan mendekat, suaranya lembut tapi menusuk. "Aku cuma ingin melihat seperti apa wanita yang... berhasil bertahan di sisi Damien selama empat tahun. Jujur saja, aku kira akan lebih... mengesankan."

Di belakangnya, salah satu pelayan rumah-yang kini lebih sering mengabaikan Amara-tersenyum menyambut Selene, menawarkan minuman, memuji sepatunya.

Amara hanya berdiri tegak. "Kalau kau sudah selesai menilai, aku masih banyak yang harus dikemas."

Ekspresi Selene berubah masam. "Kau ini benar-benar tidak tahu diri, ya?"

Amara menatapnya tenang. "Mungkin. Tapi aku tahu kapan harus pergi."

Kemarahan Selene semakin terlihat. Ia berbalik, menggandeng lengan pelayan yang tadi memujinya, lalu berjalan menuju ruang tamu, meninggalkan aroma parfum mahal yang menusuk hidung.

Sore itu, Amara berdiri di depan rumah keluarga Crowhurst untuk terakhir kalinya. Dua koper besar berada di sampingnya. Sopir Damien menunggu untuk mengantarnya ke apartemen kecil yang sudah ia sewa.

Ia menoleh sekali lagi ke arah rumah besar itu. Selama empat tahun, ia mencoba membuatnya menjadi rumah... tapi nyatanya, dinding-dindingnya terlalu dingin, dan orang di dalamnya terlalu jauh untuk dijangkau.

Ketika mobil melaju keluar gerbang, ia merasakan sesuatu yang aneh-ringan di dada, meski hatinya masih perih. Kebebasan itu seperti udara segar, pahit tapi nyata. Untuk pertama kalinya sejak pernikahannya dimulai, ia merasa napasnya bukan lagi milik orang lain.

Dan mungkin... ini adalah awal dari sesuatu yang baru.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Sandi Agutian

Selebihnya

Buku serupa

Gairah Liar Perselingkuhan

Gairah Liar Perselingkuhan

kodav
5.0

Kaindra, seorang pria ambisius yang menikah dengan Tanika, putri tunggal pengusaha kaya raya, menjalani kehidupan pernikahan yang dari luar terlihat sempurna. Namun, di balik semua kemewahan itu, pernikahan mereka retak tanpa terlihat-Tanika sibuk dengan gaya hidup sosialitanya, sering bepergian tanpa kabar, sementara Kaindra tenggelam dalam kesepian yang perlahan menggerogoti jiwanya. Ketika Kaindra mengetahui bahwa Tanika mungkin berselingkuh dengan pria lain, bukannya menghadapi istrinya secara langsung, dia justru memulai petualangan balas dendamnya sendiri. Hubungannya dengan Fiona, rekan kerjanya yang ternyata menyimpan rasa cinta sejak dulu, perlahan berubah menjadi sebuah hubungan rahasia yang penuh gairah dan emosi. Fiona menawarkan kehangatan yang selama ini hilang dalam hidup Kaindra, tetapi hubungan itu juga membawa komplikasi yang tak terhindarkan. Di tengah caranya mencari tahu kebenaran tentang Tanika, Kaindra mendekati Isvara, sahabat dekat istrinya, yang menyimpan rahasia dan tatapan menggoda setiap kali mereka bertemu. Isvara tampaknya tahu lebih banyak tentang kehidupan Tanika daripada yang dia akui. Kaindra semakin dalam terjerat dalam permainan manipulasi, kebohongan, dan hasrat yang ia ciptakan sendiri, di mana setiap langkahnya bisa mengancam kehancuran dirinya. Namun, saat Kaindra merasa semakin dekat dengan kebenaran, dia dihadapkan pada pertanyaan besar: apakah dia benar-benar ingin mengetahui apa yang terjadi di balik hubungan Tanika dan pria itu? Atau apakah perjalanan ini akan menghancurkan sisa-sisa hidupnya yang masih tersisa? Seberapa jauh Kaindra akan melangkah dalam permainan ini, dan apakah dia siap menghadapi kebenaran yang mungkin lebih menyakitkan dari apa yang dia bayangkan?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Cinta Yang Kau Balas Dengan Surat Cerai!
1

Bab 1 memasak sendiri

12/08/2025

2

Bab 2 apartemen barunya

12/08/2025

3

Bab 3 mengenakan jaket kulit hitam

12/08/2025

4

Bab 4 menambah rasa was-was di dadanya

12/08/2025

5

Bab 5 genangan air di setiap sudut jalan

12/08/2025

6

Bab 6 di belakang bengkel

12/08/2025

7

Bab 7 mengemudi tanpa tergesa

12/08/2025

8

Bab 8 tempat yang dipilih Selene sendiri

12/08/2025

9

Bab 9 Sisanya dia simpan

12/08/2025

10

Bab 10 apartemen kecil yang menjadi markas

12/08/2025

11

Bab 11 Senang sekali kau bisa datang malam ini

12/08/2025

12

Bab 12 tak seorang pun bergerak turun

12/08/2025

13

Bab 13 Aku butuh semua

12/08/2025

14

Bab 14 Seberapa aman ini

12/08/2025

15

Bab 15 Amara masuk lebih dulu

12/08/2025

16

Bab 16 Dia bohong

12/08/2025

17

Bab 17 Damien sudah mengeluarkan perintah langsung

12/08/2025

18

Bab 18 Ini lokasi yang dia pilih

12/08/2025

19

Bab 19 Dia kehilangan

12/08/2025

20

Bab 20 tampak sepi

12/08/2025

21

Bab 21 tidak pernah terasa lebih terjaga

12/08/2025

22

Bab 22 Damien menghilang

12/08/2025

23

Bab 23 Hujan semalam

12/08/2025

24

Bab 24 Damien sudah berada entah di mana

12/08/2025

25

Bab 25 Aku ingin balas budi

12/08/2025

26

Bab 26 mengingatkan mereka betapa rapuhnya

12/08/2025

27

Bab 27 rencana cadangan

12/08/2025

28

Bab 28 melawan kehancuran.

12/08/2025

29

Bab 29 Hatinya berkecamuk

12/08/2025

30

Bab 30 Aku sudah mengumpulkan informasi

12/08/2025

31

Bab 31 mengingatkannya pada masa kecil

12/08/2025

32

Bab 32 tidak mampu mengusir

12/08/2025

33

Bab 33 menambah kesunyian

12/08/2025

34

Bab 34 Malam ini bukan sekadar malam biasa

12/08/2025

35

Bab 35 dia tahu bahaya

12/08/2025

36

Bab 36 suasana di markas rahasia

12/08/2025

37

Bab 37 sekaligus harapan

12/08/2025

38

Bab 38 tersembunyi

12/08/2025

39

Bab 39 nyawa yang dipertaruhkan

12/08/2025

40

Bab 40 Di ruang

12/08/2025