"Janus, jangan ceraikan aku, ya?" Rengeknya. "Begini aja udah cukup. Aku ga minta lebih." Katanya dengan suara yang memelas. Ketika mendengar rengekan itu, tangan Janus berhenti dan keinginan di matanya berangsur-angsur mendingin. Suaranya yang agak serak masih lembut. "Fay, mengapa kau jadi lupa dengan kesepakatan yang sudah kita buat?" "Ingat perjanjian kita, jika Uke kembali, hubungan ini selesai sampai disini," imbuhnya lagi. Suara itu terdengar begitu tegas meskipun sedikit gemetar.
1. Jangan Cerai, Ya!
Fey membiarkan tubuhnya yang indah terekspos begitu saja. Dia membaringkan tubuhnya dengan malas di ranjang mereka yang empuk. Mengembalikan nyawanya setelah permainan yang menguras seluruh tenaganya.
Dia tidak mengenakan selembar pakaian pun. Tubuhnya yang bersih dengan lekuk yang sempurna tampak dipenuhi stempel cinta di mana-mana. Kulitnya yang putih bersih itu, juga masih terlihat agak licin, mengisyaratkan bagaimana gelora cinta kedua insan muda itu. Bagaimana panasnya api asmara yang baru saja selesai.
Rambut panjangnya sedikit acak-acakan. Tergerai hampir menutupi bantal yang ada di bawah kepalanya. Gadis itu memancarkan kecantikan yang luar biasa. Makin mempesona dengan gayanya yang seperti itu. Di dekatnya, Janus duduk di ujung tempat tidur dengan sebatang rokok di antara jarinya yang panjang. Dia menatap Fey dengan mata yang masih membara.
Sama seperti Fey, pria tampan nan rupawan itu tidak mengenakan apapun. Bahunya yang penuh dan dadanya yang berotot tegas, membuat Janus makin mempesona. Pesonanya itu membuat Fey tergila-gila karena kesempurnaan tubuh dan paras yang dimilikinya.
Dia belum menyalakan rokoknya karena kaki Fey yang panjang terulur di atas pahanya dan mengelus-elus paha Janus yang masih licin karena sisa keringat yang belum kering. "Mandilah, kita sudah selesai," katanya datar. Tanpa senyum sedikit pun.
Fey tidak lekas menjawab. Dia meninggikan kepalanya sedikit dan melirik benda yang ada diantara paha Janus.
Dia menyimpan pertanyaan dalam pikirannya. Biasanya, kalau Janus datang ke apartemennya, dia memang benar-benar membutuhkan Fey untuk membuatnya melepaskan semuanya. Mustahil sekali jika dia hanya butuh dirinya sekali saja.
"Masa?" pancing Fey.
"Cuma sekali doang?" tanyanya menggoda.
Dia memanjangkan kembali lehernya demi melihat keberadaan benda itu lebih dekat. Dia tidak melihat apapun, itu yang membuat dia kembali menjadi bingung. "Aneh!" gumam Fey karena Janus tidak bereaksi sama sekali.
Dua tahun lebih mereka menikah di bawah tangan, Janus tidak pernah puas dengan sekali pelayanan biologis. Dia akan minta lagi dan lagi.
"Aku sudah selesai, Fey. Mandilah," kata Janus lagi. Sepertinya dia tau apa yang Fey pikirkan ketika mata Fey yang masih redup itu melirik senjata pusakanya yang masih terkulai.
"Janus...," Panggil Fey dengan suara yang menggoda. Sebelum melanjutkan kata-katanya, dia membasahi bibirnya dengan lidahnya sendiri.
Pria itu hanya berdehem. Dia menahan diri untuk tidak tergoda dengan menarik nafas panjang setelahnya. Dia berdiri dan dengan malas mendekat ke nakas, meletakkan kembali rokoknya dan duduk di samping Fey.
"Sudah, Fey. Mandilah. Kau akan kedinginan jika begini," dia kembali memperingatkan karena Fey masih belum bergeming setelah apa yang dia ucapkan sebelumnya.
Fey tersenyum hambar mendengar penolakan yang terucap dari bibir suaminya, untuk yang kesekian kalinya. Sudah jelas sekali, dia memang tidak membutuhkan dirinya lagi. Karena itu, masih dengan wajah yang tanpa senyum, dia menarik tubuhnya dengan malas.
Dia duduk di sisi tempat tidur, mengambil posisi membelakangi Janus dan kakinya yang kecil itu sudah turun ke lantai. "Jangan ceraikan aku, ya. Aku masih mau bersamamu," katanya dengan suara yang parau.
Setelah dengan susah payah berhasil mengucapkan kata-kata itu, dia tertunduk dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Fey tidak mendengar suara apapun tapi dia merasakan sebuah tangan yang kuat melingkari pinggang yang ramping dari belakang. Jari-jarinya yang panjang dan besar itu menggosok kulitnya yang halus sebelum dia mengulurkan tangan dengan terampil.
Janus memeluknya dari belakang. Fey merasakan kehangatan menyebar ke seluruh tubuhnya yang sudah mulai kedinginan. Janus membuka mata gelapnya sedikit dan menatap punggungnya yang cantik. Tangannya yang semula melingkar di pinggang ramping Fey mulai bergerak ke dadanya. Fey jadi tergoda.
Dia berbalik dengan wajah memerah. Janus selalu punya cara untuk membuat dia tidak bisa berkata-kata. Fey memberanikan diri memegang tangan Janus dan dengan ekspresi menyedihkan dia mengungkapkan kembali apa yang membuat dia sedih "Janus, jangan ceraikan aku, ya?" Rengeknya. "Seperti ini saja susah cukup. Aku tidak minta lebih." Katanya dengan suara yang memelas.
Ketika dia mendengar kata-kata Fey, tangan Janus berhenti dan keinginan di matanya berangsur-angsur mendingin. Suaranya yang agak serak masih lembut. "Fey, kontrak pernikahan kita sudah habis. Mengapa kau jadi lupa dengan kesepakatan yang sudah kita buat?"
Tentu saja Fey tahu! Tapi seharusnya masih ada empat bulan lagi. Kenapa Janus ingin mengakhirinya sekarang?
Mereka menikah karena tidak sengaja. Fey adalah wanita yang mencintai Janus dan sanggup berkorban demi apapun. Akan tetapi dua tahun delapan bulan mereka menikah dibawah tangan, Fey tidak bisa dimilikinya. Cinta Janus bukan untuknya. Ada gadis yang dia impikan bisa menjadi istri sahnya dan melahirkan anak-anaknya.
"Uke sudah kembali, kan? Tak apa, itu tidak jadi masalah, kok. Kau tidak perlu menceritakan hubungan ini dan aku janji padamu, dia tidak akan tahu kalau kita menikah diam-diam," kata Fey begitu memelasnya.
Jika bukan karena fakta bahwa Hawke menghilang dan karena keluarga Janus juga tidak merestui hubungan mereka, mungkin Janus sudah bersama pujaan hatinya itu. Fey sadar, dia hanya penghibur hati Janus yang luka karena kekasih yang dia cintai sejak kecil, pergi tanpa pesan apapun tiga tahun yang lalu.
Adapun Fey? Dia hanya menyelamat hati Janus. Meskipun Janus memperlakukan dengan sangat baik tapi setelah dia menyerahkan jiwa dan raganya, dia tak kunjung mendapatkan tempat di hatinya.
Fey tidak masalah ketika Janus hanya menganggapnya sebagai pengisi hari-harinya yang sepi agar pikiran bisa berhenti memikirkan Hawke.
"Jadi kau sudah tahu kalau Hawke sudah kembali?"
"Iya, aku tahu. Tapi tidak masalah bagiku. Selama kita berdua tidak bercerai, aku tidak masalah. Jika kau akan menikahi dia secara sah dan menjadikan Hawke sebagai ibu dari anak-anakmu. Aku jamin, tidak akan ada yang tahu tentang hubungan kita. Biarkan saja seperti ini. Aku tidak apa," rengeknya
Fey terus membujuknya meskipun dia tahu ini terasa lucu. Mungkin juga akan mempermalukan dirinya sendiri karena sebelum mereka memutuskan untuk menikah di bawah tangan, mereka sudah sepakat, ketika saatnya tiba, Janus akan menceraikannya dan memberinya sejumlah uang agar dia bisa hidup nyaman selama sisa hidupnya. Itu jaminan yang tertuang dalam surat kontrak mereka. Janus yang mencantumkan apa yang akan Fey terima setelah kesepakatan itu harus berakhir. Dia memaksa itu meskipun sebenarnya, Fey tidak menginginkan apapun selain hanya bisa bersamanya.
Fey gadis yang lemah lembut dan pintar, tapi karena cintanya yang begitu besar pada Janus, dia jadi lepas kendali atas dirinya. Logikanya benar-benar cacat. Fey begitu patuh pada Janus. Jadi dia tidak pernah khawatir Fey akan seperti ini ketika saat yang dia nanti itu tiba.
"Tidak bisa begitu, Fey. Hawke pasti sangat kecewa jika tahu kita telah bersama selama hampir tiga tahun ini. Kita harus cerai agar dia tahu, aku tetap memikirkan dia hingga saat ini dan keinginan aku padanya tidak pernah berubah," jelasnya.
"Aku bisa memberi kamu lebih dari yang aku janjikan, kok. Tidak masalah. Kau bilang aja, kau mau apa. Aku kasih buat kamu?"
"Rumah?"
"Apartemen ini?"
"Atau uangnya aku tambah dua kali lipat?"
Janus bicara begitu entengnya. Dia seakan tidak tahu kalau Fey tidak pernah punya pikiran, menikahinya karena uang. Dia tidak pernah menyetujui perjanjinan itu sebelum mereka terikat dalam sebuah janji suci. Dia hanya ingin bersamanya karena cintanya yang begitu dalam padanya.
Fey berkata dengan lembut, "Janus, kita tidak bisa bercerai sekarang. Tidak bisa!"
Suaranya yang lembut dan menggoda mengisyaratkan kasih sayang yang tak ada habisnya. Dia seolah ingin membuat Janus ingin memiliki dirinya selamanya.
Fey mengeluarkan aura genit yang membuat Janus berpikir ketika dia menggunakan suara dan nada seperti itu saat dirinya berbaring di bawah tubuhnya, dia akan mati karena kenikmatan.
Dia berpikir, saat ini Fey sedang menggodanya.
"Kenapa tidak?" Dia bertanya.
"Kita tidak perlu mengurus surat atau apapun. Cukup aku menjatuhkan talak padamu, kita sudah tidak punya hubungan apa-apa." katanya lagi.
"Aku ... aku hamil." Fey mengerahkan keberaniannya untuk mengatakan ini. Ini adalah kartu truf terakhirnya untuk mempertahankan pria yang dicintainya tidak akan melepaskannya.
Tanpa diduga, ekspresi Janus langsung menjadi gelap. "Apa kau bilang!"
Bab 1 Jangan Cerai, Ya!
06/12/2024
Bab 2 Hamil Apaan
06/12/2024
Bab 3 Mungkin Jadi Yang Terakhir
06/12/2024
Bab 4 Sedang Datang Bulan
06/12/2024
Bab 5 Gatel, Dok!
06/12/2024
Bab 6 Menyelamatkan Janus
06/12/2024
Bab 7 Hawke Yang Menjadi Pujaan
06/12/2024
Bab 8 Menunggu Saja
06/12/2024
Bab 9 Ancaman Dari Nenek
06/12/2024
Bab 10 Biarkan Dia Pergi
06/12/2024
Bab 11 Karena Cemburu, Kan
18/12/2024
Bab 12 Aku tidak biasa dicampakkan
18/12/2024
Bab 13 Sebuah Perhatian
19/12/2024
Bab 14 Dua Orang Tidak Dikenal
19/12/2024
Bab 15 Bawa Aku Ke Apartemenmu!
19/12/2024
Bab 16 Rasa Itu Nyaris Hilang
Hari ini15:21
Bab 17 Sisi Kemanusiannya.
Hari ini15:21