Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Matahari yang bersinar terik siang itu benar-benar menggambarkan suasana yang ada di kantin SMA Cendekia bangsa. Banyak murid yang berdesak-desakan disana membuat suhu udara menjadi semakin panas. Meskipun begitu, para murid berdesak-desakan bukan untuk mengantri jatah makan siang mereka. Melainkan untuk menyaksikan apa yang akan dilakukan oleh Arsen dkk pada seorang murid laki-laki yang masih meronta-ronta dari pitingan Rio dan Dean. Dua senjata pamungkas yang dimiliki oleh Predator.
"Lepasin gue." Geram murid laki-laki itu.
"Kita nangkep lo itu udah susah, enak aja minta dilepasin." Dean mengeratkan genggaman tangannya dilengan cowok yang dibadge seragamnya bernama Reihan itu.
"Gue nggak ada urusan ya sama lo pada. Ngapain ganggu gue?" Reihan bertanya ditengah usahanya mencoba melepaskan diri yang masih sia-sia. Rio dan Dean masih memeganginya erat.
"Nggak akan ada asep kalo nggak ada api. Kita nggak akan berurusan sama lo kalo lo bisa jaga sikap."
"Gue bener-bener nggak ngerti lo ngomong apa." Ucap Reihan.
"Gue yang bakal bikin lo ngerti." Ujar sebuah suara tenang.
Kerumunan para murid itu sontak terbelah mendengar suara itu. Jelas aja, nggak ada satupun murid waras yang berani menghalangi jalannya leader dari geng Predator itu. Dilihat dari wajahnya saja, semua orang bisa menilai kejamnya seorang Arsena Bimantara. Dan dari penampilan, jangan ditanya lagi. Khas berandal banget dengan baju seragam yang nggak pernah dikancing dan dimasukin. Dan para guru pun nggak ada yang bisa membuat seorang Arsen tunduk sampai sekarang. Nggak ada seorangpun yang bisa menindas seorang Arsen. Apalagi keempat temannya juga nggak bisa dianggap remeh. Rio dan Dean si jago berantem, dan Oky serta Rival si berandal jalanan.
"Gue nggak ada urusan sama lo." Ucap Reihan saat Arsen menarik kursi dan duduk dengan santai dihadapannya. Karena posisi Reihan yang berlutut dan Arsen yang duduk dikursi, Reihan harus sedikit mengangkat pandangan untuk bisa bertatapan dengan cowok itu.
"Yakin?" Tanya Arsen yang dengan santai mengeluarkan rokok dari sakunya dan kemudian menyulutnya.
"Gue benar-bener nggak punya masalah sama Predator." Kembali Reihan mengulang perkataannya.
Arsen tersenyum mendengar jawaban itu. Jawaban yang jelas nggak bener menurut dia. Sama sekali nggak bener karena reihan udah ngelakuin sesuatu yang membuat leader Predator itu harus turun tangan karena kiriman sebuah video. Arsen sedikit menunduk dan mengeluarkan asap rokoknya tepat didepan wajah Reihan.
"Lo tahukan gue siapa?" Tanya Arsen yang hanya dijawab kebisuan oleh Reihan. "Gue nggak suka ada pembuar onat diwilayah kekuasaan gue. Disekolah ini, tempat gue disini." Arsen mengangkat tangannya tinggi. "Dan lo," Arsen menatap tepat kedua mata Reihan. "Lo ada disini." Arsen membuat putung rokoknya lantai dan menginjaknya dengan kaki.
"Gue bener-bener nggak ngerti lo ngomong apa? Gue nggak ngelakuin apapun." Reihan masih mencoba untuk membela dirinya.
"Setan, masih nggak mau ngaku." Maki Oky Emosi.
"Sabar." Rival menahan Oky dengan tangannya saat cowok itu beringsut maju. "Biar Arsen aja yang urus."
"Gue serius nggak tahu gue bikin salah apa sama Predator." Kembali Reihan berucap.
"Lo emang nggak ada salah sama Predator, tapi lo ada salah sama dia." Arsen menunjuk salah satu murid laki-laki yang berada dikerumunan. "Sini lo."
Murid laki-laki berkacamata itu maju perlahan. Ada sorot ketakutan dalam kedua mata itu.