Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Menikahi Mantan Pacar Teman

Menikahi Mantan Pacar Teman

Indy Shinta

5.0
Komentar
3.3K
Penayangan
80
Bab

Siapa sih yang baik-baik saja melihat gebetan justru menikahi bestie? Pria yang dicintai Mei sejak SMA, kini malah bersanding di pelaminan dengan teman dekat Mei sendiri. Dalam kepedihan Mei di tengah acara resepsi pernikahan itu, tiba-tiba saja mantan pacar si teman melamarnya. Juna. Mapan dan cukup tampan untuk ditolak. Akan tetapi, Mei tahu pria itu sama seperti dirinya yang masih patah hati dan belum bisa move on. "Menikah tanpa cinta, bukan berarti tak bisa bikin kita bahagia, Mei. Just have fun with me." Juna berkata dengan sorot kesungguhan jelang pernikahan mereka. Namun, benarkah begitu? Bisakah pernikahan itu menyembuhkan keduanya? Atau, justru menambah luka baru?

Bab 1 Lamaran Gila

"Four ...!"

"Three ...!"

"Two ...!"

Semua bersorak. Teriak serentak. Menghitung mundur dengan penuh penantian kala si pengantin wanita berdiri membelakangi stage, bersiap melempar buket bunga pengantinnya. Terutama bridesmaids sudah mulai saling sikut, tak sabar untuk saling rebut.

Namun tidak dengan Mei. Meski bibir wanita itu tersenyum, tetapi senyum itu tak mencapai matanya yang menyorot suasana itu dengan sendu. Meski begitu dia tetap bergabung dalam barisan besties yang berseragam kebaya merah terang.

"Gooo!"

Semua tanganpun melambai-lambai ke atas, siap menangkap disertai pekikan heboh. Tetapi. Semua kemudian terdiam. Semuanya bengong. Si pengantin wanita justru berbalik badan, mengulurkan buket bunga pengantin yang ditunggu-tunggu banyak orang itu kepada seorang lelaki yang berlari-lari kecil menghampiri untuk mengambilnya. Menciptakan berbagai tanya yang menggantung dalam pikiran semua orang yang melihatnya.

Dan ... tiba-tiba saja, lelaki itu dengan gentle membungkuk di depan Mei seraya berkata, "Meilani, will you marry me?" sambil mengulurkan buket bunga itu padanya.

Mei terperangah. Tak mengira Juna bakal bertindak sampai seperti ini.

Lelaki bernama Juna itupun menyeringai kecil dengan salah satu alis terangkat. Masih membungkuk dan menyodorkan bunga. Menantinya.

Seketika ballroom hotel diriuhkan teriakan orang-orang dalam satu ketukan irama komando.

"Yes!"

"Yes!"

"Yes!"

"Yes!"

Tepukan meriah dan siulan orang-orangpun saling bersahutan ramai kala tangan Mei akhirnya terulur jua, menerima buket bunga itu. Juna pun berdiri. Mengeluarkan sesuatu dari saku celananya dan meraih tangan kiri Mei. Lalu memasang cincin belah rotan bermata berlian yang berkilau cantik di jari manis wanita itu.

Mei berkedip-kedip, tatapannya beralih dari cincin itu ke wajah Juna yang tiba-tiba saja bergerak mendekat secepat kilat. Dan mendelik saat bibirnya terasa hangat di bawah kecupan Juna yang sedang mencuri ciumannya.

"Fans service," bisik Juna di tengah jeritan ramai orang-orang yang menyoraki mereka.

Mei menelan ludah dan memalingkan wajah. Tatapannya pun membentur si pengantin pria yang berdiri di atas pelaminan sana, yang tak lain adalah Kevin. Pria itu tengah menatapnya setajam elang. Mengoyak perasaan Mei dengan ketidaknyamanan. Secepat kilat Mei pun mengalihkan tatapannya kepada Juna.

Juna justru menertawakan wajah Mei yang semerah tomat. "Jangan bilang kalau ... ini first kiss elu?" bisik cowok itu terdengar begitu meledek.

"Shut up," desis Mei seraya berjinjit dan merangkul leher Juna. Membuat pria itu mematung kala sekonyong-konyong Mei melumat bibirnya yang menganga kaget.

Sekilas Juna melirik ke arah pelaminan, menangkap ekspresi sang pengantin wanita, yang tak lain mantan kekasihnya. Di sana, Raya terbelalak tak percaya sambil mencengkeram lengan Kevin yang juga terlihat jengah memalingkan wajah. Membuat Juna bersorak menang dalam hatinya, kemudian dia berbisik disela-sela ciumannya, "Good job, Mei."

***

Dua jam sebelumnya,

Mei berbaur dalam suasana pesta yang sudah selayaknya dipenuhi dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Namun tidak dengan perasaannya kini. Entah sudah yang keberapa kali Mei mencuri tatap ke pelaminan dengan sorot sendu. Memandangi Kevin. Pria itu tampak begitu menawan dan gagah dalam balutan jas mahalnya. Bersisian dengan Raya yang begitu cantik, secantik gaun pengantinnya saat ini.

