Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Dosa Terindah
5.0
Komentar
1.2K
Penayangan
25
Bab

Blurb Dosa Terindah Kisah cinta antara Andika dan Lisna yang terhalang restu orang tua. Andika yang merupakan keturunan orang kaya, mendapatkan penolakan saat meminta restu kepada kedua orang tuanya. Tapi besarnya cinta Andika, membuatnya membangkang, dan memilih kekasih hatinya dan meninggalkan kemewahan keluarganya. Namun takdir berkata lain, Andika dan Lisna terpisah kembali oleh keadaan. Dan saat mereka bertemu kembali, Lisna telah menjadi milik orang lain. Namun tak membuat seorang Andika berhenti mengejar cinta Lisna. Ia terus berjuang untuk mendapatkan wanita pujaannya. Bagaimanakah kisah cinta mereka berdua? Akankah takdir menyatukan mereka dalam ikatan cinta sejati? atau sebaliknya, mereka memang tercipta tidak untuk bersatu.

Bab 1 Lara Terpendam

Prolog Dosa terindah

"Bawa keluar gadis itu, bukankah sudah papa tegaskan berulang kali Dika! Mama papa tidak merestui kalian!" Kata pak Heru orang tua Andika.

"Tapi pa, Dika cuma mau sama Ina." Tegas Andika dengan menggenggam tangan Lisna dengan begitu erat.

"Siapa pun nama gadis itu. Papa tidak setuju, silahkan bawa keluar. Kalau kamu mau menikahi nya, silahkan cari kehidupan sendiri dan biaya sendiri. Jangan berharap sepeserpun dari uang papa!" Sahut sang Ayah lebih tegas tegas.

"Pa.."

"Diam Andika! Jangan membantah kata-kata papa lagi! Papa hanya mau hidup bersama anak yang menuruti kemauan papa. Yang membangkang silahkan angkat kaki dari rumah ini!" Pak Heru menatap wajah Andika tajam. Lisna yang tersudut hanya diam membisu. Ia meremas tangannya, rasanya ia ingin berlari namun kakinya seperti terikat beban seberat seribu ton. Tak bisa bergerak sama sekali.

"Baik jika itu titah dari papa, Andika terima. Ayo Ina kita pergi." Andika menarik lengan Lisna dan membawa keluar dari rumah besar itu.

"Kembalikan kunci mobil papa." Andika menghentikan langkahnya. Merogoh kantong celana lalu mengambil kunci mobil dan melemparkan ke meja yang berada di hadapan papa mamanya. Andika terus berjalan menggenggam tangan Lisna erat.

Bab 1

Lara Terpendam

Pagi yang indah bagi Lisna, setelah terlelap sepanjang malam bersama suami tercintanya dalam pelukan hangat penuh cinta. Matanya terbuka dengan senyuman mengembang. Ia memberikan kecupan hangat di pipi suaminya.

Danar mengerjap mendapatkan sentuhan hangat di pipinya dari sang istri. Ia menarik tubuh Lisna kembali dalam pelukan hangatnya. Lisnas tersenyum mendapati itu. Sebagai pengantin baru, Lisna sangat menikmati masa-masa indah yang membawanya ke surga kenikmatan yang selalu membuatnya terengah kelelahan.

Namun lelah itu membuatnya selalu tersenyum dan bisa melewati malam-malamnya dengan begitu nyenyak dalam dekapan hangat sang suami. Lengkungan indah dari bibirnya selalu terulas ketika sang suami mampu membuatnya melewati klimaks yang membuatnya merasa lemas dan terlena.

Dan adalah kepuasan tersendiri baginya ketika mendapatkan pelukan erat dari sang suami ketika tubuh lelakinya menegang hingga terkulai lemas dalam dekapannya. Ia akan membisikkan ucapan lembut dengan manis tepat di telinga suami.

"Aku mencintaimu Mas, terima kasih, ini enak banget. Muach."

Bisikan itu membuat tangan Danar yang sedikit gemetar akan meraup tubuh Lisna ke dalam dekapannya, hingga malam berlalu. Masa-masa yang indah yang tak ingin ia lewati sepanjang ia bersama sang suami.

Namun itu tak berlangsung lama bagi Lisna, ia mulai mendapatkan perubahan yang signifikan dari sang suami. Danar yang sejak awal pernikahan begitu manis dan romantis padanya, sedikit demi sedikit mulai berubah tak acuh padanya.

Tak jarang ia pergi sampai larut malam tanpa kabar apapun. Belum lagi ketika Lisna tak lagi diizinkan oleh suaminya memegang ponselnya. Dengan alasan, ia tak ingin ada laki-laki lain yang menghubunginya.

Satu sisi ia bahagia, karena Lisna merasa suaminya begitu mencintainya. Namun disisi lain ia sangat tersiksa, karena pekerjaannya yang membutuhkan komunikasi bersama rekan kerjanya.

Hingga suatu pagi, untuk pertama kalinya, Lisna akan ikut suaminya ke kantor sang suami untuk mengambil gajinya. Ia tak terlalu memikirkan perubahan yang terjadi pada suaminya. Ia berpikir itu hanya proses saling mengenal pasangan saja.

"Lisna kita pergi lebih pagi saja ya, biar nggak macet" kata sosok tinggi tegap yang baru tiga pekan yang lalu mengesahkan Lisna sebagai istrinya di depan penghulu.

"Iya mas, sebentar lagi Lisna siap. Kita sarapan dulu ya." jawab Lisna sambil merapikan kerudungnya. Setelah rapi Lisna menyiapkan sarapan di atas balai. Mereka menikmati makanan mereka dengan tenang.

Setelah selesai mereka pergi ke kantor Danar yang berada di kabupaten. Perjalanan mereka ditempuh sekitar dua jam dengan menggunakan kendaraan roda dua. Setelah sampai, Lisna melepas penutup kepalanya, dan meletakkan di atas motor suaminya. Sementara Danar sudah memasuki Kantor terlebih dahulu tanpa menunggu sang istri untuk diajak bersamanya.

Lisna segera berlari menyusul suaminya yang sudah sedikit jauh darinya. Karena ia tidak tahu ruangan-ruangan yang ada di kantor suaminya itu. Danar masuk ke sebuah ruangan yang ada seorang karyawan wanita duduk fokus dengan komputernya.

Semua proses tanda tangan dan lain-lain selesai. Dan mereka pun pulang. Hati Lisna begitu gembira karena membayangkan akan memegang uang dari suami tercinta untuk pertama kali setelah status lajangnya berubah menjadi seorang istri.

Sambil memikirkan apa saja yang akan Lisna lakukan dengan uang-uang itu. Bagaimana cara mengolahnya nanti. Lisna berkhayal sendiri dalam hati. Biarlah nanti mengalir sendiri, ia hanya ingin menjadi istri Sholehah. Itu yang tersemat di dalam hati dan otaknya saat ini.

Setelah hampir seratus dua puluh menit berkendara, akhirnya mereka sampai ke tempat tujuan. Namun Lisna tak memperhatikan kemana suaminya membawanya pulang. Saking sibuknya dengan angan dan khayalan, Lisna tak menyadari kalau rumah yang dituju bukan gubuk tempat mereka tinggal. Tapi rumah mertuanya Lisna atau rumah orang tua Danar.

"Kok ke rumah Mama mas?" Tanya Lisna pada Danar suaminya.

"Iya, kan duitnya harus dibagi dulu." Jawab suaminya dengan enteng.

"Hah?" Lisna terbengong.

"Maksudnya apa. Kok dibagi?" Batinnya lagi. Belum jadi Lisna bertanya, suaminya sudah masuk saja ke dalam rumah ibunya itu. Lisna pun mengekor di belakang Danar, mengikuti kemana suaminya melangkah.

"Assalamualaikum." Lisna masuk dengan salam dan senyuman.

