Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Sang Pemuas
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Gairah Sang Majikan
"Dasar anak tidak tahu diri, berani sekali kau tidur dengan pria lain besok adalah hari pernikahanmu! Sungguh memalukan!" ucap wanita paruh baya dengan luapan emosinya.
Gadis itu hanya diam membisu ia paham betul bagaimana adegan tadi malam yang begitu menjijikan, jika ia mengingatnya kembali tak lama datanglah seorang gadis yang seumuran dengannya lalu menghampirinya.
"Oh adik, ada apa denganmu? Lihatlah ada begitu banyak tanda di lehermu, kau tidur dimana semalam," ucapnya dengan menyibakkan rambut yang menutup lehernya.
Tentu saja wanita paruh baya itu murka lalu ia pun menamparnya dan menyuruhnya untuk pergi, karena dialah penyebab semua dari masalah ini.
"Ayah, kau percaya padaku 'kan jika aku di jebak oleh wanita tua itu dan juga rubah licik itu ayah, aku mohon percayalah!" memohon kepada sang ayah.
Tetapi bukan mendapatkan perlindungan ia justru mendapatkan perlakuan yang sama seperti di lakukan oleh ibu tirinya. Rasa panas di kedua pipinya begitu cepat menyebar, ia memegangi pipinya dengan menggeleng kecil karena sang ayah tidak mempercayainya.
"Enyah kau dari hadapanku, aku tidak sudi mempunyai anak sepertimu,"
"Ayah, percayalah padaku jika mereka menjebakku,"
Lalu sang kakak tiri menghampirinya dengan tersenyum tipis, karena satu langkah ia sudah dapatkan demi menyakiti anak kandungnya ia rela melakukan apapun.
"Adik sudahlah, bukti sudah di depan mata jadi kau jangan mengelak lagi,"
Dia pun mendorong kakak tirinya dan penuh emosi, ia memarahi sang kakak yang tidak bertanggung jawab atas kejadian semalam.
"Hentikan sandiwaramu, kau yang sudah menjebakku dengan mengajakku ke bar. Kau penyebabnya!" menujuk ke arah kakak tirinya.
Wanita paruh baya itu pun membela sang anaknya, ia mengatakan jika anaknya ada di kamarnya dan ia tidak pergi kemanpun. Sang ayah langsung percaya begitu saja tanpa mendengarkan penjelasan dari anaknya.
"Cukup Valen, kau yang berbohong! Kakakmu semalam ada di kamarnya ia bahkan menangis karena kau akan menikah," ucap pria paruh baya itu.
Valen menggelengkan kepalanya karena otak sang ayah sudah di cuci oleh kedua orang itu, jadi apa yang di katakan Valen pun tidak akan di percaya. Dengan senyum tipisnya ibu dan anak itu merasa puas karena bisa mengusirnya, tanpa harus mengotori tangannya.
Saat sedang berdebat lalu ada keluarga dari calon pria, karena ia akan membatalkan pernikahan mereka. Lalu akan di nikahkan dengan sang kakak.
"Valen, pernikahan ini di batalkan karena kau tidak bisa menjaga kesucianmu. Aku kecewa padaku Valen," ucap dengan santai tanpa ada rasa sedih di hatinya.
"Dipa, tolong jangan batalkan pernikahan ini, besok kita akan menikah," memegang lengan Dipa.
Dipa langsung menghempaskan tangan Valen hingga ia tersukur ke lantai, semua orang hanya menontonnya saja tidak ada yang mau membantu Valen bahkan mereka tidak memiliki rasa iba sedikitpun untuknya.
Mata Valen hanya bisa mengeluarkan bulir bening karena tidak ada satupun yang percaya kepadanya, bahkan calon tunangannya begitu tidak perduli dengan keadaannya saat ini.
Lalu kedua wanita paruh baya itu pun menceritakan tentang Valen dan membatalkan pernikahannya dan di gantikan oleh sang kakak, mendengar hal itu membuat Valen kesal dan geram lalu ia pun bangun dan ingin menampar Carla. Tetapi tangannya di tahan oleh calon tunangannya lalu di hempaskan lagi tangan Valen,
"Berani kau menyentuhnya, dia adalah calon istriku lebih baik kau segera menjauh," ucapnya dengan dingin.
"Bajingan seperti kau memang pantas bersama rubah licik ini, baiklah jika itu maumu. Aku akan memberikannya kepadamu rubah licik," dengan tersenyum miring.
Dipa pun menjambak rambut Valen dan membuatnya kesakitan, tetapi Valen tidak akan menyerah begitu saja karena terlalu sakit mendengarnya.
"Kau bilang aku bajingan hah! Lalu kau apa, kau bahkan tega mengkhianatiku,"
Wanita paruh baya itu segera melerainya, karena tidak akan ada habisnya jika terus membahas masalah itu. Lalu Valen di bawa keluar bersamaan dengan barang miliknya, lalu ia segera mengambil koper miliknya dan membukanya karena ada barang berharga baginya.