Menikahi Mantan Pacar Teman
suki kamar saat po
o, J
mpai rum
ngar pertanyaan Juna. Sudah sangat lama tiada orang ya
ja samp
aja sampai? Yan
h mendengar suara
gue pulang tadi. Nih buktinya, cuma dengar gue ba
a, Mei? Padahal tiap hari lu
um a
s menjauhkan ponselnya dari telinga
partemen gue sebelum
l kebo
kep. Masa visual kayak kita
. Terhibur c
ideo ca
ak,
, Mei? Kamar lu jo
bara
dong nggak m
mar dan ini are
alon suami
, belum sah
h, Mei
tter kita bikin kontrak pernikahan, hitam di atas putih. The point is, biar a
Selama elu merasa nyama
Mei berbisik dengan wajah tersipu, untung saja Juna tak melihatnya. Mei pun menjitak kepalanya sendiri. Kenapa sikapnya seperti orang
tante Dilla sambil men
iya ...
utin. Punya kuping tuh dipakai ...," omel si tan
kit. "A-aduh ..., aww..
., kamu tuh di sini numpang! Jangan sok-sokan capek mau istirahat segala kayak nyonya rumah aja. Kerja keras itu emang sudah kewajibanmu
rikan. Lalu mengelusi dadanya saat si tante menutup pintu kamarnya den
yang terasa lebih sakit. "I miss you, Mam ..., I miss you so much," desahnya sambil terisak pelan. Ia merind
akkan begitu saja saat si tante menyerbu masuk kamarnya. Ponsel itu masih aktif menyala tan
*
pi yang mengepulkan aroma segar dan khas. "Silakan dim
r si tamu seraya memandangi
alin ini teman Om, namanya Hans,"
sukses loh, Mei,"
bil tersenyum, menatap Mei lurus-lurus. Mei buru-buru menarik tangannya, jengah mendapa
tik dan juga pintar. Kupikir tantemu cuma membual, karena cantik dan pintar itu jarang sekali kutemui dalam sa
icara, tatapan Hans yang berkilat nakal tak henti-hentinya memindai Mei dari ujung
ns? Aku tak omong kosong 'kan?" cec
rcaya. Kan suda
nya masih saja mentok sebagai staf purchasing,"desak Dilla lekas mengambil kesempatan. Mumpung dia bertemu l
menempatkan Mei di kantorku sejak du
ya karena tak pernah meminta langsung kepada Hans
sendiri yang bilang kalau Mei cantik dan juga pintar. C
u modal cantik dan pintar saja?' pikirnya sebal. Mei tentu tahu seperti apa beban kerja sekret
un itu menjentikkkan jarinya, "Ah kebetulan ..., aku sedang butuh personal assistant. Nah, kau bisa mengisi pos
enjentikkan jarinya deng
Ta-tapi maaf, saya sudah telanjur nyaman denga
pat-rapat dan rahangnya ta
sukses dan banyak uang. Sesekali kau perlu move on, cari peluang gaji yang lebih tinggi, la
-kata Hans, dia hanya enggan bekerja
ak henti-hentinya menatap Mei. Meski berpakaian rumahan sederhan
keh. "Baiklah. Bagaimana kalau
Kenapa tidak, Hans? Kau sudah lama menduda dan Mei lama seka
a Mei m
*