Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Seorang gadis bernama Mita tengah serius menghadapi pria yang saat ini duduk di depannya, Mita adalah seorang wanita yang kerjanya dibayar buat melakukan sesuatu. Misalnya mengawasi pacar orang, menyelidiki suami orang dan pura-pura jadi pacar orang.
Apapun akan Mita lakukan demi uang. Termasuk, pura-pura jadi peramal. Haduh ....
"Namanya siapa, Mas?" tanya Mita, pada pria gemuk yang saat ini ada di depannya.
"Tirto, Mbak," jawab pria bernama Tirto, pada Mita yang saat ini akan membantunya.
"Baiklah, katakan masalahnya!" perintah, Mita, langsung pada intinya.
"Saya mau menikah, Mbak. Tapi apakah Mbak bisa melihat? Kalau gadis itu sehat atau tidak?" tanya sang pria, cemas menatap Mita.
"Maksudnya?" dengan bingung Mita menatapnya.
"Aku hanya ingin tanya, gadis sehat itu terlihat dari apanya? Apakah fisiknya? Kadang yang bugar belum tentu sehat, Mbak. Bisa saja mandul."
"Oooo ... kalau mau tanya sehat kenapa tidak ke Dokter saja, Mas?" Mita memberi solusi tapi bukannya senang pria itu malah kesal.
"Tapi Mbak kan peramal, jadi ingin tanya Mbak aja."
"Oh! Ngomong dong. Aku kan lupa kalau aku peramal," tanpa rasa bersalah Mita tersenyum mendengar pria di depannya. Mita dengan sengaja memalingkan muka agar tidak terlihat oleh tamunya, tertawa di hadapan tamu sungguh tidak sopan menurutnya.
"Hahaha, Mbak lucu sekali," gerutu pria tadi, kesal.
"Pokoknya, Mas. Cari wanita itu yang dadanya montok, pantatnya kencang, dan yang pasti ... masih hidup. Kalau tidak, jangan dinikahi, cari yang lain lagi!"
"Maksudnya, Mbak?!"
"Ingat, dalam dada yang montok terdapat asi yang sehat, dan dalam pantat yang kencang, terdapat kentut yang kuat. Kalau kentutnya kuat, itu berarti dia sehat," jelas Mita membuat pria itu menggelengkan kepala tidak percaya.
"Apa benar begitu, Mbak?"
"Tentu saja! Aku dapat sumbernya dari google," batin Mita, berusaha menahan tawa.
"Benar, Mas. Jadi tugas Mas, habis ini pergi lihat dadanya. Montok atau tidak?! Setelah itu pantatnya! Ciumlah! Dan dengarkan baik-baik apa kentutnya bisa kuat, kalau kuat, silahkan dinikahi."
"Oh, saran yang bagus, makasih, Mbak. Ngomong-ngomong ... berapa biayanya, Mbak?" tanya Tirto mengeluarkan dompetnya.
"Ehem! Ahahahaha seikhlasnya saja, Mas. Toh ini hanya ucapan, kalau kejadian benar, itu murni takdir Tuhan. Kalau tidak benar itu ujian, jadi sabar, ehehehehe," Mita cengar-cengir tidak jelas.
"Ya sudah, ini ada lima ratus ribu, Mbak. Bawa dulu, kalau memang benar, nanti saya kesini lagi."
"Oh! Tidak usah! Ini kebanyakan, Mas. Saya jadi tidak enak," ucap Mita, salah tingkah.
"Em ... ya sudah, tiga ratus aja, Mbak."
"Jangan!! Lima ratus aja, terima kasih," Mita mempersilahkan pria itu pergi, tentunya setelah menerima uangnya, kalau tidak, bulan bisa turun ke bumi, mustahil terjadi.
Setelah pria itu meninggalkan ruangan ramal Mita. Mita berniat tutup dan menuju jendela buat menutup gordennya, tapi pemandangan di depan menarik perhatiannya.
"Kau ini apa-apaan sih, Tir?! Masak menyuruhku nungging di sepeda?! Jangan keterlaluan, ya?!" bentaknya pada pria yang ternyata adalah tamu Mita.
"Busyet!! Kenapa melakukannya di tempat umum?!" seru Mita, memegangi dahinya. "Gawat!" serunya lagi, gelisah. Dengan cepat Mita menghampiri mereka, kalau ada apa-apa, Mita bisa dalam bahaya, uang pemberian dari sang pria taruhannya.
"Aku hanya ingin mendengar kentutmu, Sayang," ucap sang Pria pada Wanita yang saat ini tengah nungging di pinggir sepeda.
"Waaaah! Mesra sekaliiii! Aku jadi iri!" seru Mita, pura-pura kagum melihat mereka.
"Eh! Mbak?! Mesra darimana?! Ini pria mau melihat pantat saya!! Setelah itu juga ingin mendengar kentut saya!! Apakah waras?!" seru wanita, yang ternyata adalah kekasihnya Tirto. Dengan cepat Mita harus membantu tamunya, tentunya memeriksa pantat calon istrinya, astaga ... Mita takut kehilangan uangnya.
"Itu mesra sekali, Mbak. Mbak bayangin deh! Hari gini ada pria rela mencium kentut kekasihnya itu karna saking cintanya, kalau cowok lain buru-buru mencium, dengar suaranya saja sudah kabur," jelas Mita berusaha meyakinkan kekasih Tirto.
"Oh, begitu?" lirih kekasih Tirto, menggaruk tengkuknya sendiri.
"Iya, Sabrina, kau harus mendengarkannya," ucap Tirto, membenarkan ucapan Mita.
"Apakah benar begitu, Mbak?" Sabrina ganti menatap Mita.
"Iya!" Mita semangat menyahuti ucapannya.