"Mereka cocok banget ya? Serasi," celetuk Sarah yang diamini teman-temannya. Lalu keempat bridesmaid berseragam kebaya merah terang itu mulai membicarakan tekad mereka untuk saling rebut buket bunga pengantin dari Raya nanti, biar yang mendapatkan bisa lekas menyusul kawin. 'Siapa tahu mitos itu jadi kenyataan?' Begitu harapan mereka.

Mei ikut tertawa palsu bersama teman-temannya yang lain meski perasaannya berantakan. Kevin adalah cinta satu-satunya, yang sampai kini bertahta di hatinya. Namun, bukan salah pria itu yang pilih melabuhkan hatinya kepada Raya, sebab tiada komitmen apa-apa antara Kevin dengan Mei. Bahkan mungkin Kevin tak peduli bagaimana jantung Mei berdebar dalam setiap momen kebersamaan mereka.

Mei masih ingat rasanya. Saat Raya melempar bom itu padanya di sebuah acara reuni 2 minggu yang lalu. "Mei, ini undangan buat elu. Gue sama Kevin mo merit, elu wajib datang. Elu mau kan jadi bridesmaid gue?" ucap Raya dengan ceria, berbanding terbalik dengan Mei yang seketika memucat.

Tak ada angin, tak ada hujan. Lalu. Dari manakah badai ini datang?

"M-memangnya ...," Mei menelan ludah pahit, "sejak kapan elu sama Kevin jadian?"

Raya tersenyum simpul. "Actually, kami tunangan setahun lalu di Amrik. Kami mulai dekat sejak kuliah bareng di kampus yang sama di sana."

Pengakuan Raya terasa mencekik Mei hingga sulit berkata-kata. Komunikasinya dengan Raya memang tersendat sejak Raya melanjutkan study pasca sarjananya di Amerika. Dan kesibukan membuat keduanya menjadi sulit bertemu sekembalinya Raya ke Jakarta beberapa bulan lalu.

Mei terlalu terkejut sampai lupa memberi selamat. Tatapannya menelusuri undangan cantik nan wangi di tangannya. Jantungnya dipecut nyeri mendapati foto prewed Raya dan Kevin yang begitu mesra. Mei mengabaikan sosok Raya dalam foto itu, perhatiannya tertuju lurus-lurus pada wajah Kevin yang sedang tersenyum dengan teramat manis. Rahang tegas dan belahan dagunya yang khas, menyihir Mei dengan kekaguman seperti biasa. Mei pun membaca baris demi baris kalimat dalam undangan itu. Dan tatapannya terhenti, tertancap pada nama Kevin Febrian yang terukir indah dalam tinta emas. Seindah ukiran perasaan Mei terhadap pria itu selama ini.

Tiba-tiba mata Mei terasa memanas. Sebelum air mata benar-benar menetes dan mempermalukan dirinya di depan Raya dan teman-teman, Mei lekas menyingkir menuju restroom. Lalu membasuh wajahnya dengan air kran. Mei mati-matian menahan. Tapi, air mata sialan itu meluncur juga. Bersama setiap nyeri yang menggigiti hati. Dan hari ini ..., rasa nyeri itu kian terasa menjadi.

"I know, Mei. Lu pernah ada something kan sama Kevin? So, kita senasib sekarang. Right?" tembak Juna yang tiba-tiba berdiri di sampingnya, membuat Mei terbatuk-batuk kaget.

"Sorry ...? What do you talking about?" Mei mencoba mengelak dari ucapan Juna, si cowok berisik yang kerap membuntuti dan menyogoknya dengan aneka coklat semasa SMA, demi sekulik info tentang Raya. Ya. Juna adalah penggemar berat Raya sejak dulu. Harusnya Mei iba mengingat betapa bucinnya Juna kepada Raya, tetapi pria itu tetap membesarkan hatinya untuk hadir di sini. Tetapi Mei jadi kesal karena Juna mengungkit-ungkit tentang dirinya dan Kevin.

"Mata itu jendela hati, Mei. You show it too clear. So I know, everybody know. Pernikahan ini menghancuranmu."

Kata-kata Juna bagai panah yang menancap telak ke jantung Mei. Seketika kakinya gemetar. Sejelas itukah?

Seakan bisa mendengar isi pikiran Mei, Juna bergerak mendekatinya dan berkata. "I feel you, Mei. Posisi kita sama. Kita sama-sama dicampakkan. Kevin tahu banget elu masih suka sama dia. Raya juga tahu gue masih suka sama dia. Di mata mereka, kita ini pecundang. So, gimana kalau kita bersekutu? Come on, kita tunjukin ke mereka kalau kita udah move on and happy together. Bukankah tampak bahagia itu pembalasan dendam terbaik?"

"Ckckck. Teori dari Hongkong!" ketus Mei sambil beranjak pergi.

Juna mencekal lengan Mei. "I will pay you," ucapnya membuat wanita itu terpaku di tempat. Lalu pria itu merundukkan kepala dan membisikkan sesuatu ke telinga Mei.

***

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Indy Shinta

Selebihnya
Pasutri Jadi-Jadian

Pasutri Jadi-Jadian

Romantis

0

Jaka dan Nuning bersahabat sejak kelas 4 SD. Cuma sahabat. Jaka tak pernah berpikir menikahi Nuning meskipun cuma dalam mimpi. Nuning itu gesreknya 'naudzubillah' dan sama sekali bukan tipenya. Cewek itu cuma cocok dijadikan 'partner in crime' mencuri mangganya Mbah Surip, atau dijadikan umpan pemancing keributan di kelas untuk melancarkan aksi bolosnya. Tapi demi apa, tak ada angin tiada hujan, tiba-tiba saja Nuning minta dinikahi selulusnya mereka dari SMA. Ternyata. Alasannya ngehek banget! "Biar orangtuaku ngijinin aku pindah ke Jakarta bareng kamu, Jak. Aku kan nggak mau selamanya jadi orang kampung!" Sial. Kemerdekaan Jaka sebagai jomblo langsung dihabisi. Nuning bikin pengumuman di sekolah bahwa Jaka itu calon suaminya. Bikin Jaka mati pasaran di depan gebetannya. Makin ditolak, Nuning makin brutal mengejar Jaka macam banteng lihat kain merah. Bahkan cewek gebetan Jaka pun tak luput jadi sasaran. Namun, Jaka tak sudi menyerah, pokoknya Nuning pilihan terakhir baginya kalau sudah tak ada lagi cewek yang bisa dinikahinya di bumi. Titik! Tapi, bukan Nuning namanya kalau menyerah begitu saja. Jaka adalah tiket emasnya ke Jakarta. Iapun mengerahkan jurus 'pepet, dempet, srempet' untuk mendapatkannya. Ternyata, Jaka sama tangguhnya. Cowok itu gesit licin bagai belut menghindarinya. Lalu tiba-tiba menghilang. Nuning ugal-ugalan mencarinya, namun Jaka tiada ditemukan. Saat Nuning menyerah, tiba-tiba saja Jaka kembali muncul di depannya dan berkata, "Oke, kita nikah!" Wah! Apa sih yang membuat Jaka tiba-tiba mau menikahinya? Ah. Nuning tak peduli! Pokoknya menikah saja dulu, soal cinta urusan belakangan!

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Menikahi Mantan Pacar Teman
1

Bab 1 Lamaran Gila

26/07/2023

2

Bab 2 Demi Gengsi dan Harga Diri

26/07/2023

3

Bab 3 Meilani

26/07/2023

4

Bab 4 Sapi Perah

26/07/2023

5

Bab 5 Tawaran Mengejutkan

26/07/2023

6

Bab 6 Mei, are you oke

26/07/2023

7

Bab 7 Cubitan Bestie

26/07/2023

8

Bab 8 Simpati Berbuah Benci

26/07/2023

9

Bab 9 Awas, Naksir!

26/07/2023

10

Bab 10 Do you have boyfriend

26/07/2023

11

Bab 11 Sebuah Improvisasi

27/07/2023

12

Bab 12 Diteror Perjodohan

27/07/2023

13

Bab 13 I'll be there for you

27/07/2023

14

Bab 14 Pagi yang Manis

27/07/2023

15

Bab 15 Kencan Pertama

27/07/2023

16

Bab 16 Dalam Pertengahan Kencan

27/07/2023

17

Bab 17 Pacar Berondong

27/07/2023

18

Bab 18 Maybe Oneday

27/07/2023

19

Bab 19 Sharing is Caring

27/07/2023

20

Bab 20 Better You Run

27/07/2023

21

Bab 21 Menghadap CEO

02/08/2023

22

Bab 22 You're Special to Him

02/08/2023

23

Bab 23 Waktu yang Salah

03/08/2023

24

Bab 24 Pekerjaan Baru

03/08/2023

25

Bab 25 Sugar Daddy

05/08/2023

26

Bab 26 Kecantikan yang Bersinar Terang

07/08/2023

27

Bab 27 Ungkapan Cinta yang Terlambat

16/08/2023

28

Bab 28 Sabotase

18/08/2023

29

Bab 29 Kotak Kondom

21/08/2023

30

Bab 30 Penghakiman Menjengkelkan

24/08/2023

31

Bab 31 Not a Good Guy

30/08/2023

32

Bab 32 Tak Berhak Untuk Rasa Ini

05/09/2023

33

Bab 33 Kena Pinalty

05/09/2023

34

Bab 34 Rindu yang Terpendam

12/09/2023

35

Bab 35 Cinta Pertama

12/09/2023

36

Bab 36 Tinggallah Masa Lalu

12/09/2023

37

Bab 37 Don't Leave Me

12/09/2023

38

Bab 38 Hati yang Gelisah

12/09/2023

39

Bab 39 Ancaman 1 Miliar

12/09/2023

40

Bab 40 Rahasia Umum

12/09/2023