"Waalaikumussalam." Mama mertua datang dari kantin belakang dan menyalami Lisna. Sebagai menantu yang baik Lisna pun mencium punggung tangan mertuanya takdim. Ia memilih duduk di kursi, dekat suaminya.

Beberapa menit kemudian semua berkumpul. Ada adik bungsu dari pak suami namanya Ruli dia masih SMA kelas 12, semester genap. Sebentar lagi akan memasuki ujian kelulusan. Papa mertua tidak hadir, karena beliau bekerja sebagai sopir angkot, jadi jarang sekali berada di rumah.

Setelah obrolan kosong beberapa menit. Akhirnya Danar membuka kalimatnya sambil mengeluarkan uang sebanyak tujuh juta lima ratus ribu rupiah dari tasnya. Lalu menyerahkan ke pangkuan sang Ibu, dan Marwati-Ibu Danar menerimanya dengan senyuman mengembang.

"Ma, ini uangnya dihitung dulu, silahkan di bagi." Ucap Danar dengan kepasrahannya.

Lisna terbengong, dengan apa yang ia lihat di depan matanya itu. Peraturan macam apa ini? Kenapa justru ibunya yang mendapat gaji suaminya, sementara kini status mereka jelas sudah menikah.

Batin Lisna berkecamuk, berbagai macam pertanyaan muncul dalam benaknya. Beginikah pernikahan? Mengapa tak seperti yang ia pelajari dan ia paham selama ini.

Ia hanya mengira-kira, apa ini kenyataan yang belum ia tahu, atau mereka yang belum paham hakikat nafkah itu apa. Dalam kebingungannya ia terus mengikuti alur yang sedang ia tonton. Mencari fakta yang ingin ia jabarkan satu persatu.

Ibunya tersenyum lalu mengambil uang tersebut dalam genggamannya. Dan mulai menghitung dan membagi sesuai keinginannya. Tak masuk akal bagi Lisna, namun benar bagi mereka.

"Satu juta lima ratus Mama yang pegang. Ini yang tiga juta buat persiapan adikmu kuliah, yang satu juta lima ratus lagi buat pegangan adikmu. Nah ini sisanya buat persiapan kandang lagi." sambil menyerahkan sisa yang disebutkan Ibu mertuanya lagi ke suami Lisna si Danar. Danar pun menerima uang tersebut dan menyerahkan pada Lisna.

Masih dengan terbengong-bengong Lisna menatap uang yang kini ada di pangkuannya. Ia tak menyentuh sama sekali lembaran-lembaran berwarna biru yang berserakan itu. Ia hanya menatap penuh kebingungan.

'Subhanallah' batin Lisna perih, menatap sekeliling yang tersenyum bahagia. Hanya perasaannya yang di hujani berjuta tanya tanpa jawab.

"Ambil Lisna, jangan cuman di lihat begitu." Kata Danar menarik tangan Lisna dan meletakan uang itu di tangan Lisna.

Lisna yang masih bingung itu hanya menatap nanar penuh tanya pada wajah suaminya. Belum juga memasukkan uang itu. Tiba-tiba adik perempuan Danar si Aini, gadis yang bertubuh melebar ke samping, dengan bentuk pantat yang begitu menonjol membuatnya terlihat begitu seksi.

Usianya yang sudah berusia dua puluh tahun, dan hanya bersantai di rumah bersama sang Ibu membuatnya tumbuh dengan tubuh yang semakin melebar ke samping. Namun bulu mata lentiknya di padu dengan mata bulat dan iris coklatnya itu membuatnya terlihat menarik dan cantik. Ia yang ternyata tertidur di kamarnya masuk dan berkata dengan santai sambil mengucek matanya berlenggok ke arah Lisna.

"Bagian aku mana mas?" katanya singkat, dan tangannya mengayun langsung merebut lembaran-lembaran yang tergenggam di tangan Lisna.

💦❤️ B E R S A M B U N G ❤️💦

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku