Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Mantan Tapi Menikah

Mantan Tapi Menikah

FA. Queen

5.0
Komentar
112.5K
Penayangan
138
Bab

Blurb. Reuni tahunan itu kembali mempertemukan mereka. King dan Emily. King ... sang mantan yang menyebabkan luka dalam di hati Emily. Mantan yang rasanya tidak ingin ia temui lagi nyatanya datang padanya dan malah menawarkan pernikahan. "Aku bahkan tidak akan menerimamu jika pun di dunia telah habis semua laki-laki dan hanya ada kamu." Tentu saja gadis itu menolak. Namun sebuah kejadian membuat Emily menyetujui tawaran itu. Bagaimana Emily akan menjalani kehidupannya dengan sang mantan. Ikuti kisahnya. Cekedooottt.

Bab 1 Keputusan Yang Ia Sesali

Gadis itu datang pada reuni SMA satu angkatannya. Ya, akhirnya inilah keputusannya setelah beberapa hari yakin tidak akan datang ke acara ini.

Gadis berusia dua puluh lima tahun itu duduk paling belakang di antara teman-teman yang lainnya. Jika bukan karena undangan langsung dari pemilik sekolah SMA-nya, dia tidak mungkin datang pada acara tahunan ini. Mengingat jika dia tidak begitu dianggap oleh teman-temannya. Ya, dia memang tidak terlalu akrab dengan teman-temannya sedari dia di bangku SMA dan dia memang tidak sepopuler mereka. Namun demi Pak Ezra sang pemilik sekolah, dia akhirnya datang. Gadis itu memiliki banyak hutang budi pada Pak Ezra. Sosok kebapakan yang memberinya kesempatan menerima beasiswa semasa SMA dulu.

"Hai Emily, kau datang ternyata." Sapa seorang teman wanita padanya.

Gadis yang di sapa Emily tersenyum padanya. "Hai, Ember. Iya, aku datang. Senang bertemu denganmu," jawab Emily ramah pada temannya.

Mereka kemudian saling berjabat tangan. Gadis bernama Ember duduk di samping Emily. Mereka sama-sama tidak populer saat SMA dulu.

"Kupikir aku telat datang," ucap Ember.

"Sepertinya bukan kau yang telat tetapi acaranya yang mundur," jawab Emily. Acara-acara semacam ini memang terasa membosankan bagi seseorang yang tidak memiliki teman akrab seperti Emily. Kehadirannya di sini hanya seperti penghias ruangan.

"Jam karet bukankah sudah biasa," sambung Ember. "Oh, bagaimana kabarmu, Emily? Kau kerja di mana sekarang?"

Emily dan Ember berbincang berdua di bagian barisan belakang. Sementara pada bagian depan adalah mereka-mereka yang cantik dan dulunya sangat populer di sekolah.

Tak lama, suasana semakin riuh dan beberapa bahkan terdengar histeris. Emily menatap mereka tak mengerti. Apa yang membuat mereka heboh. Batinnya.

"Hahh?! Apa aku tidak salah dengar?!" Ember berkata lebih dulu. "King akan datang pada reuni ini." Dia melanjutkan.

King? Emily segera memproses nama itu. King Absyar? Dia kah. Laki-laki yang menghancurkan hati dan hidupnya dengan sangat keji. Cih, rasanya dia tidak sudi untuk bertemu lagi dengan laki-laki itu.

Emily menatap ke arah yang lain dan menyesali keputusannya untuk datang pada undangan reuni sekolah saat ini.

Jejeran para mantan King terlihat menata rambut dan membenarkan make up mereka saat kabar kehadiran King mencuat.

Ya, ya. King adalah bintang dari segala bintang di acara hari ini. Ah, bukan hanya pada acara hari ini tetapi pada sekolah mereka dulu. King Absyar adalah laki-laki tampan putra konglomerat yang memiliki pesona luar biasa. Wajah dan status sosial membuat para wanita bertekuk lutut di bawahnya. Melemparkan diri dengan suka rela. King adalah laki-laki pujaan sejuta wanita. Termasuk Emily pada waktu itu.

Namun gadis itu berbeda dengan gadis yang lainnya. Dia menjalin kisah kasih dengan King secara rahasia. Tidak ada yang tahu jika dia dan King pernah bersama dalam ikatan pacaran. Dia menjalani kisah asmara rahasia itu selama hampir dua tahun. Pencapaian pacaran terlama King. Hingga King kedapatan berselingkuh dengan adik kelas mereka. Sejujurnya, itu bukan yang pertama tetapi entah yang keberapa kali.

Yeach ... King memang seorang playboy.

Emily mual mengingat betapa bodohnya perasannya dulu pada King. Laki-laki pengecut yang tidak memiliki perasaan. Sangat rugi beberapa hari ia menangis karena laki-laki itu.

"Kenapa tidak ada bocoran jika King akan datang." Salah satu mantan pacar King berkata. Dia masih sibuk menebali bulu matanya dengan maskara.

"Sepertinya tidak ada yang tahu tentang ini," jawab teman wanita satunya. Dia juga adalah salah satu mantan King.

"Oh, astaga. Bagaimana wajah dia sekarang. Apakah masih setampan saat SMA."

"Sepertinya lebih tampan."

"Kapan King kembali dari luar negeri?"

"Aku tidak sabar untuk bertemu dengannya."

"Dia belum menikah bukan?"

"Aku harap begitu."

"Dan semoga dia belum punya pacar."

"Hahahaaaa."

Sementara para laki-laki berbincang tentang bisnis apa yang bisa mereka kelola bersama King atau perencanaan pesta malam dengan laki-laki itu.

Perbincangan mereka berakhir saat langkah kaki terdengar dan seseorang masuk ke dalam ruangan. Semua wanita selain Emily menahan nafasnya untuk menyambut seseorang ini datang. Namun ... mereka harus kecewa karena bukan King yang datang melainkan kepala sekolah mereka. Perempuan-perempuan itu berteriak setelah tahu siapa yang datang.

"Pak Ezra ...." Teriak mereka kecewa karena ternyata yang datang adalah pemilik sekolah SMA mereka dulu. Padahal seharusnya mereka bahagia karena Pak Ezra menyempatkan diri untuk hadir di reuni ini. Namun ketenarannya kalah dengan tamu istimewa kali ini.

Pak Ezra tertawa melihat mereka semua. Kedua bola matanya menyisir ruangan dan menatap para muridnya ini. Beliau tersenyum saat melihat salah satu murid yang duduk di belakang sana. Emily. Undangannya diterima oleh gadis itu.

Emily segera berdiri dan membungkuk memberi salam saat pandangannya bertemu dengan Pak Ezra. Laki-laki ini juga yang dulu membantunya mendapatkan beasiswa saat kuliah.

Pak Ezra mengangguk sebagai jawaban. Beliau kemudian menyapa semuanya.

"Sepertinya kalian sudah mendengar jika King akan datang pada reuni kali ini." Pak Ezra berkata. Beliau berdiri dengan begitu gagah di depan semuanya.

"Iya, Pak. Apakah kabar itu benar?" Seseorang segera menjawab. Dia adalah gadis cantik yang memiliki tubuh indah salah satu mantan pacar King.

"Benar," seseorang menjawab dari pintu masuk ruangan dan seketika ruangan itu menjadi sangat ramai meneriakkan namanya. Oh, laki-laki pujaan sejuta wanita itu benar-benar datang. Ya, dia datang. Suaranya begitu berkharisma dan sangat damai.

Laki-laki itu melangkah masuk ke dalam dan berdiri di samping Pak Ezra. Kedua bola matanya segera mencari wanita yang ingin dia temui. Kedua sudut bibirnya melengkung saat ia mendapati wanita itu di sana. Seorang wanita yang menampakkan ketidak sukaan pada wajahnya.

"Hallo semuanya ...." King menyapa teman-temannya dengan ramah. Senyum menawan menghiasi kedua sudut bibirnya.

"Hay, King."

"Hallo, King."

"Senang kau bisa datang ke reuni ini, King."

"Kapan kau kembali dari luar negeri?"

Pak Ezra menenangkan mereka semua. Dia meminta panitia reuni untuk memulai acaranya.

"Duduklah di sampingku, King," seorang gadis cantik berprofesi desainer menawari King untuk duduk di sampingnya. Mereka pernah berpacaran selama dua Minggu lamanya.

King mengangguk tetapi tidak menerima tawaran itu. Dia memiliki tempat duduk istimewa di reuni ini. Ya, dia duduk di samping Pak Ezra.

Dari sini, dia bisa melihat dengan jelas wanita yang ia cari. Emily. Gadis itu menunduk. Memainkan ponselnya dan tidak tertarik untuk mengikuti acara ini.

Apakah ini kebetulan. Emily benar-benar menyesal dengan keputusannya ini.

Emily masih enggan memperhatikan ke depan. Dia lebih memilih sibuk dengan ponselnya. Itu ... Agar pandangan matanya tidak bertemu dengan King.

Laki-laki itu terlalu menyakiti hatinya. Atau ... apakah hanya dia saja yang terlalu berharap pada hubungan mereka, dulu. Bukankah Emily tahu jika King adalah seorang playboy. Jadi bukankah hal yang wajar jika King berganti-ganti pasangan, menghianatinya berulang kali dan bahkan meninggalkannya saat ia diambang keterpurukan.

Emily yang salah karena dia terlalu percaya dengan laki-laki itu. Ah, tidak. Itu tidak wajar. Seorang laki-laki haruslah memiliki kesetiaan kepada pasangannya. Emily berperang pada pikirannya sendiri.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku