Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Mantan Terindah
5.0
Komentar
239
Penayangan
7
Bab

"Kehilangan kamu merupakan pukulan terberat dalam hidupku." Apa yang kamu lakukan jika mantan pacarmu tiba-tiba muncul di hadapanmu? Seseorang yang sudah meninggalkanmu tanpa alasan yang jelas dan sudah membuatmu menderita selama dua belas tahun lamanya. Ketika kamu mulai bisa melupakan rasa sakit di hatimu karena dia, orang itu justru muncul lagi setelah sekian lama. Belinda Anastasya atau Bella---aktris yang terkenal dengan peran antagonisnya---serta wanita yang dikenal sering gonta-ganti pasangan alias playgirl. Memiliki wajah yang cantik merupakan anugerah untuknya, sehingga banyak pria dari kalangan artis yang menyukainya. Bella begitu mudahnya mendapatkan pasangan serta begitu mudah mencampakannya. Bella merasa seolah takdir mempermainkan hidupnya dengan bertemu kembali dengan Rayhan Raditya---seorang CEO muda sebuah rumah produksi ternama---SG Entertainment. Bertemu kembali dengan pria yang paling dia benci dalam hidupnya merupakan sebuah bumerang untuk hidup Bella yang sudah terbiasa tanpa dia. Apalagi pada akhirnya Bella harus menerima takdir bahwa dirinya dan Rayhan terikat sebuah kontrak 'menyebalkan' yang tak bisa untuk dihindari. Sebuah pertanyaan yang sudah dikubur dalam-dalam selama dua belas tahun, kini muncul lagi di benak Bella dan membuatnya penasaran. Apa sebenarnya alasan Rayhan dulu pergi meninggalkannya?

Bab 1 Bertemu Masa Lalu

Rayhan dan Mike ada dalam satu mobil yang dikendarai oleh sopir pribadi Mike. Keduanya dalam perjalanan menuju ke rumah. Di sepanjang perjalanan, Mike tidak ada henti-hentinya menerima telepon dari semua pacar-pacarnya silih berganti.

Sementara Rayhan terlihat sibuk menatap ke luar jendela mengamati gedung-gedung tinggi yang mereka lewati sepanjang perjalanan. Di kejauhan dia juga melihat puncak Monas yang terlihat kecil karena jauhnya jarak pandang.

Rayhan tersenyum tipis. Akhirnya aku bisa pulang ke Indonesia setelah sekian lama.

"Iya, iya, nanti aku hubungi lagi. Sekarang aku lagi banyak kerjaan, nih. Aku selesein kerjaan aku dulu baru setelah itu kita ngobrol lagi. Oke? Daaa ...." Mike akhirnya melepas baterai ponselnya sambil ngedumel sendirian. "Dasar cewek. Kalau ada maunya aja, nggak bisa dikasih janji. Maunya yang cepet-cepet aja. Heran gue?"

"Emang tahun ini ada berapa cewek yang kamu pacarin?" tanya Rayhan. Rupanya topik tentang Mike dan pacarnya berhasil mengalihkan perhatian Rayhan dari gedung-gedung tinggi yang sejak tadi menjadi pusat perhatiannya.

"Ada banyak. Aku aja sampe lupa siapa aja nama mereka," jawab Mike tanpa rasa bersalah. "Hari ini juga, aku terpaksa batalin janji sama Nindy cuma buat jemput kamu ke bandara."

Rayhan tertawa geli melihat tingkah kakak sepupunya yang memang tidak berubah sama sekali dari dulu. "Umur udah 30 tahun, masih aja doyan gonta-ganti pacar."

"Ini namanya seleksi, Ray." Mike membela dirinya.

"Ya, ya."

"Oh iya, belakangan ini kenapa kamu nggak jawab telepon aku? Kamu juga nggak bales chat, nggak bales email, nggak online, dan lain-lain?" Mike menyerbu Rayhan dengan berbagai pertanyaan. "Emangnya ke mana aja kamu? Apa yang kamu lakukan di New York? Semua cewek aja nggak ada yang nggak angkat telepon dari aku, nah kamu pacar juga bukan tapi sok-sok nyuekin aku?"

"Aku sibuk. Soalnya kan aku harus nyelesein tugas-tugas aku di perusahaan sebelum aku balik ke sini. Ya maklum aja," ujar Rayhan sok sibuk.

Mike mendengkus. "Dasar. Tapi dari yang aku denger dari om Vicko, kamu dapet kerjaan baru di Jakarta, ya? Perusahaan yang mana? Perusahaan apa?"

"Emang kapan kamu ngobrol sama bokap?"

"Kemarin. Emang kamu pikir siapa yang nyuruh aku buat jemput kamu kalau bukan om Vicko?"

Rayhan melipat kedua tangannya di belakang kepala dan bersandar di kursi mobil yang empuk. "Iya. Aku dapat rekomendasi langsung dari owner perusahaan di Jakarta, buat gantiin posisi dia jadi CEO. Dan ternyata si owner ini---pak Carlo---dia juga punya perusahaan lain di Amerika. Dia milih buat pindah ke sana dan fokus ngurus perusahaan yang di New York."

Mike hanya mengangguk-angguk dan berperan sebagai pendengar.

"Mulanya aku sih, ragu-ragu apalagi harus balik ke Jakarta dan ngurus perusahaan itu. Kerjaan aku di New York udah klop banget dan aku ngerasa cocok. Sayang kalau aku harus tinggalin gitu aja. Tapi setelah aku lihat berkas-berkas perusahaannya pak Carlo, kayaknya nggak ada ruginya buat aku."

"Jadi intinya, kamu balik ke Jakarta setelah seabad lamanya di New York, karena kerjaan baru kamu yang bagus apa karena ada alasan lain?" Mike mengajukan pertanyaan yang lebih tepatnya sedang menyelidiki.

Rayhan menatap Mike bingung. Bukan bingung mau menjawab apa, tapi bingung kenapa pria playboy itu bisa mengajukan pertanyaan seperti itu padanya? Tentunya dia tidak pernah berharap akan mendapat pertanyaan serupa, apalagi dari Mike---orang yang tahu dirinya luar dalam.

"Maksud kamu, kamu berharap aku jawab kalau alasan aku balik ke Indonesia karena aku kangen sama kamu? Jangan ngimpi."

Mike tertawa sangat keras. Rayhan memang tipe-tipe orang yang paling bisa mengalihkan topik pembicaraan. "Astaga, Ray, Ray. Sensi amat? Terharu banget aku dengernya."

"Sarap," maki Rayhan. "Ya udah pasti aku balik ke sini karena kerjaan. Emangnya ada alasan yang lain?"

"Ya, siapa tahu aja, Ray. Soalnya aku heran aja, kamu rela ninggalin Sony Pictures yang udah membesarkan nama kamu buat pindah ke Jakarta. Kali aja, ada alasan yang khusus. Mau nemuin mantan pacar mungkin."

Rayhan malas menanggapi. "Nggak ada yang kayak gitu," jawabnya jutek.

"Jadi sekarang kamu kerja di mana? Apa nama perusahaan tempat kamu kerja di Jakarta?" tanya Mike kembali ke topik awal mereka karena Rayhan sepertinya tak mau membahas mengenai masalah pribadinya.

Rayhan menoleh ke arah Mike. "SG Entertainment."

Mike melotot. "SG Entertainment? Perusahaan perfilman yang terkenal itu?"

Rayhan mengangguk.

"Wah ... jadi kamu bakalan jadi CEO artis-artis juga di sini? Kamu bisa dong, nanti kenalin aku sama artis-artis cewek yang seksi-seksi?"

"Kalaupun emang ada banyak artis seksi di perusahaan aku, aku nggak bakalan ngijinin mereka buat kenal apalagi ketemu sama kamu."

"Kenapa?"

"Pasti itu bakalan bikin rugi perusahaan aku doang. Soalnya kalau para artis muda dan cantik pacaran sama kamu, pasti bakalan patah hati karena pacaran sama playboy, dan itu akan berakibat buruk pada pekerjaan mereka."

Mike sebal. Sifat menyebalkan Rayhan masih tetap mendarah daging. "Lagaknya. Udah kayak bos besar, aja."

Rayhan hanya tersenyum penuh makna. Dia tahu Mike tidak sungguh-sungguh akan berpacaran dengan artis.

***

Bella sedang jalan-jalan santai sendirian sambil berbicara dengan seseorang di telepon. Terlihat sekali dia sedang merasa kesal hari ini, maka dari itu dia putuskan untuk jalan-jalan di luar.

"Siapa lagi kalo bukan gara-gara si Nirina itu? Dia udah bikin mood aku anjlok hari ini. Lagi-lagi dia nyari masalah sama aku di lokasi syuting. Gimana nggak kesel coba aku?"

Bella terus berjalan sambil berbicara dengan asistennya. Langkah santainya tanpa sengaja sampai di sebuah taman dengan banyak pepohonan serta sepasang ayunan di tengah-tengah taman tersebut. Bella sepertinya sangat mengenali tempat itu dan juga terlihat kaget karena tiba-tiba dia bisa berada di tempat itu. Dia mengamati sekeliling.

"Lho? Ini kan taman belakang sekolah?"

"Taman belakang sekolah?" Si lawan bicara tampak kebingungan dengan gumaman Bella barusan.

"Hah? Oh, udah dulu ya, Mel. Aku masih ada urusan." Bella segera memutuskan sambungan teleponnya.

Di kejauhan tampak sebuah bagunan bertingkat dan ada beberapa murid SMA keluar-masuk bangunan yang memang adalah gedung sekolah itu. Tidak salah lagi, sekolah itu juga dulunya tempat Bella menimba ilmu saat masih remaja. Dan taman ini sangat akrab dengan Bella selama dia bersekolah di SMA.

"Kok aku bisa sampe ke sini, ya?" Bella bingung sendiri. Dia menoleh ke belakang dan ternyata dia sudah berjalan cukup jauh dari tempat parkir mobilnya. "Karena udah ke sini, mendingan aku lihat-lihat aja, deh."

Bella berjalan-jalan di taman tersebut, lebih jauh dan lebih jauh lagi. Tepatnya ke sebuah tempat yang dipenuhi pepohonan dan terkesan agak tersembunyi. Di sana dia melihat sebuah pohon besar yang sepertinya menyimpan banyak kenangan untuk Bella. Terlihat jelas bagaimana ekspresi wajah Bella ketika melihat pohon besar berdaun lebat itu.

"Ternyata udah lama banget aku nggak ke sini."

Tatapan mata Bella tiba-tiba tertuju ke satu objek. Yaitu dia melihat seorang pria berdiri di dekat pohon itu dengan posisi membelakanginya, dia juga sedang mengamati pohon berdaun lebat tersebut.

"Siapa sih, tuh? Kok ada orang di sini?"

Bella penasaran dan perlahan melangkahkan kakinya untuk lebih mendekat ke pria itu. Dia bermaksud mendekat diam-diam, tapi tanpa sengaja kakinya menginjak ranting pohon dan menimbulkan bunyi 'krosak'. Bella menghentikan langkahnya dengan muka tegang.

Pria itu sudah pasti mendengarnya, dengan rasa penuh penasaran dia perlahan memutar tubuhnya. Dan terlihatlah wajah Rayhan.

Hati Bella mendadak mencelos, tentu dia kaget melihat Rayhan. Kedua kakinya mendadak terasa lemas seolah tak mampu begitu berdiri.

Hal yang sama juga terjadi pada Rayhan. Ekspresi pria itu tampak menunjukkan keterkejutan melihat kehadiran Bella di sana.

Keduanya berdiri mematung di tempat masing-masing dan saling berpandangan lama. Mereka sama-sama tidak percaya bisa bertemu di tempat itu, dan kelihatannya memang penah terjadi sesuatu di antara mereka berdua.

"Cowok itu ...." gumam Bella.

Rayhan memandang Bella dengan ekspresi wajah sama persis seperti Bella memandangnya.

Jantung Bella berdegup kencang, kedua tangannya gemetar melihat sosok Rayhan di depan matanya. Seseorang yang tak pernah berharap akan ditemuinya, tiba-tiba hadir di depan matanya. Setelah sekian lama ....

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku