Siapa sih yang baik-baik saja melihat gebetan justru menikahi bestie? Pria yang dicintai Mei sejak SMA, kini malah bersanding di pelaminan dengan teman dekat Mei sendiri. Dalam kepedihan Mei di tengah acara resepsi pernikahan itu, tiba-tiba saja mantan pacar si teman melamarnya. Juna. Mapan dan cukup tampan untuk ditolak. Akan tetapi, Mei tahu pria itu sama seperti dirinya yang masih patah hati dan belum bisa move on. "Menikah tanpa cinta, bukan berarti tak bisa bikin kita bahagia, Mei. Just have fun with me." Juna berkata dengan sorot kesungguhan jelang pernikahan mereka. Namun, benarkah begitu? Bisakah pernikahan itu menyembuhkan keduanya? Atau, justru menambah luka baru?
"Four ...!"
"Three ...!"
"Two ...!"
Semua bersorak. Teriak serentak. Menghitung mundur dengan penuh penantian kala si pengantin wanita berdiri membelakangi stage, bersiap melempar buket bunga pengantinnya. Terutama bridesmaids sudah mulai saling sikut, tak sabar untuk saling rebut.
Namun tidak dengan Mei. Meski bibir wanita itu tersenyum, tetapi senyum itu tak mencapai matanya yang menyorot suasana itu dengan sendu. Meski begitu dia tetap bergabung dalam barisan besties yang berseragam kebaya merah terang.
"Gooo!"
Semua tanganpun melambai-lambai ke atas, siap menangkap disertai pekikan heboh. Tetapi. Semua kemudian terdiam. Semuanya bengong. Si pengantin wanita justru berbalik badan, mengulurkan buket bunga pengantin yang ditunggu-tunggu banyak orang itu kepada seorang lelaki yang berlari-lari kecil menghampiri untuk mengambilnya. Menciptakan berbagai tanya yang menggantung dalam pikiran semua orang yang melihatnya.
Dan ... tiba-tiba saja, lelaki itu dengan gentle membungkuk di depan Mei seraya berkata, "Meilani, will you marry me?" sambil mengulurkan buket bunga itu padanya.
Mei terperangah. Tak mengira Juna bakal bertindak sampai seperti ini.
Lelaki bernama Juna itupun menyeringai kecil dengan salah satu alis terangkat. Masih membungkuk dan menyodorkan bunga. Menantinya.
Seketika ballroom hotel diriuhkan teriakan orang-orang dalam satu ketukan irama komando.
"Yes!"
"Yes!"
"Yes!"
"Yes!"
Tepukan meriah dan siulan orang-orangpun saling bersahutan ramai kala tangan Mei akhirnya terulur jua, menerima buket bunga itu. Juna pun berdiri. Mengeluarkan sesuatu dari saku celananya dan meraih tangan kiri Mei. Lalu memasang cincin belah rotan bermata berlian yang berkilau cantik di jari manis wanita itu.
Mei berkedip-kedip, tatapannya beralih dari cincin itu ke wajah Juna yang tiba-tiba saja bergerak mendekat secepat kilat. Dan mendelik saat bibirnya terasa hangat di bawah kecupan Juna yang sedang mencuri ciumannya.
"Fans service," bisik Juna di tengah jeritan ramai orang-orang yang menyoraki mereka.
Mei menelan ludah dan memalingkan wajah. Tatapannya pun membentur si pengantin pria yang berdiri di atas pelaminan sana, yang tak lain adalah Kevin. Pria itu tengah menatapnya setajam elang. Mengoyak perasaan Mei dengan ketidaknyamanan. Secepat kilat Mei pun mengalihkan tatapannya kepada Juna.
Juna justru menertawakan wajah Mei yang semerah tomat. "Jangan bilang kalau ... ini first kiss elu?" bisik cowok itu terdengar begitu meledek.
"Shut up," desis Mei seraya berjinjit dan merangkul leher Juna. Membuat pria itu mematung kala sekonyong-konyong Mei melumat bibirnya yang menganga kaget.
Sekilas Juna melirik ke arah pelaminan, menangkap ekspresi sang pengantin wanita, yang tak lain mantan kekasihnya. Di sana, Raya terbelalak tak percaya sambil mencengkeram lengan Kevin yang juga terlihat jengah memalingkan wajah. Membuat Juna bersorak menang dalam hatinya, kemudian dia berbisik disela-sela ciumannya, "Good job, Mei."
***
Dua jam sebelumnya,
Mei berbaur dalam suasana pesta yang sudah selayaknya dipenuhi dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Namun tidak dengan perasaannya kini. Entah sudah yang keberapa kali Mei mencuri tatap ke pelaminan dengan sorot sendu. Memandangi Kevin. Pria itu tampak begitu menawan dan gagah dalam balutan jas mahalnya. Bersisian dengan Raya yang begitu cantik, secantik gaun pengantinnya saat ini.
"Mereka cocok banget ya? Serasi," celetuk Sarah yang diamini teman-temannya. Lalu keempat bridesmaid berseragam kebaya merah terang itu mulai membicarakan tekad mereka untuk saling rebut buket bunga pengantin dari Raya nanti, biar yang mendapatkan bisa lekas menyusul kawin. 'Siapa tahu mitos itu jadi kenyataan?' Begitu harapan mereka.
Mei ikut tertawa palsu bersama teman-temannya yang lain meski perasaannya berantakan. Kevin adalah cinta satu-satunya, yang sampai kini bertahta di hatinya. Namun, bukan salah pria itu yang pilih melabuhkan hatinya kepada Raya, sebab tiada komitmen apa-apa antara Kevin dengan Mei. Bahkan mungkin Kevin tak peduli bagaimana jantung Mei berdebar dalam setiap momen kebersamaan mereka.
Mei masih ingat rasanya. Saat Raya melempar bom itu padanya di sebuah acara reuni 2 minggu yang lalu. "Mei, ini undangan buat elu. Gue sama Kevin mo merit, elu wajib datang. Elu mau kan jadi bridesmaid gue?" ucap Raya dengan ceria, berbanding terbalik dengan Mei yang seketika memucat.
Tak ada angin, tak ada hujan. Lalu. Dari manakah badai ini datang?
"M-memangnya ...," Mei menelan ludah pahit, "sejak kapan elu sama Kevin jadian?"
Raya tersenyum simpul. "Actually, kami tunangan setahun lalu di Amrik. Kami mulai dekat sejak kuliah bareng di kampus yang sama di sana."
Pengakuan Raya terasa mencekik Mei hingga sulit berkata-kata. Komunikasinya dengan Raya memang tersendat sejak Raya melanjutkan study pasca sarjananya di Amerika. Dan kesibukan membuat keduanya menjadi sulit bertemu sekembalinya Raya ke Jakarta beberapa bulan lalu.
Mei terlalu terkejut sampai lupa memberi selamat. Tatapannya menelusuri undangan cantik nan wangi di tangannya. Jantungnya dipecut nyeri mendapati foto prewed Raya dan Kevin yang begitu mesra. Mei mengabaikan sosok Raya dalam foto itu, perhatiannya tertuju lurus-lurus pada wajah Kevin yang sedang tersenyum dengan teramat manis. Rahang tegas dan belahan dagunya yang khas, menyihir Mei dengan kekaguman seperti biasa. Mei pun membaca baris demi baris kalimat dalam undangan itu. Dan tatapannya terhenti, tertancap pada nama Kevin Febrian yang terukir indah dalam tinta emas. Seindah ukiran perasaan Mei terhadap pria itu selama ini.
Tiba-tiba mata Mei terasa memanas. Sebelum air mata benar-benar menetes dan mempermalukan dirinya di depan Raya dan teman-teman, Mei lekas menyingkir menuju restroom. Lalu membasuh wajahnya dengan air kran. Mei mati-matian menahan. Tapi, air mata sialan itu meluncur juga. Bersama setiap nyeri yang menggigiti hati. Dan hari ini ..., rasa nyeri itu kian terasa menjadi.
"I know, Mei. Lu pernah ada something kan sama Kevin? So, kita senasib sekarang. Right?" tembak Juna yang tiba-tiba berdiri di sampingnya, membuat Mei terbatuk-batuk kaget.
"Sorry ...? What do you talking about?" Mei mencoba mengelak dari ucapan Juna, si cowok berisik yang kerap membuntuti dan menyogoknya dengan aneka coklat semasa SMA, demi sekulik info tentang Raya. Ya. Juna adalah penggemar berat Raya sejak dulu. Harusnya Mei iba mengingat betapa bucinnya Juna kepada Raya, tetapi pria itu tetap membesarkan hatinya untuk hadir di sini. Tetapi Mei jadi kesal karena Juna mengungkit-ungkit tentang dirinya dan Kevin.
"Mata itu jendela hati, Mei. You show it too clear. So I know, everybody know. Pernikahan ini menghancuranmu."
Kata-kata Juna bagai panah yang menancap telak ke jantung Mei. Seketika kakinya gemetar. Sejelas itukah?
Seakan bisa mendengar isi pikiran Mei, Juna bergerak mendekatinya dan berkata. "I feel you, Mei. Posisi kita sama. Kita sama-sama dicampakkan. Kevin tahu banget elu masih suka sama dia. Raya juga tahu gue masih suka sama dia. Di mata mereka, kita ini pecundang. So, gimana kalau kita bersekutu? Come on, kita tunjukin ke mereka kalau kita udah move on and happy together. Bukankah tampak bahagia itu pembalasan dendam terbaik?"
"Ckckck. Teori dari Hongkong!" ketus Mei sambil beranjak pergi.
Juna mencekal lengan Mei. "I will pay you," ucapnya membuat wanita itu terpaku di tempat. Lalu pria itu merundukkan kepala dan membisikkan sesuatu ke telinga Mei.
***
Bab 1 Lamaran Gila
26/07/2023
Bab 2 Demi Gengsi dan Harga Diri
26/07/2023
Bab 3 Meilani
26/07/2023
Bab 4 Sapi Perah
26/07/2023
Bab 5 Tawaran Mengejutkan
26/07/2023
Bab 6 Mei, are you oke
26/07/2023
Bab 7 Cubitan Bestie
26/07/2023
Bab 8 Simpati Berbuah Benci
26/07/2023
Bab 9 Awas, Naksir!
26/07/2023
Bab 10 Do you have boyfriend
26/07/2023
Bab 11 Sebuah Improvisasi
27/07/2023
Bab 12 Diteror Perjodohan
27/07/2023
Bab 13 I'll be there for you
27/07/2023
Bab 14 Pagi yang Manis
27/07/2023
Bab 15 Kencan Pertama
27/07/2023
Bab 16 Dalam Pertengahan Kencan
27/07/2023
Bab 17 Pacar Berondong
27/07/2023
Bab 18 Maybe Oneday
27/07/2023
Bab 19 Sharing is Caring
27/07/2023
Bab 20 Better You Run
27/07/2023
Bab 21 Menghadap CEO
02/08/2023
Bab 22 You're Special to Him
02/08/2023
Bab 23 Waktu yang Salah
03/08/2023
Bab 24 Pekerjaan Baru
03/08/2023
Bab 25 Sugar Daddy
05/08/2023
Bab 26 Kecantikan yang Bersinar Terang
07/08/2023
Bab 27 Ungkapan Cinta yang Terlambat
16/08/2023
Bab 28 Sabotase
18/08/2023
Bab 29 Kotak Kondom
21/08/2023
Bab 30 Penghakiman Menjengkelkan
24/08/2023
Bab 31 Not a Good Guy
30/08/2023
Bab 32 Tak Berhak Untuk Rasa Ini
05/09/2023
Bab 33 Kena Pinalty
05/09/2023
Bab 34 Rindu yang Terpendam
12/09/2023
Bab 35 Cinta Pertama
12/09/2023
Bab 36 Tinggallah Masa Lalu
12/09/2023
Bab 37 Don't Leave Me
12/09/2023
Bab 38 Hati yang Gelisah
12/09/2023
Bab 39 Ancaman 1 Miliar
12/09/2023
Bab 40 Rahasia Umum
12/09/2023
Buku lain oleh Indy Shinta
Selebihnya